KAJI
KALENG
Siapa yang
tidak ingin naik haji ? saya rasa tiap muslim ingin berkunjung ke Baitulloh,
shalat di masjidil Haram dan Masjid Nabawi, berkunjung ke makam Rasulullah saw.
Memang berbagai alas an mengiringi kepergian ke baitulloh. Ada yang karena
murni panggilan Ilahi, ada yang ingin cari berkah, pulang dipanggil pak Haji
(lidah jawa menyebut pak Kaji), dan alas an lainnya. Singkatnya
hamper setiap muslim ingin –setidaknya mau- pergi ke makkah dan Madinnah.
Berbagai cara
ditempuh bagi mereka yang punya niat untuk pergi kaji. Bahkan karena
pergi kaji ini adalah panggilan Ilahi, maka siapapun berhak untuk
berangkat, mulai dari orang biasa sampai mereka yang berpangkat, mulai pedagang
kecil sampai pengusaha besar, mulai dari pengamen sampai presiden. Sebab,
persoalan haji tidak hanya masalah materi, tetapi masalah niat dan panggilan
Ilahi.
Maka berbagai
istilahpun muncul untuk menggambarkan cara orang untuk bisa pergi kaji.
Ada istilah kaji kacang goring, untuk menggambarkan perjuangan
seseorang untuk bisa pergi kaji hanya dengan bermodal jualan kacang
goreng.ada lagi isitlahkaji soto bagi penjual soto, kaji bakso,
kaji sapi, kaji kebo atau juga
kaji wedus bagi peternak kambing yang sukses pergi kaji.
Maka kaji
kaleng pun juga sebuah istilah. Kaji kaleng bisa punya dua makna.
Pertama orang yang pergi kaji karena sukses memproduksi/menjual kaleng.
Dan kedua karena cara unik yang digunakan sebagai cara untuk bisa pergi kaji.
Dalam sebuah
pengajian kecil beberapa hari lalu, seorang ustadz membahas satu hadits tentang
kesungguhan niat. Rasulullah saw pernah bersabda, “ Carilah dengan
sungguh-sungguh apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada
Alloh dan janganlah kamu lemah.” Atau kalo tidak salah bahasa aslinya adalah:
إحرص ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز
Nah, hadits
diatas menjelaskan bahwa seorang muslim diperintah untuk bersungguh dalam
mencari sesuatu yang bermanfaat baginya. Sesuatu yang bermanfaat itu biasanya
apapun yang diperintahkan oleh agama, salah satunya ibadah haji.
Sekali lagi
ibadah haji adalah panggilan Ilahi yang dibarengi dengan keinginan kuat dalam
hati sseorang. Jika seorag muslim sudah dibukakan pintu hidayah, maka tidak ada
seorangpun yang bisa menyesatkannya. Jika tekad itu sudah ada maka segala cara
dilakukan untuk mencapai tujuan itu.
Kembali ke kaji
kaleng. Kaleng biasanya dijumpai pada bungkus makanan instan, roti
misalnya. Kalo dalam masyarakat jawa biasa disebut Blek ( entah itu
tulisannya black/bleck/blek), yaitu wadah bekas makanan kering/ roti.
Nah kaji kaleng/ kaji blek ini diistilahkan bagi orang yang punya tekad
untuk naik haji dan cara yang digunakan ialah dengan menabung/menyisihkan uang
sedikit demi sedikit dalam kaleng bekas bungkus roti.
Sebenarnya cara
ini sih sudah lama digunakan masyarakat dulu. Cerita kakek nenek dulu orang itu
kalo nabung biar awet biasanya menggunakan kaleng bekas yang ditutup rapat dan
dilubangi sebesar lubang uang. Mirip kotak amal di masjid lah. Tapi kalo urusan
haji, tentu kalengnya harus lebih besar, kan haji tidak murah.hehehe
Cara
tradisionel ini sebenarnya cukup efektif
juga. Seandainya tiap hari bisa istiqomah menabung katakanlah
5000 rupiah, maka satu tahun kurang lebih 5000 x 365 = 1.825.000 rupiah.
Lumayan kan.
Andaikan 3
tahun kaleng itu penuh, maka 3 x 1825.000 = 5.475.000 rupiah. Tiap tiga tahun
uangnya ditukar dengan emas 24 karat (misal harga 500.000/gram), maka tiga
tahun dapet 11 gram emas (nambah 25 ribu lagi) hehehehe
Nah, andaikan
untuk tahun2 kedepan, biaya haji = 40 juta rupiah, maka butuh waktu sekitar 22
tahun (kalo tiap hari nabung 5 ribu rupiah dan tidak dibelikan emas). Wah lama
juga ya,,,,
Tapi ya gak
apa-apa, kan yang penting ada niat + usaha, kalo mau lebih cepat berarti
nabungnya lebih banyak…..lagipula kalo lewat haji regular juga perlu nunggu
waktu tahun-tahunan.
Kalo
misalnya tiap 3 tahun dibelikan emas, maka biaya haji akan terasa lebih ringan,
sebab dari hari ke hari biaya emas terus naik, dan emas adalah salah satu
barang simpanan yang tidak mudah rusak (aset yang efektif dan efisien). Bayangkan, beberpa tahun lalu, 1 gram emas
masih seharga 65.000, sekarang sekitar 500.000 rupiah,,, kenaikan yang berlipat
kali.
Kalo di
itung-itung, sebenarnya biaya naik haji itu bukan semakin mahal tapi malah
semakin murah. Memang nominalnya selalu bertambah dan seakan sangat besar, tapi
jika dibandingkan jaman dulu, tentu jauh lebih murah saat ini. Menurut cerita
masyarakat, di tahun 70-an, orang baru bisa berangkat haji kalo mau menjual
sekitar 11 ekor sapi, nah sekarang dengan 3-4 ekor sapi sebenarnya sudah bisa
berangkat haji.
Jadi selama ada
niat dan usaha, pasti ada jalan untuk sampai ke tujuan.
Tidak masalah
caranya untuk pergi haji itu bagaimana,yang penting halal dan benar. Tidak
perlu malu untuk berusaha mulai muda menabung agar bisa naik haji. Meski nantinya
ada isitilah kaji kaleng, kaji kerupuk, kaji kacang goreng, kaji roti bakar ato
apalah. lagi pula naik haji kan tidak boleh ada niatan lain kecuali lillahi
Ta’ala, lebih-lebih hanya untuk cari nama.
Lagi pula
setelah pulang haji, kalaupun dipanggil pak kaji, tidak diembel-embeli
dengan kaleng, kacang ato lainnya. Kalaupun diembel-embeli juga gak apa-apa,
karena tak setiap orang bisa menunaikan rukun islam yang ke lima ini, walaupun
sebenarnya setiap orang punya kesempatan.
Jadi tidak ada
salahnya kan, sejak muda punya niatan untuk bisa haji meski ternyata sampai
akhir hayat tak pernah sampai di tanah suci. Pokoknya sedia payung sebelum
hujan……
30-10-12, 13:11