SEJARAH BERDIRINYA IAIN
MAKALAH
Oleh:
AHMAD NUR SANTO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah mencatat bahwa sejak kedatangan Islam di
Indonesia proses edukasi yang diberikan oleh pembawa agama Islam langsung
dituangkan dalam bentuk nyata, yaitu dalam bentuk pondok pesantren dan
madrasah. Keberadaan kolonial Belanda dan Jepang ternyata bukan penghalang bagi
umat Islam tanah air untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga pemikiran para praktisi
pendidikan Islam terus mengalami perkembangan hingga muncul gagasan untuk
mendirikan perguruan tinggi Islam. Apalagi Belanda pada masa itu juga sudah
mendirikan perguruan tinggi umum.
Dengan
demikian ketika perguruan tinggi Islam itu berdiri maka ia menjadi salah satu
kebanggaan bagi umat Islam. Dan dengan semakin banyaknya perguruan tinggi Islam
menunjukkan eksistensi Islam di negeri ini. Hingga saat ini Perguruan tinggi
Islam telah berlokasi mulai dari ibu kota Negara (Jakarta) hingga di wilayah
kecamatan yang tersebar di berbagai penjuru Jawa khususnya dan pulau lainnya.
Bahkan ada yang satu kecamatan terdapat dua perguruan tinggi Islam seperti yag
terjadi di kecamatan Pacitan dan Lamongan
Jadi
keberadaan perguruan tinggi Islam yang telah menyebar di negeri ini menjadi
indikator bahwa peminat lembaga pendidikan dengan label Islam tetap menjadi
incaran mahasiswa. Meskipun memang terdapat banyak alasan dan motif seseorang
masuk ke perguruan tinggi Islam. Minimal kesimpulan yang bisa kita petik bahwa
perguruan tinggi Islam memiliki posisi yang lumayan di kalangan umat.
Dan sejak berdirinya sampai sekarang perguruan tinggi
Islam telah meluluskan banyak mahasiswa yang diantara mereka tidak sedikit yang
berkiprah di panggung nasional. Ragam produk keluaran dari perguruan tinggi
Islam juga heterogen. Tapi yang jelas perguruan tinggi Islam memiliki andil
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Satu misi sederhana dalam kata namun berat
dalam kenyataannya yang teremban dalam perjalanan sejarah ini adalah mewujudkan
kata-kata Bung Hatta dalam pidato peresmian Universitas Islam Indonesia kala
itu “...di Sekolah Tinggi Islam ini akan bertemu agama (religion) dengan
ilmu (science) dalam kerjasama yang baik untuk membantu peningkatan
kesejahteraan masyarakat..”.
Berdasarkan
data tahun 2010 Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berupa Universitas Islam
Negeri ada 6. Yang berupa Institiut Agama Islam Negeri ada 14 kampus. Sedangkan
yang berupa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ada 32. Angka yang tidak
sedikit. Jumlah ini belum lagi ditambah Perguruan Tinggi Islam Swasta yang
jumlahnya mencapai puluhan yang telah tersebar di seluruh wilayah Indoesia.
Dari data
diatas maka perguruan tinggi Islam telah mengalami perkembangan jumlah, nama
dan juga kurikulum yang diajarkan di perguruan tinggi Islam. Bahkan bisa
dikatakan bahwa lembaga pendidikan tinggi Islam negeri memasuki fase baru yaitu
suatu keadaan ruang lingkup program akademis yang dilaksanakan dalam bentuk
institute sudah tidak sesuai lagi dan perlu dikembangkan kepada ruang lingkup
program akademis yang lebih luas dalam bentuk universitas.
Dari sini
maka penting kiranya bagi mahasiswa yang menempuh program studi pendidikan
Islam untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya IAIN hingga bisa berkembang
dan terus eksis di negeri ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah gagasan awal berdirinya IAIN ?
2. Bgaimanakah
perkembangan IAIN ?
3. Bagaimana keadaan
PTAI saat ini ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui gagasan awal berdirinya IAIN
2.
Mengetahui perkembangan IAIN
3.
Mengetahui keadaan PTAI saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
GAGASAN BERDIRINYA IAIN
Institut
Agama Islam Negeri bukanlah lembaga pendidikan tinggi Islam yang pertama kali
muncul. Ada perjalanan sejarah yang dilalaui oleh lembaga pendidikan tinggi
Islam sebelum sampai pada nama Institut Agama Islam Negeri. Berikut akan kami
paparkan bagaimana runtutan proses beridirinya Institut Agama Islam Negeri
(IAIN)
Kehadiran IAIN di tengah masyarakat pada
dasarnya merupakan perwujudan dari suatu cita-cita yang telah lama terkandung
di hati sanubari umat Islam Indonesia. Hasrat untuk mendirikan semacam lembaga
pendidikan tinggi Islam itu bahkan sudah dirintis sejak zaman penjajahan. Dr.
Satiman Wirjosandjoyo dalam Pedoman Masyarakat No. 15 Tahun IV (1938) pernah
melontarkan gagasan pentingnya sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam dalam
upaya mengangkat harga diri kaum Muslim di tanah Hindia Belanda yang terjajah
itu. Dikatakan oleh Satiman antara lain bahwa sewaktu Indonesia masih tidur,
onderwijs (pengajaran) agama di pesantren mencukupi keperluan umum. Akan tetapi
setelah Indonesia bangun, maka diperlukan adanya sekolah tinggi agama. Apalagi
dengan kedatangan kaum Kristen yang banyak mendirikan sekolah dengan biaya
rendah dan dikelola oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, maka keperluan
akan adanya sekolah tinggi agama Islam itu semakin terasakan lagi dan kalau
tidak, pengaruh Islam akan semakin kecil. Demikian alasan Satiman.
Gagasan tersebut kemudian terwujud pada
tanggal 8 Juli 1946 ketika Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di Jakarta di
bawah pimpinan Prof. Abdul Kahar Muzakkir, sebagai realisasi kerja sebuah
yayasan (Badan Pengurus Sekolah Tinggi Islam) yang dipimpin oleh Drs. Mohammad
Hatta sebagai ketua dan M. Natsir sebagai sekretaris. Dalam memorandumnya Drs.
Moh. Hatta menyatakan bahwa agama adalah salah satu tiang kebudayaan bangsa.
Oleh karena penduduk Indonesia 90 % beragama Islam maka pendidikan agama Islam
adalah salah satu soal maha penting dalam memperkokoh kedudukan masyarakat.
Untuk itu perlu didirikan Sekolah Tinggi Islam (STI).
B.
PERKEMBANGAN IAIN
1. Sekolah
Tinggi Islam (STI)
Dimasa
kolonial Belanda sekolah-sekolah Islam sudah berdiri. Seperti, madrasah dan
pondok pesantren. Perhatian umat Islam pada pendidikan Islam menjadi semakin
kuat ketika sadar bahwa penjajah datang tidak hanya untuk merampok kekayaan bumi
Indonesia akan tetapi juga mengemban misi gospel. Inilah salah satu
sebab yang meningkatkan hasrat umat Islam kala itu untuk tidak berhenti pada
pendidikan Islam yang terbatas pada pesantren dan madrasah. Akan tetapi harus
berlanjut pada Perguruan Tinggi Islam (PTI). Ide atau gagasan tentang perguruan
tinggi Islam ini berkembang sekitar tahun 1930-an.
Di kepulauan
Jawa, sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Natsir bahwa Dr Satiman telah
menulis artikel dalam PM (Pedoman Masyarakat) nomor 15 mengetengahkan cita-cita
beliau yang mulia untuk mendirikan sekolah tinggi Islam yang terpusat di tiga
tempat, yaitu Jakarta, Solo dan Surabaya. Di Jakarta di dirikan sekolah tinggi
sebagai bagian atas Sekolah Menengah Muhammadiyah yang bersifat Westerch
(kebaratan). Di solo akan dibangun sekolah tinggi untuk mendidik mubalighin.
Dan di Surabaya akan diadakan sekolah tinggi yang menerima orang-orang
pesantren.
Adapun di
kepulauan Sumatera, tepatnya di wilayah Padang Sumatera Barat pada tanggal 9
Desember 1940 sudah berdiri perguruan tinggi Islam yang dipelopori oleh
Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) yang dipimpin oleh Muhmud Yunus. Menurut Muhmud Yunus perguruan tinggi ini
adalah perguruan tinggi Islam pertama di Sumatera Barat dan pertama di
Indonesia. Namun sayang, usia perguruan tinggi ini hanya hitungan bulan,
karena pada tahun 1941 ketika Jepang masuk ke Sumatera Barat perguruan tinggi
ini ditutup. Jepang hanya mengijinkan sekolah tingkat dasar dan menengah. Dalam
referensi lain disebutkan bahwa Jepang masuk ke Padang Maret 1942, sehingga
tahun ditutupnya perguruan tinggi Islam ini adalah tahun 1942.
Dalam kesempatan lain, tepatnya di kongres II MIAI
(Majelis Islam A’la Indonesia) yang diadakan di solo pada tanggal 2-7 Mei 1939
yang dihadiri oleh 25 organisasi Islam. Hasil kongres mendukung pendirian
perguruan tinggi Islam. Maka setelah kongres selesai didirikanlah perguruan
tinggi Islam di Solo yang dimulai dari tingkat menengah dengan nama IMS (Islamishe
Midilbare School). Namun sayang, kembali negera penyemban Matahari alias
Jepang menutup lembaga pendidikan ini pada tahun 1941 dengan alasan pecah
Perang Dunia II.
Selain adanya semangat gospel yang dibawa oleh
koloniah Belanda, keberadaan perguruan tinggi buatan Belanda yang lebih dulu
berdiri dan syarat dengan diskriminasi juga menjadi factor pemicu
tumbuhnya semangat dikalangan umat Islam untuk mendirikan perguruan tinggi
Islam. Sekolah-sekolah tinggi buatan Belanda seperti, Sekolah tinggi teknik
didirikan tahun 1920 di Bandung, Sekolah tinggi hukum didirikan tahun 1920 di
Jakarta dan sekolah tinggi kedokteran berdiri tahun 1927 di Jakarta. Dan sudah dapat dipastikan bahwa
sekolah-sekolah tinggi itu hanya bagi masyarakat elite Indonesia.
Walaupun
pada umumnya kesempatan belajar bertambah luas bagi anak Indonesia, anak
Belanda selalu jauh lebih maju bahkan jurang antara pendidikan kedua bangsa itu
bertambah besar. Bagi anak Belanda jalan ke perguruan tinggi telah terbuka
sejak tahun 1860, lebih dari setengah abad sebelum dibuka lembaga pendidikan
tinggi pertama di Indonesia.
Muhammad
Natsir sebagai salah satu founding father STI menyampaikan pendapatnya
bahwa pendidikan pondok pesantren dan madrasah memang dapat menghasilkan orang
yang beriman dan berperilaku baik, tetapi acuh terhadap perkembangan dunia.
Maka pada bulan Juni 1938 M. Natsir menulis artikel berjudul Sekolah Tinggi
Islam (STI). Dalam tulisan tersebut Natsir menuliskan betapa pentingnya STI
untuk menghasilkan kelompok intelektual yang memiliki basis pengetahuan Islam
dan kebudayaan yang kuat sebagai alternative pendidikan ala Barat.
Maka Masyumi
(Majelis Syura Muslim Indoensia) yang merupakan gabungan dari
organisasi-organisasi Islam mempelopori mendirikan perguruan tinggi Islam.
Untuk itu pada bulan April 1945 mengadakan rapat dengan sejumlah tokoh besar
diantaranya:
1.
PBNU dihadiri oleh KH Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH.
Masykur, dan Zainal Arifin.
2.
PB Muhammadiyah di hadiri Ki Bagus Hadikusuma, KH. Farid Ma’rif KH. Mas Mansur,
dan lain-lain
3.
PB POI dihadiri KH A.Halim dan H.Mansur
4.
PB PUII dihadiri A Sanusi dan Sumoatmojo
5.
PB Al Islam di hadiri KH. Imam Ghazali
6.
Shumubu dihadri A. Kahar Muzakar, KH. A. Moh Adnan, KH. Imam Zarkasi
7.
Cendekiawan intelektual dihadiri oleh Dr. Sukiman Wirdjosadojo, Muh Ruum, dan
lain-lain.
Pada tahun
1945 tepatnya 8 Juli 1945 dengan bantuan pemerintah pendudukan Jepang disaat
peringtan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw di dirikan Sekolah Tinggi Islam di
Jakarta. Tujuan dari pendidikan lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya
adalah untuk mengeluarkan alim ulama yang intelek yaitu yang mereka mempelajari
ilmu pengetahuan agama Islam secara luas dan mendalam, serta mempunyai
pengetahuan umum yang perlu dalam masyarakat modern sekarang.
Sidang
memutuskan untuk membentuk panitia perencana Sekolah Tinggi Islam (STI) yang
dipimpin oleh Mohammad Hatta dan sekretarisnya Muhammad Natsir. Akhirnya atas
bantuan Jepang STI di buka secara resmi pada tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan
dengan tanggal 8 Juli 1945. Sedangkan menurut sumber lain STI terwujud pada 8
Juli 1946 di bawah pumpinan Prof. Abdul Kahar Muzakar. Peresmiannya di
selenggarakan di gedung kantor Imigrasi Pusat Gondangdia Jakarta. Adapun
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Ushuludin Universitas al Azhar Kairo.
2. Universitas
Islam Indonesia (UII)
Pada masa
revolusi, STI ikut Pemerintah Pusat Republik Indonesia hijrah ke
Yogyakarta dan pada tanggal 10 April 1946 dapat dibuka kembali di kota itu.
Pada November 1947 dibentuk Panitia Perbaikan STI. Hal ini dilakukan dalam
rangka meningkatkan efektivitas serta keluasan jangkauan STI. Hasil sidang
sepakat untuk mendirikan Universitas Islam Indonesia (UII) pada 10 Maret
1948 dengan empat fakultas: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Pada 20
Februari 1951 Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII), yang berdiri di
Surakarta pada 22 Januari 1950, bergabung dengan UII yang berkedudukan di
Yogyakarta.
3. Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
Wujud
penghargaan kepada Yogyakarta sebagai pusat pemerintahahn dan perjuangan adalah
dengan menetapkan Yogyakarta sebagai kota universitas. Dalam referensi lain
disebutkan sebagai wujud penghargaan pemerintah untuk Yogyakarta sebagai Kota
Revolusi, kepada golongan nasionalis diberikan Universitas Gadjah Mada (UGM)
yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949 tanggal 16
Desember 1949.
Ini bermula
dengan pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada pada 17 Pebruari 1946 yang
kegiatannya tertunda karena Belanda menduduki Yogyakarta pada 19 Desember 1948.
Setelah persetujuan Roem Royen ditanda tangani pada 7 Mei 1949 muncul keinginan
untuk segera menyelenggarakan kembali pendidikan tinggi nasional. Pada awalnya
keinginan itu berhimpitan dengan rencana perbaikan Perguruan Tinggi federal
sesuai dengan bentuk negara yang diusulkan Belanda ketika itu, tetapi para
republikan tetap menginginkan Republik Indonesia memiliki Perguruan Tinggi
sendiri di Yogyakarta.
Atas bantuan
Sultan Hamengkubuwono IX, beberapa bangunan milik kraton Yogyakarta digunakan
untuk kegiatan Perguruan Tinggi dan sejak 7 Desember 1949 semua lembaga
pendidikan tinggi negeri yang berada di Yogyakarta digabungkan di bawah satu
atap dalam naungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang
kemudian dikukuhkan dengan PP No. 23 tanggal 16 Desember 1949 tersebut dan
sejak 14 Desember 1949 Pemerintah RI secara resmi mulai menyelenggarakan
Perguruan Tinggi Negeri yang dikenal dengan Universitas Gadjah Mada. Kemudian
pada 1954 kata "universiteit" diganti dengan kata "universitas"
dan kata "negeri" dihilangkan sehingga menjadi Universitas Gadjah
Mada.
Sementara
itu, dalam perkembangan selanjutnya kepada golongan Islam diberikan Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yang diambil dari Fakultas Agama UII
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950. Peresmian PTAIN dengan
jurusan Da'wah (kelak Ushuluddin), Qodlo (kelak menjadi Syari'ah) dan
Pendidikan (Tarbiyah) menjadi Perguruan Tinggi Negeri dilakukan pada 26
September 1951. Lama belajar di PTAIN adalah 4 tahun.
Sementara
itu untuk menjalakan tugas Departemen agama yatu menyiapkan guru-guru agama di
sekolah-sekolah maka enam tahun kemudian di Jakarta, didirikan Akademi Dinas
Ilmu Agama (ADIA) pada 14 Agustus 1957 berdasarkan Penetapan Menteri Agama
Nomor 1 Tahun 1957. Lama belajar di ADIA adalah 5 tahun yang dibagi kepada dua
tingkatan. Pertama tingkat semi akademik lama belajar 3 tahun, sedangkan
akademik lama belajar 2 tahun. Masing-masing tingkat terdiri dari dua jurusan
yakni jurusan pendidikan agama dan jurusan sastra arab.
Akademi
Dinas Ilmu Agama ini pada intinya dimaksudkan guna mendidik dan mempersiapkan
pegawai negeri akan mencapai ijazah pendidikan semi akademi (menjadi guru agama
bahasa araba) dan akademi untuk dijadikan ahli didik Agama pada sekolah-sekolah
lanjutan (umum/kejuruan/Agama). Sedangkan Akademi Dinas Ilmu Agama Terbuka
diberikan hanya kepada pegawai negeri saja. Sehingga setiap tahun atas usul
kepada Jawatan Pendidikan Agama ditunjuk oleh Menteri Agama sejumlah pegawai
negeri supaya mengikuti tugas belajar pada akademi itu.
4. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN)
Setelah
PTAIN Yogyakarta berjalan sekitar 9 tahun, maka lembaga ini merasakan
ketidakmampuannya menampung keluasan cakupan ilmu-ilmu keislaman kalau hanya
berada di bawah satu payung fakultas saja. Disisi lain, efek dari Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada UUD 1945 memberikan
semangat tersendiri bagi civitas akademika Islam. Maka pada (Dies Natalis) ke
IX PTAIN yakini 26 September 1959 berdasarakan Ketetapan Menteri Agama nomor 41
tahun 1959 dibentuklah suatu kepanitian dengan nama “Panitia Perbaikan
Perguruan Tinggi Islam Negeri yang diketuai oleh Prof. Mr. RHA. Soenarjo.
Dan setelah
mengadakan sidang berkali-kali maka disepakatilah bahwa PTAIN yang berkedudukan
di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta digabungkan menjadi satu dengan nama Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) "Al-Jami'ah al-Islamiah al-Hukumiyah".
Dan keputusan panitia tersebut disetujui oleh pemerintah dengan dikeluarkannya
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 tentang pembentukan Institut Agama Islam
Negeri yang mulai berlaku pada tanggal 9 Mei 1960. Dan IAIN ini akhirnya
diresmikan pada 24 Agustus 1960 di Yogyakarta oleh Menteri Agama, K. H. Wahib
Wahab.
Dan
bedasarkan pada Ketetapan menteri Agama no 43 tahun 1960 jo Peraturan
Menteri Agaman Nomor 15 tahun 1961 dikemukan bahwa, IAIN al Jamiah terdiri dari
4 fakultas dan 19 jurusan yaitu:
a. Fakultas
Ushuluddin, dengan jurusan:
1.
Dakwah
2.
Tasawuf
3.
Filsafat
4.
Perbandingan Agama
b. Fakultas
Syariah
1.
Tafsir/ Hadis
2.
Fiqih
3.
Qadha
c. Fakultas
Tarbiyah
1.
Pendidikan Agama
2.
Paedagogis
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Bahasan Inggris
6.
Khusus (iman tentara)
7.
Etnologi dan Sosiologi
8.
Hukum dan Ekonomi
d. Fakultas Adab
1.
Sastra Arab
2.
Sastra Weda
3.
Sastra Persia
4.
Sejarah/ Kebudayaan Islam
Adapun pendidikan teologi tertinggi, pada tingkat universitas diberikan sejak
tahun 1965 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dengan dua bagian atau dua
fakultas di Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta.
Perkembangan
IAIN yang pesat dengan bermunculannya fakultas-fakultas cabang di berbagai
pelosok tanah air menyebabkan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
1963, yang memungkinkan didirikannya suatu IAIN yang terpisah dari pusat. Sudah
barang tentu, berdasarkan pertimbangan historis, Jakartalah yang pertama
mendapatkan kesempatan untuk memiliki IAIN baru ini. Dengan demikian, IAIN
Jakarta adalah IAIN kedua yang berdiri setelah IAIN Yogyakarta. Kini, IAIN
sudah berjumlah 14 kampus dengan dibukanya IAIN terakhir di Sumatra Utara pada
1973 oleh Menteri Agama waktu itu, Prof. Dr. H. A. Mukti Ali.
Berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 1965, maka terhitung sejak 1 Juli 1965
IAIN "Al-Jami'ah" di Yogyakarta diberi nama IAIN Sunan Kalijaga, nama
salah seorang tokoh terkenal penyebar agama Islam di Indonesia. Kini hampir 60
tahun sudah usia IAIN Sunan Kalijaga, dihitung sejak diresmikannya PTAIN pada
26 September 1951. Penetapan tanggal ini dikuatkan dengan Keputusan Menteri
Agama Nomor 100 Tahun 1982 dan Keputusan Menteri Agama No. 399 Tahun 1993
tentang Status IAIN Sunan Kalijaga. IAIN-IAIN lain juga diberi tambahan nama
seperti Syarif Hidayatullah untuk IAIN Jakarta, Walisongo untuk Semarang, Sunan
Gunung Jati, Bandung dan sebagainya.
Demikianlah
perjalanan perguruan tinggi Islam hingga menjadi IAIN. Dan dalam
perkembangannya beberapa IAIN sudah berubah menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN). Hingga tahun 2011 jumlah UIN ada 6 kampus, IAIN masih tetap 14 kampus,
STAIN 32 kampus dan semuanya tersebar di seluruh Indonesia.
C.
KEADAAN PTAI SAAT INI
Hingga saat ini, jumlah perguruan tinggi Islam
diseluruh Indonesia sangat banyak. Ada
yang berbentuk Sekolah Tinggi Islam Tarbiyah (STIT), Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan juga UIN (Universitas
Islam Negeri). Berikut ini akan kami paparkan daftar nama-nama perguruan tinggi
Islam baik negeri maupun swasta.
1.
Perguruan Tinggi Islam
Negeri
1 UIN Alaudin Makassar
2 UIN Malang
3 UIN Sulthan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
4 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
5 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1 IAIN Antasari Banjarmasin
2 IAIN
Ar-Raniry Banda Aceh
3 IAIN
Sultan Amal Gorontalo
4 IAIN Imam Bonjol Padang
5 IAIN Mataram
6 IAIN Raden Fatah Palembang
7 IAIN Raden Intan Bandar Lampung
8 IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang
9 IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
10 IAIN Sumatera Utara Medan
11 IAIN
Sunan Ampel Surabaya
12 IAIN
Walisongo Semarang
13 IAIN
Ambon
14 IAIN
Cirebon
1 STAIN
Syekh Abdurrahman Siddiq Bangka Blitung
2 STAIN
Al-Fatah Jayapura
3 STAIN
Batusangkar
4 STAIN
Bengkulu
5 STAIN
Bukittinggi
6 STAIN
Cot Kala Langsa
7 STAIN
Curup
8 STAIN
Datokrama Palu
9 STAIN
Jember
10 STAIN
Jurai Siwo Metro Lampung
11 STAIN Kediri
12 STAIN Kendari
13 STAIN Kerinci
14 STAIN
Kudus
15 STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe
16 STAIN
Manado
17 STAIN
Padangsidempuan
18 STAIN
Palang Karaya
19 STAIN
Palopo
20 STAIN
Pamekasan
21 STAIN
Parepare
22 STAIN
Pekalongan
23 STAIN
Ponorogo
24 STAIN
Pontianak
25 STAIN
Purwokerto
26 STAIN
Salatiga
27 STAIN
Samarinda
28 STAIN
Sorong
29 STAIN
Surakarta
30 STAIN
Ternate
31 STAIN
Tulung Agung
32 STAIN Watampone
2.
Perguruan Tinggi Islam
Swasta
1) Universitas Ahmad
Dahlan
2) Universitas Al Azhar
Indonesia
3) Universitas Al
Khaerat Palu
4) Universitas Al
Washliyah
5) Universitas At
Thahiriyah
6) Universitas
Cokroaminoto
7) Universitas
Darmawangsa
8) Universitas Darul
Ulum (UNDAR)
9) Universitas Darul
Ulum Islamic Center Sudirman
10) Universitas Ibnu
Chaldun
11) Universitas Ibnu
Khaldun
12) Universitas Islam 45
(UNISMA)
13) Universitas Islam Assyafi`iyah
14) Universitas Islam
Bandung (UNISBA)
15) Universitas Islam
Indonesia
16) Universitas Islam
Jakarta
17) Universitas Islam
Jember
18) Universitas Islam
Malang
19) Universitas Islam
Muhammad Arsyad Al Banjary Kalimantan
20) Universitas Islam
Nusantara (UNINUS)
21) Universitas Islam
Riau
22) Universitas Islam
Sultan Agung (UNISSULA)
23) Universitas Islam
Sumatera Utara
24) Universitas Islam
Syekh Yusuf
25) Universitas Juanda
26) Universitas
Muhammadiyah Lampung Tengah
27) Universitas
Muhammadiyah Magelang
28) Universitas
Muhammadiyah Makasar
29) Universitas Muhammadiyah
Malang
30) Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya
31) Universitas
Muhammadiyah Palembang
32) Universitas
Muhammadiyah Palu
33) Universitas
Muhammadiyah Ponoroga
34) Universitas
Muhammadiyah Pontianak
35) Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat
36) Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
37) Universitas
Muhammadiyah Surabaya
38) Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS)
39) Universitas
Muhammadiyah Tapanuli Selatan
40) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
41) Universitas Muslim
Indonesia
42) Universitas Pancabudi
43) Universitas
Paramadina
44) Universitas Prof Dr
Hamka (UHAMKA)
45) Universitas Satyagama
46) Universitas
Singaperbangsa
47) Universitas Sunan
Giri
48) Universitas Wiralodra
49) Universitas YARSI
50) Universitas
Muhammadiyah Banda Aceh
51) Universitas
Muhammadiyah Bandar Lampung
52) Universitas
Muhammadiyah Bengkulu
53) Universitas Muhammadiyah
Gresik
54) Universitas
Muhammadiyah Jakarta
3. Kategori
Institut
KESIMPULAN
1.
Gagasan pendirian IAIN terwujud
pada tanggal 8 Juli 1946 ketika Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di Jakarta
di bawah pimpinan Prof. Abdul Kahar Muzakkir, sebagai realisasi kerja sebuah
yayasan (Badan Pengurus Sekolah Tinggi Islam) yang dipimpin oleh Drs. Mohammad
Hatta sebagai ketua dan M. Natsir sebagai sekretaris. Sebelumnya gagasan
tentang IAIN disampaikan . Dr.
Satiman Wirjosandjoyo dalam Pedoman Masyarakat No. 15 Tahun IV (1938)
2.
perkembangan IAIN bermula dati STI
(sekolah Tinggi Islam), kemudian berkembang menjadi UII (Universitas Islam
Indonesia), berlanjut menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam) dan kemudian
menjadi IAIN (institut Agama Islam Negeri).
3. Dalam perkembangannya
beberapa IAIN sudah berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Hingga
tahun 2011 jumlah UIN ada 6 kampus, IAIN masih tetap 14 kampus, STAIN 32 kampus
dan semuanya tersebar di seluruh Indonesia. PTAI mengalami perkembangan dengan
bermunculan berbagai nama PTAI yang dikelola oleh yayasan (swasta).
DAFTAR PUSTAKA
Atho
Mudzhar , Kedudukan IAIN sebagai Perguruan Tinggi. (DEPAG - BIRO HUKUM
DAN HUMAS) DISADUR Hartono Ahmad Jaiz dalam Ada Pemurtadan di IAIN,
Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2005
Yahrin
Harahap, Perguruan Tinggi Islam Di Era Globalisasi, Yogya : Tiara
Wacana, 1998.
http://forummah.blogspot.com/sejarahIAIN, diakses 1 Juni 2012
file:///wiki/Daftar_perguruan_tinggi_Islam_negeri_di_Indonesia,
diakses 2 Juni 2012
http://ahmadasen.wordpress.com/tag/perguruan-tinggi-islam, diakses 2 Juni 2012