ahmadnursanto
Tampilkan postingan dengan label UMUM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label UMUM. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Oktober 2016

MASALAH / UJIAN / MUSIBAH


MASALAH  / UJIAN / MUSIBAH

Siapa yang tidak pernah punya masalah ? setiap manusia pasti punya masalah.
Siapa yang tidak pernah diuji ? setiap manusia sedang menjalani ujian.
Siapa yang tidak pernah terkena musibah? Setiap manusia pernah mendapat musibah walau ringan kadarnya.

Masalah – ujian – musibah merupakan pernak pernik kehidupan yang mengiringi manusia semenjak pertama kali membuka mata sampai nanti kembali menutup mata.

Ketiga istilah ini seringkali dipahami negatif sehingga manusia selalu berusaha menghindarinya.  Walaupun sebenarnya ia sadar bahwa hidup tidak akan lepas dari tiga kejadian tersebut.
Adalah sebuah masalah bila kita tidak memahami dan menempatkan tiga istilah tersebut dengan benar.

Beberapa dan mungkin kebanyakan kita salah dalam menyikapi sesuatu lantaran tidak memahami  ia sedang diuji, sedang mendapat masalah atau sedang mendapat ujian.
Untuk itu, coba kita bedakan tiga istilah ini dengan santai dan tetap fokus supaya tak jadi tambah masalah hehe.

Masalah itu sesuatu yang harus dipecahkan, dicari solusi dan diselesaikan.
Ujian adalah sesuatu yang harus dilalui sampai akhir untuk mengetahui dan meningkatkan mutu yang diuji.
Sedang Musibah adalah sesuatu yang harus diterima dalam perjalanan hidup.

Ada titik perbedaan yang harus kita pahami:

“Masalah harus dipecahkan dan diselesaikan”, “Ujian harus diterima dan dilalui sampai selesai”, dan “Musibah itu harus diterima”

Oleh karena itu,
Hidup adalah ujian yang di dalamnya ada masalah yang harus diselesaikan dan kadang ada musibah yang harus diterima.

Sesuatu yang menimpa kita harus kita tempatkan dengan benar: ia masalah, ujian atau musibah.
Masalah butuh solusi dan jalan keluar juga harus segera diselesaikan.
Ujian tidak butuh diselesaikan, ia hanya perlu dilewati dengan benar.
Sedang musibah, ia hanya perlu diterima dengan ikhlas dan lapang dada.
Selesai !!!

Hidup itu ujian (Quran surat Al Mulk ayat 2) maka jalani dengan cara yang benar. Terima dan lalui dengan sikap yang sesuai petunjuk Si Pembuat Ujian. toh ujian ada selesainya dan ujian tidak boleh berhenti di tengah jalan.

Jadi,  ketika timbul masalah dalam hidup maka yang diselesaikan adalah masalahnya, bukan hidupnya. Karena hidup adalah ujian. bukan kita yang menentukan kapan usainya. Justru ketika hidup diakhiri sendiri, disitu ada adzab menanti. Neraka ancamannya karena ia gagal melewati ujian.

Oleh karena itu, dalam ekonomi, keuangan, kesehatan, dan lainnya yang ada adalah “masalah” bukan ujian. sehingga dalam bidang tersebut harus dicari solusi dan segera diselesaikan dan tidak boleh dianggap ujian yang hanya dilalui saja. Ia adalah masalah yang perlu diakhiri.

Makanya kita tidak pernah mendengar istilah “ujian ekonomi, ujian keuangan, ujian bidang kesehatan, dll” karena ia hanya masalah yang timbul dalam kehidupan manusia.

Kita sering mendengar istilaah “ujian” dalam ranah pendidikan. Misalnya Ujian tengah semester, Ujian akhir semester, sampai Ujian akhir nasional. Memang betul semua itu adalah “ujian”.  Maka seorang siswa harus melalui tahap itu dan tidak bisa tidak. Haram hukumnya seorang siswa cepat-cepat mengakhiri dan apalagi tidak mengikutinya.

Di tata cara terbaru pun, “ujian sekolah” semakin sesuai namanya. Dari segi waktu, misalnya. Sekarang siswa yang mengikuti “ujian” harus tetap di tempat duduk sampai waktu ujian selesai. Ia tidak boleh keluar meninggalkan kelas walaupun sudah menyelesaikan soal / masalah nya. Ini sudah betul. Memang “ujian “ itu harus dilalui sampai akhir.

Musibah. Sering kita dengar kata muslibah dan berkonotasi negatif. Misalnya musibah bencana alam, musibah kematian, musibah kecelakaan, dan sebagainya. Tidak salah memang penempatan kata “musibah” untuk membuat rangkaian kata tersebut. Sesuatu negatif yang mengenai kehidupan kita memang “layak” disebut “musibah”.

Masalahnya, kita sering salah menyikapi “musibah”.
Padahal “musibah” adalah sesuatu yang harus diterima dalam hidup. mau gak mau ia pasti datang dan teri ma dak terima ia harus diterima. Ia harus ikhlas diterima saat itu juga.  

Alloh memberi “musibah” supaya manusia bersabar terhadap ketentuanNya. Solusinya ya “sabar” itu. Dan kesabaran itu akan diganjar kebaikan dan surga. Dalam al baqarah ayat 157 disebutkan bahwa yang sabar dalam menerima ‘musibah” lalu megembalikan musibah itu sebagai ketentuan dari Ilahi,  maka mereka itu yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Maka “musibah” tidak harus sesuatu yang jelek. Kecantikan, ketampanan, kekayaan, kegagahan dan sebagainya itu bisa jadi adalah “musibah” yang digunakan untuk menguji kita.

“musibah’ tidak boleh ditolak, bahkan tidak bisa ditolak. Ya diterima saja dan disikapi dengan benar. Hanya saja “musibah” bisa jadi diberikan lantaran kita berbuat salah dan dosa. Untuk itu supaya “tidak mudah” terkena musibah ya berbuatlah yang baik sesuai aturan yang benar.

Dan, musibah bisa jadi sekaligus ujian, untuk mengetahui sejauh mana kita bisa melalui dan bersikap sesudahnya. Musibah seringkali menimbulkan masalah setelahnya dan inilah yang harus kita selesaikan, kita cari solusinya. Yaitu masalah nya, dan bukan ujiannya.
_ _ _ _ _ _
Minggu ini pekan ujian sekolah bagi peserta didik.  Maka pekan itu harus dilalui dan dijalankan sesuai aturan.
Terlebih hari ini, ujian Matematika. Jadwal dan waktu yang berikan adalah ujian yang harus dilalui. Soal matematika adalah masalah yang mesti dipecahkan dan lupa rumus serta nilai tidak bagus  adalah musibah yang harus diterima.  

Begitulah gambaran sederhana masalah – ujian – musibah.


Selamat berhari jum’at…. Kita lalui hari ini dengan benar sesuai petunjuk Ilahi, kita selesaikan masalah yang ada hi hari ini dan semoga tidak ada musibah kejelekan yang menimpa kita hari ini.

Kamis, 07 April 2016

MENJAWAB INFO PUASA RAJAB





Mengakhiri bulan Jumadil Akhir (sani) selalu mendapat kiriman via medsos untuk menyambut bulan Rajab yang datang pasca Jumadil Akhir. Banyak redaksi tulisan/informasi, dan yang paling sering adalah sebagai berikut:

Puasa Rajab tanggal 1 akan menghapus dosa selama tiga tahun, tanggal 2 akan menghapus dosa selama 2 tahun, tanggal 3 akan menghapus dosa 1 tahun, tanggal 4 akan menghapus dosa selama 1 bulan, dan amal dibulan rajab akan diberi pahala 70 x lipat. (riwayat tidak jelas).
Banyak informasi semisal yang beredar dengan banyak redaksi berbeda. Teapi semua dengan riwayat tidak jelas. Bahkan ada yang pahala menjanjikan yakni “siapa yang mengingatkan akan puasa rajab maka mendapat pahala seperti beribadah 80 tahun, atau yang semisal.

Saya biasanya tidak berkomentar alias tidak sy jawab, sebab bila dijawab akhirnya adalah debat kusir yakni debat yang tanpa ujung. Saya meyakini info tersebut adalah salah sedang yang memberi info ada beberapa kemungkinan: Tidak tahu bahwa yang dishare adalah salah baik karena jahil dan atau fanatik buta (taqlid berlebih), tahu bahwa itu salah tetapi tidak peduli bahwa hal salah tidak boleh dishare dan atau berniat mendapat pahala kebaikan, dan ketiga tidak peduli benar salah dan sekedar share dengan niat kebaikan.
Sederhananya dapat dipetakah sebagai berikut:
1.      Tidak tahu infonya salah : a) karena kurang ilmu, b) karena fanatik kelompok atau individu (taqlid buta)
2.      Tahu info itu salah : a) tidak peduli dan tetap dishare, b) ingin mendapat pahala kebaikan
3.      Tidak peduli benar salah yang penting dishare.
Setelah dipetakan, baru bisa kita dengan mudah memberi jawaban.
1.      Tidak tahu kesalahan informasi karena kurang ilmu.
Jawaban untuk kelompok yang ini adalah dengan memberi keterangan kesalahan informasi. Pertama, informasi yang diyakini sebagai Hadits/perkataan Rasulullah SAW tersebut sejatinya adalah hadis palsu yang tidak diucapkan Nabi atau kata lainnya hadis yang dibuat manusia. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “ Hadits yang menunjukkan keutamaan puasa rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi Shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya.” (Lathoif al ma’arif, hal 123). Dan masih banyak ulama yang berkata semisal. Imam Ibnul Qayim rahimahullah berkata,” Setiap hadits yang membicarakan puasa rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat maghrib pada malam-malam pertama bulan rajab) itu berdasarkan hadits dusta.” (Al Manar al Munif hal 49). Kesimpulannya, informasi yang dibagikan selama ini adalah bukan berasal dari perkataan Nabi Shalallohu alaihi wassalam sekalipun ada yang berpendapati itu sebagai hadits tapi pendapat tidak dapat menjadi hujjah dalam mementukan sah atau tidaknya hadis kecuali didukung penelitian hadis secara ilmiah. Dan ternyata secara ilmiah itu bukan hadits.
2.      Tidak tahu kesalahan informasi karena tertutup fanatik juga taqlid
Cukup sulit untuk meluruskan keloompok kedua ini. Maka tidak ada jawaban kepada kelompok kedua ini kecuali sebatas nasehat dan ajakan untuk mengurangi sifat fanatik kelompok maupun individu dalam mengambil agama, kecuali kepada ulama yang kompeten dan memiliki dasar ilmiah dan hujjah yang shahih.
3.      Tahu salah tetapi Tidak peduli
Untuk kelompok ini semoga ditambah hidayah kepadanya. Minimal ia tahu bahwa informasi tersebut adalah salah. Kita doakan kelompok ini supaya mendapat hidayah untuk lebih peduli dan respec dalam beragama dan beribadah. Bahwasannya agama tidaklah sekedar ilmu yang dihafal tetapi perlu kepedulian diri untuk berpegang dengannya. Apabila ada suatu kesalahan atau hal yang tidak benar, maka orang yang peduli tidak akan mau melakukan dan bahkan mengingkari hal yang salah tersebut.
4.      Ingin mendapat pahala kebaikan
Untuk kelompok ini perlu dijelaskan dan didoakan hidayah atasnya. Bahwasannya kebaikan tidaklah diperoleh kecuali mentaati apa yang diperintahkan Alloh SWT dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallohu alaihi wassalam. Kebaikan tidaklah diperoleh pahala kecuali memenuhi tiga syarat diterimanya amal yakni: Islam, Ikhlas dan Ittiba (mengikuti/mencontoh Nabi shalallahu alaihi wassalam). Barangkali untuk kelompok ini telah memenuhi 2 syarat awal yakni Islam dan Ikhlas. Tetapi tidak untuk syarat ketiga. Maka bila ia masih bersikukuh untuk mendapat pahala kebaikan maka bertolak dari keyakinan bahwa apa yang disampaikan itu tidak benar yakni tidak ada riwayat dar Nabi yang memerintahkan puasa khusus di bulan rajab. Bila ia bersikukuh untuk menyebarkan disertai keyakinan pahala dalam beramal, maka ia jatuh dalam kebid’ahan yakni mengadakan peribadahan kepada Alloh tanpa dicontohkan oleh Nabi dan shahabatnya , dan secara hukum ibadah tersebut tidak diterima (bahkan ditolak).
5.      Tidak peduli salah benar
Untuk kelompok ini, perlu dibuka mata hati dan mata pikir bahwa hidup tidak hanya soal bernafas dan beraktifitas tanpa ada konsekuensi (perhitungan). Hidup adalah ibadah. Tidak boleh ada keyakinan diluar itu. Manusia yang memahami siapa dirinya, dari mana ia berasal dan kemana ujung kehidupan ini akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tidak mungkin ia tidak peduli dengan agamanya, nasibnya kelak, amal shalih, dan sebagainya. Ia akan mencari dan memegang teguh kebenaran. Ia bukan hanya peduli kebenaran tetapi lebih itu ia selalu terpacu untuk mengetahui dan belajar serta memilih kebenaran dan kemudian memasang badan untuk membela dan melaksanakan kebenaran tersebut. Maka untuk kelompok ini kita doakan mendapat hidayah dari Allah SWT dan perlu untuk selalu kita nasehati dengan cara yang baik.

Kesimpulannya dan solusi
1.      Puasa mengkhususkan bulan rajab adalah tidak benar karena tidak berdasarkan dalil shahih
2.      Tidak boleh menyebarkan info yang salah terutama masalah agama

Solusi

Perbanyaklah ibadah di bulan rajab karena ia termasuk salah satu bulan yang mulia dan mengisinya dengan meningkatkan kualitas ibadah dengan tidak membuat – buat ibadah baru yang tidak dicontohkan Nabi Shalallohu alaihi wassalam. Kita cukupkan dengan melakukan amalan yang biasa saja tetapi dengan kualitas yang berbeda. Diantaranya: puasa senin kamis, puasa 3 hari, puasa dawud, membaca quran, melaksanakan ibadah sunnah lainnya.

Rabu, 13 Januari 2016

UNTUKMU YANG DIMABUK ASMARA




Untuk kalian muda mudi yang tenggelam di laut asmara
Yang terbujuk rayu berbalut suka bernama cinta
Yang waktunya tercurah untuk masalah hati dan rasa
Yang mendamba pasangan penuh kasih dan sayang
Yang tiada harinya tanpa menyebut nama kekasih, kekasih palsunya
Yang menggebu dalam gejolak jiwa
Yang rela berkorban apapun demi kata pujaan cinta
Yang berjanji setia sehidup semati bersama
Yang siap melepas prinsip  dan melanggar norma demi hidup berdua
Yang karena dimabuk cinta tak lagi mendengar nasehat orang tua
Yang tak lagi peduli baik buruk halal haram benar salah
Yang demi cinta sampai harus menggadaikan agama
Yang rela menukar kasih sayang akhirat demi cinta semu di dunia
Yang….. yang…..yang semua karena cinta

Aku katakan pada kalian,

Cinta yang kalian rasakan, abadi hidup berdua yang kalian impikan,
Susah bahagia bersama yang dicitakan, di dunia sampai akhirat sana,
Yang mudah berjanji sepakat demi nama Alloh Ta’ala tak terpisah ruang dan masa,
Siap menganggung beban seberapa beratnya,
Demi cinta mengorbankan segalanya,

Semua rasa akan sirna.
Tak ada lagi cinta saat itu,
Tak ada lagi kesetiaan yang saat itu pernah dijanjikan,

Alloh ta’ala berfirman dala quran surat Abasa ayat 33 – 37:
#sŒÎ*sù ÏNuä!%y` èp¨z!$¢Á9$# ÇÌÌÈ   tPöqtƒ Ïÿtƒ âäöpRùQ$# ô`ÏB ÏmÅzr& ÇÌÍÈ   ¾ÏmÏiBé&ur ÏmÎ/r&ur ÇÌÎÈ   ¾ÏmÏFt7Ås»|¹ur ÏmŠÏ^t/ur ÇÌÏÈ   Èe@ä3Ï9 <͐öD$# öNåk÷]ÏiB 7Í´tBöqtƒ ×bù'x© ÏmŠÏZøóムÇÌÐÈ  
33. dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
34. pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35. dari ibu dan bapaknya,
36. dari istri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.

SETIAP ORANG akan lari
Sibuk mencari keselamatan diri
Ia akan lari dari saudara, dari ibu dan ayahnya, dari istri dan anaknya


Sungguh elok kalimat Buya Hamka dalam tafsirnya:
Bagaimana orang akan mengingat anaknya dan isterinya, ayahnya atau ibunya, saudara kandung atau tirinya, kalau dia sendiri di waktu itu sedang terlibat dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya dengan berdusta ? dan saudara, ayah, ibu, dan isteri dan anak-anak itu pun terlibat pula dalam sial mereka sendiri-sendiri.

Orang lainkah yang akan terkenang, padahal masalah yang dihadapi demikian beratnya dan keputusan belum jelas ?

Maka,
Di mana kekasihmu waktu itu ?
Bagaimana dengan dirimu saat itu?
Cinta yang dahulu dibanggakan, di manakah?
Bahkan aku dan kamu, kita akan saling mengkhianati janji cinta

Berkhianat ?
Iya, tidak hanya tak saling peduli bahkan kita akan saling lari menyelamatkan diri sendiri tanpa teringat dengan saudara, ibu, ayah, isteri juga anak yang selama di dunia setia menemani.

Maka,
Sadarlah dari lamunan asmara dan cinta
Jangan hidup dan mati hanya untuk cinta kecuali cinta pada Alloh Ta’ala dan carilah mahabahNya melalui ketaatan pada ajaran Rasul Muhammad shalallohu alaihi wassalam.

##############

Untukmu yang sudah berkasih halal
Yang sudah berikrar kepada Alloh untuk beribadah bersama
Yang berjanji setia di depan wali dan penghulu
Berbahagialah atas cinta yang suci
Cinta yang penuh ridho Ilahi
Salinglah berbagi semangat dalam menjalani hidup di jalur taqwa.

Untukmu para lelaki,
Jangan lemah dalam membina keluarga di jalan iman dan ibadah
Istrimu juga anakmu adalah tanggung jawabmu yang dengannya ada perhitungan amalmu

Untuk para suami,
Jangan pernah katakan pada istrimu untuk selalu bersama dan menjada di keadaan apapun juga
Jangan pernah membuai istri dengan jaminan perlindunganmu, yang menjadikanmu pelindung juga benteng bagi keluargamu SELAMANYA
Itu adalah KEBODOHAN dan KESOMBONGAN pada Alloh Ta’ala.

Tapi katakanlah dengan lembut di depan isteri dan anak-anakmu, di kala engkau memberi nasehat pada mereka dengan kasih sayang. Katakanlah:
“Wahai isteriku terkasih, aku tahu engkau sangat menyayangiku, dan engkau pun mengerti betapa tulus sayangku padamu. Kita percaya bahwa kita adalah dua insan yang saling mencinta. Namun Aku tidak seperti lelaki lain yang berjanji akan setia menjaga kekasihnya sehidup semati. Aku tidak berani bersumpah janji sehidup semati bersama kapanpun di manapun. dunia yang kita sedang hidup inilah tempat kita bersama tak terpisah kecuali kematian.”
“Istriku tercinta, ketahuilah suatu saat nanti aku akan meninggalkanmu. Pasti saat itu aku akan lari darimu. Aku meninggalkanmu sendiri. bahkan tidak hanya engkau, akupun akan lari dari saudaraku, anak-anak ku bahkan kedua orang tuaku. Engkaupun juga akan lari meninggalkan orang yang terkasih di duniamu.”
“Saat itu aku sibuk dengan urusanku sendiri. aku sibuk mencari perlindungan diriku. Aku tinggalkan yang kucinta saat ini demi keselamatanku sendiri. aku tak peduli padamu walau bagaimanapun keadaanmu saat itu. Aku hanya peduli pada diriku, nasibku, masa depanku sendiri. waktu itu aku sibuk untuk mencari keselamatan di hari peradilan Tuhanku.”
“Wahai belahan jiwaku, engkaupun akan sibuk dengan urusanmu. Maka carilah keselamatanmu sendiri dengan bekal iman dan amal ibadahmu. Di dunia kita bersama, di saat itu kita tak lagi sama peduli. Sebab itu, marilah kita bersama mengabdikan hidup ini dengan beribadah bersama, mencari ilmu bersama dan beramal shali h bersama untuk kehidupan kita di hari peradilan itu.”
“Untuk anak-anakku tersayang, keadaanmu pun sama dengan ibundamu. Aku akan tinggalkan kalian dan kalian akan saling menininggalkan aku. Jagalah diri kalian sendiri dengan iman dan beramal shaleh. Hiduplah bersama masyarakat dengan baik tetapi jangan lupa dengan diri kalian bahwa di hari perhirungan nanti kalian akan sendiri dan menjadi diri sendiri. jaga diri kalian dan mintalah petunjuk dan perlindungan hanya pada Alloh Ta’ala semata. Jangan pernah gantungkan dirimu dan nasibmu pada makhluk yang lemah dan tak berdaya sama sekali.”
“kalian isteri dan anak-anakku, kalian adalah pelita dalam hidupku di dunia dan semoga seperti itu pula di akhirat nanti. Satu pintaku pada kalian. Seandainya nanti aku harus lama di neraka dahulu karena dosa dan salahku, ketika itu aku sudah dilupakan oleh semua makhluk (na’udzubillahi min dzalika), ingatlah akan diriku. Mintakanlah keselamatan pada Alloh Ta’ala untukku agar aku segera dikeluarkan dari panas neraka menuju sejuk damainya surga. Mintalah syafaat pada Alloh Ta’ala untuk menolong diriku sehingga kita bisa berkumpul seperti keadaan kita didunia ini, bahagia bersama…selamanya”



Sendang, 14 Januari 2016




Senin, 30 November 2015

Doa meminta Jodoh dan Anak Keturunan yang Baik


Mendapat pasangan hidup yang shalih/shalihah ditambah kehadiran anak keturunan yang shalih/shalihah pula adalah karunia yang agung tiada ternilai. Setiap pemuda selalu mendamba keluarga yang sakinah penuh cinta dan kasih sayang serta dalam naungan rahmat Ilahi. Seorang yang sehat jiwa dan akalnya senantiasa tergerak untuk mencari pasangan terbaik sebagai teman hidup yang akan melahirkan anak keturunan yang terbaik. 

Berikut ini beberapa doa terbaik yang diabadikan Al quran tentang hamba yang meminta pasangan hidup dan generasi terbaik dalam hidup terutama doa para Nabi. Tidak mengapa mencontoh mereka dalam berdoa, malah termasuk cara yang baik dalam mengikuti para Nabi dalam berdoa. Tapi berdoa saja tidak cukup, harus diimbangi dengan usaha untuk menjadi pribadi yang terbaik demi mendapat pasangan dan anak turun yang terbaik pula.

Doa yang dipanjatkan ‘Ibadurrahman yakni hamba-hamba Alloh yang mendapat kemulian. Di antara sifatnya adalah meminta pasangan dan anak turun yang terbaik yakni menjadi penyenang hati dan menjadi imam dalam ketaqwaan. Doa ini termaktub dalam surat Al Furqon (25) ayat 74. 


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al Furqon (25) ayat 74), ket: doa yang dipanjatkan oleh hamba Alloh yang mendapat kemuliaan
2. Doa Nabi Ibrahim dan Zakaria dalam meminta anak yang shalih. Meminta anak yang shalih bagi pemuda yang belum menikah berarti juga meminta pasangan hidup yang shalihah. Sebab, faktor utama dalam mencetak generasi shalih/shalihah adalah keadaan kedua orang tua. Sehingga meminta keturunan yang baik “satu paket” dengan meminta pasangan hidup yang baik.
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصَّالِحِيْنَ
 “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Ash Shofat (37) ayat 100), Ket: Doa Nabi Ibrahim Alaihis Salam
رَبِّ لَاتَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ

"Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling Baik.” (QS. Al Anbiya (21) ayat 89, Ket: Doa Nabi Zakaria Alaihis Salam
رَبِّ هَبْ لِى مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ

"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (QS Ali Imran (3) ayat 38), Ket: Doa Nabi Zakaria Alaihis Salam


Berdoa merupakan salah satu cara dalam mereailisasikan impian dan angan angan. Bahkan termasuk perkara agung dalam agama, karena “doa adalah ibadah” sebagaimana sabda Nabi Shalallohu Alaihi wassalam yang diriwayatkan ashabus sunan secara shahih.
Karena itu, perbanyaklah doa-doa kita dalam mewujudkan impian dan harapan kita. Disamping usaha yang keras dan sungguh-sungguh, doa adalah faktor yang menentukan keberhasilan kita.
Semoga Alloh Subhanahu Wata’ala selalu meridhoi langkah kita dan mengijabahi doa-doa kita…
Amin ya Robbal alamin


@Sendang 01/12/15 







Kamis, 26 November 2015

CAMPUR RACUN

“Sampurasun” yang dipelesetkan menjadi “campur racun” terus menjadi perdebatan yang semakin memanas. Pernyataan Habib Rizieq tersebut dianggap memunculkan persepsi negatif terhadap tradisi masyarakat Sunda. Hingga saat ini tak kurang dari 16 ormas dan LSM yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sunda Menggugat (AMSM) melaporkan ketua FPI tersebut dalam ranah hukum Polda Jawa Barat.

Kontroversi tersebut bermula ketika tersebar potongan video Habib Rizieq sedang berceramah di Purwakarta 13 November 2015. Sebagian pihak langsung menunjukkan amarah dan langsung menghujani kritik tajam disertai hinaan. Kesantunan yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat nusantara (juga tentunya masyarakat Sunda) terlihat mulai memudar di tengah  modernitas masyarakat indonesia.

Bila dirunut lebih jauh, kita bisa memahami mengapa “sampurasun” menjadi “campur racun” yang langsung menjadi bomerang bagi Habib Rizieq. pernyataan “panas” tersebut sebetulnya hanya cuplikan akhir dari pernyataan yang panjang ketika mengulas tentang Syariat Islam dan adat budaya dalam masyarakat.

Hari ini umat memang menjadi sasaran empuk fitnah dan caci maki. Orang yang benci (tidak suka) dengan perkembangan penerapan syariat Islam (baik non muslim ataupun kalangan islam  yang “aneh) mulai gusar dan serampangan mencari kesalahan dari umat islam sebagai sasaran fitnah dan perpecahan. Artinya orang-orang yang tidak suka dengan Islam dalam praktis mulai berani menampakkan diri, tidak lagi lempar batu sembunyi tangan, bahkan terang terangan berkoar menimbulkan syubhat di depan media. Mereka yang mengaku muslim tetapi benci Islam sejatinya adalah munafiqun di tengah umat. Terlebih muncul gagasan baru di tengah umat untuk mereduksi penerapan Islam dari “kaffah” menjadi sebatas teoritis dan terbatas. Teoritis dalam artian Islam sebagai agama normatif yang memiliki nilai ajaran pokok yang berlaku bagi individu muslimyang dalam hal ini Islam dipandang sebagai ajaran teori yang bersifat keilmuan dan pengetahuan belaka sehingga bersifat terbatas. Ketika berbenturan dengan budaya lokal, maka Islam yang sejatinya bersifat teoriritis dan praktis harus merelakan sebagian ajaran praktisnya untuk disesuaikan dengan budaya lokal yang dalam beberapa hal malah bertentangan dengan nilai teoritis Islam. 

Lazim terdengar di telinga kita istilah “islam nusantara” yang kurang lebih membawa konsep tersebut. Secara istilah, kehadiran islam nusantara membawa perdebatan panjang mengingat Islam adalah satu agama “sempurna” yang dibawa Rasul Muhammad Shalallohu alaihi wassalam yang mana tanpa perlu dikotakkan menjadi merk islam “apa”. Tanpa melihat “isi”nya pun, term islam nusantara sebagai produk keislaman khas nusantara sudah patut menimbulkan kontroversi. Orang sudah dapat mengira islam yang nusantara akan menjadikan kebudayaan lokal atau sitilah lainnya kearifan lokal (local wisdom) sebagai acuan dalam menilai ajaran islam. Mana ajaran yang dipandang cocok maka akan dipakai dan mana yang dipandang tak seesuai dengan praktek budaya lokal maka perlu dikritisi. Pada akhirnya akan memunculkan sikap pro dan kontra yang cenderung memecah persatuan kaum muslim indonesia. Selain pasti akan ditolak para ulama, juga akan menjadi pertentangan sesama muslim karena tidak mungkin islam nusantara meng”cover”, mewadahi seluruh islam yang ada di indonesia berdasarkan ke khas an masing masing. islam nusantara yang selama ini didengungkan pun lebih berupa “islam jawa” yang mewadahi unsur kejawen (jawa kuno), hindu budha dan animisme (agama di jawa sebelumnya) dan agama Islam yang pastinya tidak akan mungkin mencampur ketiganya karena perbedaan yang banyak bertentangan. Pada gilirannya akan menimbulkan fanatisme kelompok yang dilarang oleh Islam.

Menyandingkan Islam dan budaya lokal adalah mungkin. Tetapi menyatukan ataupun meleburkan keduanya tidak mungkin sebab budaya adalah proses kreasi manusia yang tidak selalu sesuai dengan ajaran Islam. Budaya letaknya di bawah Agama. Percobaan untuk meracik Islam dan budaya menjadi satu ramuan tidak akan menghasilkan ramuan yang menyehatkan, sebaliknya justru bisa menjadi “racun” yang menghancurkan. Memang budaya tak selamanya bertentangan dengan Agama, namun tak seharusnya Agama dikemas dalam model budaya dimana unsur Agama harus rela dipreteli. Agama harus menjadi acuan dalam membentuk budaya. Agama harus menjadi semangat untuk memperbaiki budaya yang menyimpang.  Intinya, budaya harus “dikalahkan” ketika disandingkan dengan Agama. Budaya baru yang beragama harus menggantikan budaya lama yang belum sesuai agama, bukan sebaliknya.

Contoh sederhananya. Budaya jawa memakai “kemben” bagi wanita jawa, yakni berupa baju setinggi dada dengan bawahan jarit sepanjang kaki. Sedang Islam menghendaki wanita berbusana lengkap yang menutup seluruh tubuh kecualli wajah dan telapak tangan.

Dalam kasus sederhana seperti inipun, tidak mungkin dirumuskan satu kesepakatan antara budaya dan Agama dengan hak yang setara. Tidak mungkin menyuruh wanita nusantara memakai kerudung dengan baju setinggi dada dan bawah memakai rok panjang. Sangat mustahil meminta wanita nusantara untuk memakai “kemben” dengan legalitas Agama Islam, jelas ndak mungkin. Yang ada hanya satu penyelesaian: menyuruh wanita jawa memakai jilbab yang menutup seluruh aurat dengan spirit ketika memakai pakaian jawa. Artinya budaya harus tetap dikalahkan yang dalam hal ini tidak mungkin tercipta “Islam ……”. Islam ya satu yang dibawa Nabi Muhammad shalallohu alaihi wassalam.

Permasalahan yang seperti inilah yang pada akhirnya menimbulkan reaksi dan aksi pada da’I untuk “menyelamatkan” Islam di indonesia. Berbagai ceramah ditujukan untuk menguatkan semangat umat dalam menjalankan Ajaran Islam yang sesungguhnya melalui berbagai media yang akhirnya masyarakat muslim mulai “melek” terhadap ajaran islam yang sesungguhnya.

Inilah yang tidak diingini oleh mereka yang terlalu “bangga” dan “kolot” menja;ankan budaya lokal. Tidak rela jika umat islam cerdas beragama sehingga perlu untuk membantah sampai memfitnah para da’I yang mengajak pada Islam yang “kaffah”. Hingga akhirnya muncul “pengkotakan” terhadap da’I yang didukung media menjadi dai Arab dan dai Nusantara.

Sekarang yang berdakwah dengan materi dan metode Islam sunnah dijuluki “Wahabbi” dan dicap aliran keras , ekstrimis, fundamentalis (walaupun tiga istilah tersebut tak selalu bermakna negatif). Mereka dicap sebagai orang yang sok Arab dan anti nusantara. Mereka adalah virus yang harus disingkirkan dari indonesia dan tuduhan lainnya. Melalui media umat diajak untuk menentang dan memusuhi dakwah Islam yang Sunnah tersebut. Semoga Alloh menolong penyeru dakwah Islam Sunnah.

# Peristiwa ini layak menjadi perhatian kita semua. Sudah saatnya kita berdiri tegap untuk menyongsong era penuh fitnah akhir jaman. Sudah waktunya kita kritis dan memilih mana yang terbaik bagi kita. Fitnah-fitnah zaman yang seperti ini sudah disabdakan oleh Nabi Shalallohu alaihi wassalam dan hanya disuruh pada satu hal : “memegang erat ajaran Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Nabi”. Tidak ada jalan selamat kecuali satu itu. Tidak perlu menangis meratapi perubahan jaman, tetaplah tegap dan bangga memegang prinsip yang kita pilih.

Sendang sebelum jumatan 27/11/15

……. Bersambung………