ahmadnursanto

Kamis, 01 November 2012

KAJI KALENG


KAJI KALENG

Siapa yang tidak ingin naik haji ? saya rasa tiap muslim ingin berkunjung ke Baitulloh, shalat di masjidil Haram dan Masjid Nabawi, berkunjung ke makam Rasulullah saw. Memang berbagai alas an mengiringi kepergian ke baitulloh. Ada yang karena murni panggilan Ilahi, ada yang ingin cari berkah, pulang dipanggil pak Haji (lidah jawa menyebut pak Kaji), dan alas an lainnya. Singkatnya hamper setiap muslim ingin –setidaknya mau- pergi ke makkah dan Madinnah.
Berbagai cara ditempuh bagi mereka yang punya niat untuk pergi kaji. Bahkan karena pergi kaji ini adalah panggilan Ilahi, maka siapapun berhak untuk berangkat, mulai dari orang biasa sampai mereka yang berpangkat, mulai pedagang kecil sampai pengusaha besar, mulai dari pengamen sampai presiden. Sebab, persoalan haji tidak hanya masalah materi, tetapi masalah niat dan panggilan Ilahi.
Maka berbagai istilahpun muncul untuk menggambarkan cara orang untuk bisa pergi kaji. Ada istilah kaji kacang goring, untuk menggambarkan perjuangan seseorang untuk bisa pergi kaji hanya dengan bermodal jualan kacang goreng.ada lagi isitlahkaji soto bagi penjual soto, kaji bakso, kaji sapi, kaji kebo atau  juga kaji wedus bagi peternak kambing yang sukses pergi kaji.
Maka kaji kaleng pun juga sebuah istilah. Kaji kaleng bisa punya dua makna. Pertama orang yang pergi kaji karena sukses memproduksi/menjual kaleng. Dan kedua karena cara unik yang digunakan sebagai cara untuk bisa pergi kaji.
Dalam sebuah pengajian kecil beberapa hari lalu, seorang ustadz membahas satu hadits tentang kesungguhan niat. Rasulullah saw pernah bersabda, “ Carilah dengan sungguh-sungguh apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Alloh dan janganlah kamu lemah.” Atau kalo tidak salah bahasa aslinya adalah:
إحرص ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز
Nah, hadits diatas menjelaskan bahwa seorang muslim diperintah untuk bersungguh dalam mencari sesuatu yang bermanfaat baginya. Sesuatu yang bermanfaat itu biasanya apapun yang diperintahkan oleh agama, salah satunya ibadah haji.
Sekali lagi ibadah haji adalah panggilan Ilahi yang dibarengi dengan keinginan kuat dalam hati sseorang. Jika seorag muslim sudah dibukakan pintu hidayah, maka tidak ada seorangpun yang bisa menyesatkannya. Jika tekad itu sudah ada maka segala cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu.
Kembali ke kaji kaleng. Kaleng biasanya dijumpai pada bungkus makanan instan, roti misalnya. Kalo dalam masyarakat jawa biasa disebut Blek ( entah itu tulisannya black/bleck/blek), yaitu wadah bekas makanan kering/ roti. Nah kaji kaleng/ kaji blek ini diistilahkan bagi orang yang punya tekad untuk naik haji dan cara yang digunakan ialah dengan menabung/menyisihkan uang sedikit demi sedikit dalam kaleng bekas bungkus roti.
Sebenarnya cara ini sih sudah lama digunakan masyarakat dulu. Cerita kakek nenek dulu orang itu kalo nabung biar awet biasanya menggunakan kaleng bekas yang ditutup rapat dan dilubangi sebesar lubang uang. Mirip kotak amal di masjid lah. Tapi kalo urusan haji, tentu kalengnya harus lebih besar, kan haji tidak murah.hehehe
Cara tradisionel ini sebenarnya cukup efektif  juga. Seandainya tiap hari bisa istiqomah menabung katakanlah 5000 rupiah, maka satu tahun kurang lebih 5000 x 365 = 1.825.000 rupiah. Lumayan kan.
Andaikan 3 tahun kaleng itu penuh, maka 3 x 1825.000 = 5.475.000 rupiah. Tiap tiga tahun uangnya ditukar dengan emas 24 karat (misal harga 500.000/gram), maka tiga tahun dapet 11 gram emas (nambah 25 ribu lagi) hehehehe
Nah, andaikan untuk tahun2 kedepan, biaya haji = 40 juta rupiah, maka butuh waktu sekitar 22 tahun (kalo tiap hari nabung 5 ribu rupiah dan tidak dibelikan emas). Wah lama juga ya,,,,
Tapi ya gak apa-apa, kan yang penting ada niat + usaha, kalo mau lebih cepat berarti nabungnya lebih banyak…..lagipula kalo lewat haji regular juga perlu nunggu waktu tahun-tahunan.
  Kalo misalnya tiap 3 tahun dibelikan emas, maka biaya haji akan terasa lebih ringan, sebab dari hari ke hari biaya emas terus naik, dan emas adalah salah satu barang simpanan yang tidak mudah rusak (aset yang efektif dan efisien).  Bayangkan, beberpa tahun lalu, 1 gram emas masih seharga 65.000, sekarang sekitar 500.000 rupiah,,, kenaikan yang berlipat kali.
Kalo di itung-itung, sebenarnya biaya naik haji itu bukan semakin mahal tapi malah semakin murah. Memang nominalnya selalu bertambah dan seakan sangat besar, tapi jika dibandingkan jaman dulu, tentu jauh lebih murah saat ini. Menurut cerita masyarakat, di tahun 70-an, orang baru bisa berangkat haji kalo mau menjual sekitar 11 ekor sapi, nah sekarang dengan 3-4 ekor sapi sebenarnya sudah bisa berangkat haji.
Jadi selama ada niat dan usaha, pasti ada jalan untuk sampai ke tujuan.
Tidak masalah caranya untuk pergi haji itu bagaimana,yang penting halal dan benar. Tidak perlu malu untuk berusaha mulai muda menabung agar bisa naik haji. Meski nantinya ada isitilah kaji kaleng, kaji kerupuk, kaji kacang goreng, kaji roti bakar ato apalah. lagi pula naik haji kan tidak boleh ada niatan lain kecuali lillahi Ta’ala, lebih-lebih hanya untuk cari nama.
Lagi pula setelah pulang haji, kalaupun dipanggil pak kaji, tidak diembel-embeli dengan kaleng, kacang ato lainnya. Kalaupun diembel-embeli juga gak apa-apa, karena tak setiap orang bisa menunaikan rukun islam yang ke lima ini, walaupun sebenarnya setiap orang punya kesempatan.
Jadi tidak ada salahnya kan, sejak muda punya niatan untuk bisa haji meski ternyata sampai akhir hayat tak pernah sampai di tanah suci. Pokoknya sedia payung sebelum hujan……

30-10-12, 13:11