ahmadnursanto

Sabtu, 08 Juni 2013

media pembelajaran IPS



Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan bergesernya peranan guru-termasuk guru IPS-sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber-terutama dari media media massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet. Mengajar bertujuan supaya siswa dapat belajar sebaik-baiknya. Apabila sarana pengajaran telah mencapai tingkatan sedemikian lengkap maka para siswa akan dapat belajar dengan lebih mandiri. Mereka akan belajar dengan media yang sudah tersedia. Bantuan ini dimaksudkan agar siswa belajar dengan hasil yang lebih optimal.
Media sebagai alat bantu pengajaran mempunyai kedudukan penting dalam pembelajaran. Guru harus terampil memilih dan menggunakan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran banyak ragamnya. Guru harus mengenal media pembelajaran agar dapat memilihnya dengan tepat.


A.    Pengertian Media
Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “ medium “ yang berarti “ pengantar atau perantara “, dengan demikian dapat diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Penyampaian materi pelajaran dengan cara komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman oleh siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu banyak menerima sesuatu ilmu dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar peluang terjadinya verbalisme. Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran.
Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya,. Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan mamahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka. Dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan.
B.     Cara memilih media pembelajaran yang tepat
Cara memilih media pembelajaran yang tepat antara lain:
1.      dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien
2.      dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
3.      dapat melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda
4.      tidak memilih media hanya dikarenakan media tersebut baru, canggih dan populer.
Alasan-alasan pentingnya media dalam proses belajar mengajar :
1.      Dalam proses belajar mengajar akan lebih berhasil apabila anak proaktif dalam proses pembelajaran tersebut..
2.      Jumlah informasi yang didapat seseorang rata-rata melalui media indra.
3.      Pengetahuan yang dapat diingat seseorang, antara lain bergantung pada melalui indra apa ia memperoleh pengetahuannya.
4.      Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas pemahaman siswa.
B.     Nilai-nilai  dan prinsip – prinsip pemanfaatan media dalam pembelajaran IPS
1.      Nilai-nilai dalam media pembelajaran IPS :
a.       Memungkinkan anak berinteraksi secaralangsung dengan lingkungannya.
b.      Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak.
c.       Membangkitkan motivasi belajar.
d.      Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
e.       Menyajikan pesan atau informasi secara serempak bagi seluruh anak.
f.       Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
g.      Mengontrol arah dan kecepatan anak.
2.      Prinsip-prinsip Pemanfaatan Media
Setelah kita menentukan pilihan media yang akan kita gunakan, maka pada akhirnya kita dituntut untuk dapat memanfaatkanya dalam proses pembelajaran. Media yang baik, belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa jika kita tidak dapat menggunakannya dengan baik. Untuk itu, media yang telah kita pilih dengan tepat harus dapat kita manfaatkan dengan sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip pemanfaatan media. Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran, yaitu :
a.       Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu jenis media yang cocok untuk semua segala macam proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan belajar. Ibaratnya, tak ada satu jenis obat yang manjur untuk semua jenis penyakit.
b.      Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang perlu. Namun harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus dalam suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa dan tidak akan memperjelas pelajaran. Oleh karena itu, gunakan media seperlunya, jangan berlebihan.
c.       Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif. Lebih baik menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa daripada media canggih namun justru membuat siswa kita terheran-heran pasif.
d.      Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya.
e.       Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Jika siswa sadar bahwa media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setip kali guru menggunakan media. Penggunaaan media yang sembarangan, asal-asalan, “daripada tidak dipakai”, akan membawa akibat negatif yang lebih buruk daripada tidak memakainya sama sekali.
f.       Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita akan menggunakan media elektronik.
C.    Kriteria Pemilihan Media Pengajaran IPS
Kriteria pemilihan media pengajaran IPS yaitu
1.      Media yang digunakan dalam pengajaran IPS harus dapat mencapai tujuan pelajaran secara efektif.
2.      Media yang digunakan dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa.
3.      Media yang digunakan dapat melayani kebutuhan dan kemampuan siswa yang berbeda-beda.
4.      Media yang digunakan tidak karena alat itu biasa atau canggih, melainkan kebermaknaanya dalam proses pembelajaran.
5.      Media yang digunakan tidak benar-benar bisa dioperasikan oleh guru.
6.      Media yang digunakan hendaklah mudah untuk diperoleh dan murah harganya, setidaknya sesuai dengan kemampuan sekolah untuk mengadakannya.





BAB III
KESIMPULAN

1.      Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Beberapa nilai-nilai dalam media pembelajaran IPS antara lain memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya dan memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak.
2.      prinsip umum yang perlu di perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran, yaitu : Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan, perlunya penggunaan media secara bervariasi, penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif, sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pelajaran, hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja, harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media.
3.      Kriteria pemilihan media pengajaran IPS yaitu media yang digunakan dalam pengajaran IPS harus dapat mencapai tujuan pelajaran secara efektif dan dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa.


DAFTAR PUSTAKA


Badruzaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Pusat penelitian Universitas Terbuka, Jakarta.
Clark, L.H. 1965, Social Studies and Mass Media. Plainfield, N.J. : New Jersey Secondary School Teachers Association
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
McLuhan, M. 1964. Understanding Media : The Extensive of Man. New York : McGraw-Hill.
Rahmadi Widdiharto. 2006. Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Slavin. 1994. Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second Edition).
Wahab,Rohmat dan Solehuddin.1999.Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.




metode pembelajaran IPs di SD


Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar disamping kemampuan - kemampuan lain yang menunjang.
Bertolak dan bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentang berbagai metode belajar mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar. Apabila telah memiliki kemampuan dalam penguasaan penggunaan metode pembelajaran IPS secara mendalam. Pengajaran IPS pada pendidikan dasar menengah dengan cara mengenalkan masalah – masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut. Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu menguasai metode – metode yang cocok untuk pembelajaran IPS agar siswa lebih tertarik pada peljaran tersebut. Banyak sekali teori – teori yang menjelaskan tentang metode untuk pembelajaran, namun kita belum mengetahui metode apa yang baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Pendidikan IPS khususnya di SD.
A.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan IPS SD ?
2.      Bagaimana macam – macam metode pembelajaran IPS SD ?
B.     Tujuan 
1.      Mengetahui metode pembelajaran Pendidikan IPS SD
2.      Mengetahui macam – macam metode pembelajaran IPS SD
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Pembelajaran
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos” yang berarti cara berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ( 1976 : 74 ). Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Nursid Suaatmadja, metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan ( 1984 : 95 ). Menurut S Hamid Hasan, metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada siswa dalam belajar ( 1992 : 4).
Dari dua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa metode pengajaran IPS itu adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas – luasnya dalam rangka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Didalam proses belajar mengajara di perlukan suatu metode yang sesuaidengan situasi dan kondisi yang ada. Metode pembelajaran seharusnya tepat guna yaitu mampu memfunfsikan si anak didik untuk belajar sendiri sesuai dengan Student Active Learning (SAL).
B.     Macam – macam metode
Metode – metode untuk mata pelajaran IPS cukup beraneka ragam. Keanekaragaman meliputi klasifikasi maupun penamaan suatu metode bahkan juga tingkat daya guna dan hasil guna suatu metode. Secara garis besar, metode pembelajaran IPS antara lain :
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu bentuk  pengajaran dimana dosen atau guru mengalihkan informasi kepada sekelompok besar atau siswa dengan cara yang terutama bersifat verbal.
Metode ceramah ini lebih tepat digunakan bila proses pembelajaran memiliki kondisi sebagai berikut:
a.       Tujuan dasar pembelajaran adalah menyampaikan informasi baru.
b.      Isi pembelajaran bersifat langka, misalnya berupa penemuan baru.
c.       Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah cara khusus keompok tertentu.
d.      Membangkitkan minat terhadap pelajaran.
e.       Isi pelajaran tidak diingat dalam waktu yang lama.
f.       Sebagai pengantar penggunaan metode yang lain dan pengarah penyelesaian tugas mengajar.
2.      Metode Tanya Jawab
Pertanyaan dapat dilihat dari beberapa model belajar – mengajar. Baik itu metode cermah,diskusi kerja kelompok atau metode yang lainnya. Metode Tanya jawab adalah sebagai format interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa.
                              Tujuan pemakaian metode tanya jawab yaitu sebagai berikut:
a.       Mengecek pemehaman siswa sebagai dasar perbaikan proses pembelajaran.
b.      Membimbing para siswa untuk memperoleh suatu ketrampilan yang kognitif maupun sosial.
c.       Memberikan rasa aman kepada siswa melalui pertanyaan yang dipastikan menjawabnya.
d.      Mendorong siswa untuk melakukan penemuan (inquiri) dalam memperjelas suatu masalah.
e.       Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas.
3.      Metode Diskusi atau metode Musyawarah
Metode diskusi dalam pengajaran IPS yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa dibedakan kepada suatu masalah, baik berupa pertanyaan maupun berupa pertanyaan yang bersifat problemik untuk dibahas atau dipecahkan oleh siswa secara bersama – sama.
Kelebihan metode diskusi yakni :
a.       Dapat menggarap kreativitas dan aktivitas siswa dalam proses belajar
b.      Siswa dapat mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasi secara bebas dalam rangka mengembangkan sikap demokratis.
c.       Hasil diskusi (pemikiran bersama) lebih baik bila dibandingkan dengan pendapat sendiri
Sedangkan kelemahan dari metode diskusi yaitu:
a.       Tidak mudah menentukan atau mencari masalah yang akan didiskusikan.
b.      Pembicaraan sering didominasi oleh siswa tertentu.
c.       Diskusi lebih banyak memerlukan waktu.
d.      Bila kegiatan ini tidak terarah, maka pembahasan masalah sering mengembang (tidak tuntas).
4.      Metode Penugasan ( pemberian tugas )
Metode pemberian tugas dapat disamakan dengan metode resitasi (recitation method). Dimana metode resitasi ini bersama dengan metode ceramah, merupakan dua metode yang paling tua, yang digunakan oleh guru yang bekerja dengan kelompok – kelompok siswa. (Hyman, 1974 : 189). Metode penugasan dalam pengajaran IPS adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil tugas yang dikerjakan. Metode ini mengacu kepada penerapan unsur – unsur “ Learning by doing”
Adapun kelebihan dari metode penugasan ini yaitu :
a.       Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif  (CBSA)
b.      Dapat mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa
c.       Dapat memperdalam materi pembelajaran
d.      Dapat merangsang gairah belajar siswa
e.       Dapat mengembangkan kreativitas melatih rasa tanggung jawab pada diri siswa
f.       Dapat mengembangkan kreativitas dan aktivitas siswa.
Adapun kelemahan dari metode ini yaitu :
a.       Kadang – kadang tidak terjadi ke relevanan antara tugas dengan materi yang dipelajari.
b.      Kurang adanya balikan bagi guru.
c.       Pengerjaan tugas kurang kontrol bila dilaksanakan di luar jam pelajaran.
5.      Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA yang tinggi. Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yank lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan tugas – tugas secara bersama – sama.
Adapun tujuan dari pengguanaan metode kerja kelompok yaitu :
a. Memupuk kemauan dan kemampuan berkerja sama bagi siswa.
b.Untuk meningkatkan keterlibatan sosial emosional siswa.
c. Untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap PBM.
Peranan guru dalam pelaksanaan kerja kelompok
a.       Sebagai pengelola, mengorganisir dan mengatur tempat duduk siswa.
b.      Sebagai pengamat, pengenal dan membantu siswa jika diperlukan.
c.       Sebagai pemberi saran dan penilai.
6.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yaitu merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja, menunjukan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh atau sebagian siswa.
Kelebihan dari metode demonstrasi yaitu:
a.       Dapat memberikan gambaran kongkrit.
b.      Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung.
c.       Dapat memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
d.      Dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan baru.
Kekurangannya atau kelemahan dari metode demonstrasi yaitu
a.       Memerlukan  persiapan yang matang.
b.      Menurut peralatan yang mengacu untuk semua siswa.
c.       Menentukan kegiatan lanjutan (follow up).

7.      Metode Karyawisata
Merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dibawa ke suatu objek di luar kelas untuk mempelajari suatu masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Kelebihan metode karyawisata yaitu :
a.       Siswa akan memperoleh pengalaman langsung.
b.      Dapat meningkatkan minat perhatian siswa dalam mempelajari sesuatu.
c.       Dapat memperkaya dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam kelas.
8.      Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan format interaksi belajar mengajar dalam pengajaran IPS yang didalamnya menampakkan adanya perilaku pura – pura dari orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Keuntungan dari pengguanaan metode simulasi yaitu :
a.       Dapat menciptakan kesenangan dan kegembiraan pada diri siswa dalam proses pembelajaran.
b.      Dapat mengurangi keabstrakan pada diri siswa dalam proses pembelajaran.
c.       Dapat memberikan pengarahan dan petunjuk sederhana dalam proses pembelajaran.
d.      Dapat melatih siswa berfikr secara kritis.
Adapun kelemahan dari penggunaan metode simulasi :
a.       Memerlukan waktu relatif lebih lama dan biaya yang relatif mahal.
b.      Memerlukan sistem pengelompokan yang cakap luwes dan kompleks
c.       Banyak menuntut imajinasi dan improfisasi guru dan siswa dalam pelaksanaannya
d.      Sulit bagi siswa berperan sesuai dengan peranan tokoh yang dimainkan
9.      Metode Inquiri dan Discovery ( mencari dan menemukan )
Metode penemuan ( discovery methode) sebagai prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan atau pengondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat.
10.  Bermain Peran ( role playing )
Bermain adalah sebuah proses belajar melalui bermain peran yang dapat mengembangkan pemahaman, dan identifikasi terhadap nilai. Siswa dalam bermain peran menempatkan diri pada posisi orang lain, apabila ia memenghayati peran itu, ia akan memahami tidak saja apa yang telah dilakukan orang tersebut. Dalam bermain peran dituntut siswa yang berkualitas, yang diharapkan mampu menghayati posisi yang diinginkan. Siswa harus mengetahui dan memahami terlebih dahuluinformasi tentang tujuan dan peran yang akan dimainkan, untuk itu perlu didiskusikan dulu dengan antar anggota kelompok untuk membangun simpati terhadap suatu nilai, yaitu nilai – nilai yang sudah dinyatakan secara lebih spesifik.
11.  Social Drama ( socio drama)
Drama sosial merupakan bermain peran yang berhubungan dengan isu sosial yang disebut dengan Joyce and Well (1980 ; 254) dengan istilah interpersonal conflict. Drama sosial hanya membatasi diri dari pada permasalahan yang berkenaan dengan aspeksosial masyarakat.
Permasalahan yang mungkin muncul antara siswa setelah suatu sosial akan sama halnya dengan apa yang sudah dikemukakandalam bermain peran. Oleh karena itu, selain aspek positif yang tercapai dalam penanamannilai melalui drama sosial, guru harus berupaya untuk menghilangkan aspek negatif yang mungkin terjadi diantara siswa yang memegang peranan tersebut



BAB III
KESIMPULAN

1.      Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif.
2.      Secara garis besarnya metode pembelajaran IPS itu antara lain :
a.       Metode ceramah
b.      Metode tanya jawab
c.       Metode diskusi
d.      Metode kerja kelompok
e.       Metode demonstrasi
f.       Metode karyawisata
g.      Metode simulasi
h.      Metode Inquiry dan Discovery
i.        Metode bermain peran ( Role Playing )
j.        Metode sosial drama



DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,. 2002.
 http://de-referencia.blogspot.com/2010/01/jenis-bentuk-belajar-menurut-van.html.
http://syaifworld.blogspot.com/2009/11/efisiensi-dan-efektifitas-belajar.html.
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
Rahmadi Widdiharto. 2006. Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar), Bandung: CV Alfabeta, 2005.
 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatanf Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Wahab,Rohmat dan Solehuddin.1999.Perkembangan dan Belajar Peserta DidikJakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.



sekilas tentang tulungagung


ANALISIS GLOBALISASI DI TULUNGAGUNG
Globalisasi ditandai denngan perubahan dan perkembangan dalam teknologi. Diantara perkembangan teknologi adalah munculnya warung internet (warnet) di lingkungan masyarakat, mulai kota sampai desa, mulai kota besar sampai kota kecil tidak terkecuali Tulungagung. Karena itu tidak aneh jika dimana-mana dapat kita temui warung internet (warnet).
Warnet sebagai dampak dari globalisasi tentu sangat berpengaruh dalam masyarakat terutama terhadap konsumen. Seperti yang kita lihat pengguna warnet tidak hanya kalangan dewasa saja, tetapi, mulai anak SD sampai orang dewasa. Bila warnet digunakan oleh orang dewasa, hal itu tidak mengapa, tetapi bagi anak usia SD, warnet seolah menjadi lingkungan baru dalam dunia permainan mereka. Bisa dilihat dimana-mana perbandingan pengguna warnet antara orang dewwasa dengan pelajar, maka akan lebih dominan digunakan pleh anak usia sekolah.
Memang perkembangan teknologi, misalnya warnet, selalu membawa dampak yang selau menyertainya. Bahkan dalam konteks udaya Indonesia, perkembangan warnet menjadi sesuatu yang sangat baru seiring perkembangan dunia internet.
Diantara dampak positif dari perkembangan teknologi terhadap masyarakat adalah masyarakat dapat mengetahui informasi dari seluruh dunia, juga dapat melakukan bisnis online. Sedangkan pada anak-anak dapat mengerjakan tugasnya dengan mencari di internet agar lebih mudah dan cepat selesai, selain itu juga anak-anak dapat mencari informasi lain tentang kebutuhan pendidikannya dan dapat menemukan artikel-artikel atau blog-blog tentang suatu meteri dalam pendidikan.
Memang saat ini di Tulunggagung anak-anak sekolah mulai di perintahkan untuk maksimal dalam penggunaan internet sebagai pendukung proses pendidikan. Bahkan di beberapa sekolah mulai ada inovasi penggunaan teknologi dalam pendidikan yang  biasanya di sebut pendidikan berbasis internet.
Sedangakan dampak negative dari adanya warnet adalah anak-anak dengan leluasa main game online yang menyebabkan mereka lupa akan tanggungjawabnya, seperti lebih mementingkan main game daripada makan dan belajar bahkan karena kecanduan game online tersebut mereka berani berbohong pada orang tua seperti meminta tambahan uang saku dengan alasan adanya iuran di sekolah atau pun untuk membeli peralatan-peralatan sekolah. Dan tak jarang juga mereka berangkat dari rumah minta izin untuk  pergi ke sekolah tapi pada kenyataannya mereka bolos sekolah karena ke warnet main game. Selain itu sikap dan perilaku mereka meniru tokoh dalam game online yang kurang patut dalam perilaku sehari-hari di dunia nyata. Dan anak-anak juga menjadi berperilaku kasar serta kurang sopan kepada orang yang lebih tua.
Dan karena perkembangan teknologi dan banyaknya warnet juga banyak anak dibawah umur yang sudah melakukan tindakan-tindakan yang belum sepantasnya dilakukannya misal adanya kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak dibawah umur kepada temannya sendiri bahkan ada yang sudah hamil diumur yang masih belasan tahun karena mereka dapat mengakses blog yang salah seperti situs porno  yang kemudian mereka tiru, tak jarang juga mengekibatkan adanya perselisihan yang kemudian berujung pada tindakan anarkis seperti tawuran.
Sedangkan pada orang dewasa banyak dijumpai penipuan yang melalui bisnis online, serta kejahatan yang lain seperti gendam, penculikan melalui perkenalan lewat jejaringan sosial.
Mempertimbangkan berbagai aspek dan dampak dari globalisasi semacam munculnya warnet ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya globalisasi membawa kemajuan dan perkembangan peradaban masyarakat. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan yang dibawa arus globalisasi memiliki dampak negative yang sangat besar. Karena itu dalam perspektif pendidikan global, maka perlu adanya tanggung jawab penuh dari praktisi dan lembaga pendidikan untuk serius mendidik siswa agar bertanggung jawab dalam menggunakan kemajuan teknologi yang ada. Misalnya dengan maraknya warnet dengan semua dampak yang ada.
Jika praktisi dan lembaga pendidikan tidak mampu membendung dampak negative dari arus kemajuan teknologi, maka semakin ke depan akan sulit diwujudkannya pendidikan berkarakter yang saat ini menjadi jiwa pendidikan dan mimpi pendidikan Indonesia.
Guru sebagai praktisi pendidikan perlu mengembangkan kemampuan dalam ha teknologi untuk mengantisipasi perubahan pada anak didik terkait globalisasi, baik perubahan secara fisik maupun psikologi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa realitasnya guru, terutama di tulungagung masih jauh tertinggal dari cepatnya arus perubahan dalam konteks globalisasi. Salah satu contoh dalam hal ini adalah ketidakmampuan guru dalam Uji Kemampuan guru (UKG) yang akhir-akhir ini dilakukan terhadap para pendidik (guru). Dari beberapa berita di surat kabar dinyatakan bahwa lebih dari 50% guru tidak lulus dalam ujian tersebut. Bisa dibayangkan, bagaimana para guru akan mampu mengejar kemampuan siswa dalam teknologi jika hanya ujian UKG saja tidak bisa menggunakan computer. Memang disatu sisi UKG tidak murni ujian computer, tetapi dari analisa UKG, guru mayoritas tidak mampu menggunakan computer, yang notabene symbol dari kemajuan teknologi dalam konteks perspektiv global.
Pengembangan kemampuan guru dalam IPTEK terutama penggunaan teknologi komputer adalah sebuah antisipasi terhadap laju perkembangan kemampuan anak didik yang bisa saja melampaui perkembangan psikologi di usia mereka sehingga dikhawatirkan terjadinya hal negatif di kalangan peserta didik.


STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN DAN PENYAMPAIAN BAHAN AJAR


STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN DAN PENYAMPAIAN BAHAN AJAR

Ahmad nur santo


Abstract: In organizing learning and delivering learning materials are important things that must be considered by a teacher so that learning can be run properly and quickly. These include the organization of pre-teaching stage, stage after stage of teaching and teaching. Teaching material is any material used to help teachers / instructors in implementing the teaching and learning activities. In essence, how the delivery of learning materials is similar or the same could be said with the teaching phase. In the delivery of learning materials, there are three phases namely, the pre instructional, instructional and evaluation, which is the third is a unity that can not be separated from one another.

Abstrak : Dalam mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan pembelajaran terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar pembelajaran dapat berjalan secara tepat dan cepat. Pengorganisasian tersebut meliputi tahap sebelum mengajar, tahap pengajaran dan tahap sesudah mengajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran ini hampir sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Dalam penyampaian bahan pembelajaran ini terdapat tiga tahapan yaitu, tahapan pra instruksional, instruksional dan evaluasi, yang ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Kata kunci : pembelajaran, bahan ajar, pengorganisasian pembelajaran dan bahan ajar

Berbagai perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional, diantaranya, terjadi dengan dikenalkannya berbagai program yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Perubahan ini menuntut penyesuaian dan bahkan terobosan dan inovasi di bidang pendidikan umumnya dan pengelolaan kelas khususnya. Pandangan ini didasari oleh tuntutan peningkatan pengelolaan, khususnya yang menyangkut bidang manajemen kelas, mengingat peran penting guru dan kelas tempat mana interaksi belajar megajar berlangsung.
            Diberlakukannya berbagai pendekatan baru dan berubahnya manajemen pendidikan nasional dari sentralistik menjadi desentralistik, yang ditandai dengan diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah, telah membawa suatu harapan baru bagi sekolah dan kelas, khususnya, dalam proses pembelajaran yang berkualitas. Pengkajian terhadap manajemen kelas akan meningkatkan pemahaman kita dalam memperoleh pencerahan tentang kelas untuk melakukan perbaikan ke depan .
Pembahasan tentang manajemen kelas sebagai suatu wacana merupakan hal yang tidak dapat disepelekan seperti pada masa-masa lalu. Harapan itu didasarkan pada kenyataan selama ini bahwa kelas sebagai unit terkecil dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional sering dilupakan dalam pembahasan berbagai kebijakan penting tentang pendidikan umumnya dan pembelajaran disekolah khususnya.
Kegiatan yang berlangsung di dalam kelas merupakan kegiatan yang penting karena kegiatan tersebut sangat menentukan hasil dari pembelajaran. Dalam kelas sebagaimana dijelaskan diatas terjadi manajemen kelas atau pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai manajer kelas. Pengorganisasian yang baik akan menjadikan kondisi kelas menjadi kondusif. Kondisi yang demikian itu akan menjadikan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas menjadi menyenangkan, khususnya kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu guru harus dapat mengelola atau mengatur pengorganisasian dengan baik.
Namun fakta menunjukkan bahwa sebagian beasr dari guru belum professional untuk melakukan Pengorganisasian pembelajaran atau pembelajaran. Sebagian besar guru hanya mengandalkan metode yang biasa digunakannya yang dianggapnya efektif. Padahal kenyataannya metode yang dipakai oleh guru tersebut kurang efektif. Guru yang tidak bisa mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan ajar akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan mengajar, demikian juga siswanya.
Pengorganisasian Pembelajaran dalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan bahwa organisasi pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri”. • Menurut Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya”. • Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar itu penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Pengorganisasian pembelajaran merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari Pengorganisasian pembelajaran. Sebab Pengorganisasian pembelajaran merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas diPengorganisasian dengan secara baik, propfesional, terus menerus dan berkelanjutan.Tulisan ini akan berusaha untuk menguraikan secara lebih jelas mengenai strategi pengorganisasian pembelajaran dan penyampaian bahan ajar yang kami ambil dari beberapa referensi yang ada dan dari pengetahuan yang kami punya, agar membantu para guru dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran dan penyampaian bahan ajar.
STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN
         Dalam mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan pembelajaran terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar pembelajaran dapat berjalan secara tepat dan cepat. Pengorganisasian tersebut meliputi tahap sebelum mengajar, tahap pengajaran dan tahap sesudah mengajar. Semua hal atau tahap-tahap tersebut harus terencana dengan baik agar guru mudah dalam melakukan pembelajaran.

Tahap Sebelum Pengajaran
Berkenaan dengan tahap sebelum pengajaran, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, guru harus menyusun terlebih dahulu mengenai rencana mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu: (1) Rumusan kompetensi dalam persiapan pengajaran harus jelas. Semakin konkret kompetensi semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi-kompetensi tersebut. (2) Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. (3) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. (4) Persiapan mengajar yang ditetapkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya. (5) Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.
Selanjutnya guru atau pengajar harus melakukan persiapan edukatif yang wajar meliputi: (1) Persiapan terhadap situasi umum. Sebelum mengajar guru harus telah memiliki pengetahuan tentang situasi umum yang akan dihadapi, misalnya saja mengenai tempat suasana dan lain-lain. Dengan pengetahuan itu ia dapat membuat perhitungan-perhitungan terhadap variabel-variabel yang berpengaruh. (2) Persiapan terhadap murid yang akan diajar. Sebelum mengajar, adalah mutlak bahwa guru harus memiliki mengenai gambaran murid yang akan diajarkan. (3) Persiapan dalam tujuan yang akan dicapai.  Sebelum mengajar, hharus telah jelas dalam perencanaan guru, tujuan apakah yang harus dicapainya bersama-sama dengan murid. (4) Persiapan dalam bahan yang akan diajarkan. Sebelum mengajar, guru harus sudah mengetahui luas dan urutan bahan yang akan disajikan, dengan memperhitungkan situasi umum, keadaan murid serta tujuan yang akan dicapai. (5) Persiapan dalam metode mengajar. Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan berbagai metode mengajar adalah pengetahuan pokok dalam ilmu keguruan, sebab setiap kali sebelum mengajar guru harus dapat menetapkan metode yang akan dipakainya dengan memperhitungkan berbagai faktor mengenai kewajaran metode tersebut dalam situasi khusus yang dihadapi. (6) Persiapan alat-alat pembantu. Tidak dalam setiap proses interaksi dbutuhkan alat pembantu dalam bentuk alat peraga pengajaran. Akan tetapi hampir setiap proses interaksi dibutuhkan alat pembantu proses pengajaran. (7) Persiapan dalam evaluasi. Dengan mengetahui tujuan dan situasi umum, guru harus menetapkan pokok-pokok yang harus dinilai sebagai petunjuk pencapaian tujuan. (9) Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau caturwulan pelaksanaan kurikulum, program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar. Perencanaaan tersebut seperti yang dijelaskan diatas.
Dalam merencanakan program pengajaran tersebut perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan: (1) Bekal bawaan yang ada pada siswa (pupil entering behaviour). (2) Perumusan tujuan pelajaran (3) Pemilihan metode (4) Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar. (5) Pemilihan bahan pengajaran, peralatan dan fasilitas belajar. (6) Mempertimbangkan karakteristik siswa (7) Mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan dan menutup pelajaran. (8) Mempertimbangkan peranan siswa dan pola pengelompokan (9) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam persiapan mengajar guru harus menyusun RPP, sementara itu dalam menyusun RPP guru harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
Memahami Tujuan Pendidikan
Dahulu para guru berpendapat bahwa tugasnya ialah mengajarkan pengetahuan. Pandangan seperti ini disebut subject matter oriented atau subject oriented saja. Tapi sekarang pandangan ini telah ditinggalkan. Di Indonesia sejak tahun 1974 pandangan telah berubah ke orientasi tujuan atau objective oriented. Pandangan ini mengajarkan bahwa tugas guru mencapai tujuan atau merealisasi tujuan. Secara operasional tanggung jawab guru ialah mencapai tujuan di bidang study di suatu sekolah. Tujuan ini disebut juga kurikuler.
Didalam lesson plan atau RPP, tujuan menduduki posisi yang paling penting karena RPP dibuat sebagai program pencapaian tujuan itu. Tujuan itulah yang menentukan seluruh isi RPP. Tujuan ini hendak dicapai pada pertemuan demi pertemuan disebut tujuan instruksional.

Menguasai Bahan Pengajaran
Seseorang yang akan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tidak cukup hanya dengan kemampuan merumuskan tujuan. Tetapi ia harus menguasai bahan pengajaran atau materi pelajaran. Bahkan rumusan tujuan sebenarnya diilhami dari bahan pelajaran. Oleh karena itu seorang guru hendaknya menguasai bahan pelajaran.
Yang harus dikuasai ialah minimal bahan pelajaran sekolah yang telah diajarnya. Tetapi lebih dari itu seorang guru juga menguasai kurikulum sekolah tingkat lainnya, agar dapat membedakan materinya.

Memahami Teori Pendidikan Selain Teori Pengajaran.
Sebenarnya jika kita berbicara mengenai teori pendidikan maka kita berbiacara mengenai bahasan yang sangat luas. Guru yang akan membuat RPP hendaknya tidak dapat melepaskan diri dari pengauasaan terhadap teori-teori tersebut. Yang perlu dikuasainya bukanlah seluruh teori yang ada tetapi beberapa saja harus dimendalami.teori pendidikan yang maksud ialah teori yang langsung diterapkan dalam pembuatan RPP, contohnya pembiasan, dll.

Memahami Prinsip-Prinsip Mengajar.
Dalam rangka menanamkan pengetahuan dan kecakapan yang tepat dengan cara yang cepat maka membutuhkan penguasaan terhadap teori. Dalam teori tersebut terdapat prinsip-prinsip antara lain: (1) Pengajaran handaklah menarik minat. Dalam kegiatan pengajaran hendaknya pengajaran tersebut dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pengajaran tersebut. Apabila sudah begitu maka pengajaran dapat dioptimalkan. (2) Partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar. Minat yang tumbuh pada diri seseorang akan mendorong orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Disini apabila murid sudah mempunyai minat untuk mengikuti pengajaran tersebut maka murid akan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dan selanjutnya murid akan menjadi aktif dalam kegiatan tersebut. (3) Prinsip pengulangan. Prinsip ini tidak sulit untuk diterapkan dalam RPP. Bila RPP sudah dibuat dengan matang dan dengan perencanaan yang tepat pula, maka prinsip pengulangan dapat diterapkan dengan baik. (4) Perbedaan individu. Ketika membuat RPP hendaknya prinsip ini diterapkan. Tetapi prinsip ini tidak perlu diterapkan secara serius, karena akan berakibat negatif. Prinsip ini cukup diterapkan garis besarnya saja. (5) Prinsip guru mengajar murid belajar. Prinsip ini sangat penting untuk diterapkan. Karena guru akan memahami kedudukannya, bukan guru ingin belajar sendiri.  Dan dengan ini guru akan menyadari bahwa dirinya adalah seorang fasiliator. Guru hanyalah penolong murid dalam mencapai tujuan.

Memahami Teori-Teori Belajar.
Beberapa teori yang mendasari belajar pada era modern ini. (1) Teori belajar Thorndike. Thorndike memandang belajar sebagai usaha memecahkan problem. Ia memandang belajar adalah pemecahan problem yang dihadapi oleh seseorang dalam hidupnya. (2) Teori belajar Skinner. Sesungguhnya tidak ada perbedaan mendasar antara teori belajar skinner dengan Thorndike. Teori skinner ini lebiih dikenal dengan nama teori operant conditioning.

Memahami Metode Mengajar
Metodologi pengajaran telah membicarakan berbagai kemungkinan metode mengajar yang dapat digunakan dalam rangka menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, resitasi dan lain-lain.

Memahami model-model pengajaran
Bentuk dan format rencana pelaksanaan pembelajaran bukanlah suatu yang sangat penting dalam mengukur baik buruknya rencana pembelajaran yang dibuat. Yang lebih penting dalam meningkatkan mutu rencana pembelajaran ialah model pengajaran yang digunakan, yaitu langkah-langkah pengajarannya. Model pengajaran ditentukan oleh langkah-langkah pengajaran tersebut.

Memahami prinsip-prinsip evaluasi
Bagaimana guru mengetahui kesiapan murid sebelum interaksi dimulai? Dengan cara bertanya atau pre test. Yang dimaksud evaluasi disini adalah tindakan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khususnya dan hasil pendidikan pada umumnya.

Memahami langkah-langkah membuat RPP
Langkah-langkah Menyusun RPP : (1) Mengisi kolom identitas (2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. (3) Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun. (4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. (5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran. (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. (7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. (8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan. (9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll
Jadi pada intinya guru dalam melakukan persiapan mengajar harus menyusun RPP dengan memperhatikan aspek sebagaimana disebutkan di atas.

Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Rentangan interaksi ini berlangsung antara dua kutub yang eksterm, yakni suatu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam tahap pengajaran ini adalah:
Pengelolaan dan pengendalian kelas
Meliputi suasana mempersiapkan pembelajar. Mempersiapkan pembelajar dapat dilakukan dengan cara: (1) Membuka diri untuk dikenal. Apabila anda adalah guru baru, maka sejak pertama kali masuk di kelas itu anda perlu memperkenalkan diri (atau diperkenalkan oleh guru lama) kepada kelas. Berikan senyum yang ramah dan suara yang cukup keras agar semua anak bisa mendengarnya. Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya tentang diri anda. Jawablah pertanyaan mereka dengan santai. Jika ada pertanyaan yang mungkin anda anggap kurang sopan, janganlah ditanggapi dengan serius, tetapi alihkan dengan membetulkan pertanyaannya, dan anggaplah sebagai ketidaksengajaan dan tetaplah ramah.(2) Menghafal nama anak. Setelah anda tidak menjadi guru baru lagi, usahakan anda untuk selalu menyapa anak-anak terlebih dahulu dengan memanggil namanya. Untuk itu anda harus hafal nama anak-anak didik anda. Dan carilah kesempatan untuk bisa berbicara secara pribadi kepada mereka dan ingatlah baik-baik apa yang anda bicarakan dengan mereka (kalau perlu dicatat) supaya anda ada bahan/topik pembicaraan apabila bertemu dengan mereka lagi. Kesempatan berbicara dengan mereka harus diciptakan (tidak datang dengan sendirinya), misalnya anda perlu datang lebih awal, dan pulang lebih lambat. (3) Pelajarilah kemampuan membuat humor (rasa humor). Guru yang paling diakrabi oleh anak biasanya adalah guru-guru yang memiliki rasa humor yang tinggi. Dunia anak-anak adalah dunia yang ceria dan penuh tawa. Oleh karena itu jika bergaul dengan anda melenyapkan keceriaan mereka, maka mereka tidak akan bergaul dengan anda lagi. (4) Jangan mahal memberi pujian yang tulus. Anak belum mempunyai banyak pengalaman, dalam melakukan kegiatan apa saja anak membutuhkan konfirmasi dari orang dewasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik. Untuk itu ia senang mencari pujian untuk membangun kepercayaan dirinya. Oleh karena itu tidak heran guru yang pelit dengan pujian tidak disukai anak. Guru perlu membuka mata dan telinga lebar-lebar agar anda bisa menemukan pujian yang tulus untuk diberikan kepada anak-anak didik anda.
      Proses mempersiapkan pembelajar tersebut mengandung tujuan sebagai berikut: (1) Mengajak pembelajar keluar dari mental yang pasif atau resisten. (2) Menyingkirkan rintangan belajar (3)Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar (4) Memberi pembelajar perasaan positif, mengenai dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.(5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, mencipta dan tumbuh. (6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah (1) Penyampaian informasi, ketrampilan-ketrampilan, konsep dan sebagainya. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam penyampaian bahan ajar, pada sub bab selanjutnya. (2) Penggunaan tingkah laku verbal, misalnya ketrampilan bertanya, demonstrasi, penggunaan model. (3) Penggunaan tingkah laku non verba, seperti pindah gerak guru dan sasmita guru. (4) Cara mendapatkan balikan. (5) Mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologi, antara lain: motivasi, pengulangan, pemberian penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan dikembangkan, mata rantai kognitif, tranfer, keterlibatan aktif siswa. (6) Mendiagnosa kesulitan belajar. (7) Menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individual. (8) Mengevaluasi kegiatan interaksi.
Hal tersebut harus diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Tanpa memperhatikan hal-hal yang disebutkan diatas, maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Dan lagi guru harus mengambil pendekatan yang tepat yang sesuai dengan kondisi pembelajar saat itu.
Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan siswa. Beberapa perbuatan guru yang nampak pada tahap sesudah mengajar antara lain: (1) Menilai pekerjaan siswa (2) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya (3) Menilai kembali proses belajar mengajar yang telah berlangsung.
Ketiga tahap tersebut harus mencerminkan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan psikomotor.
Disamping tahap-tahap pengajaran dalam melaksanakan tugas mengajar ada dua faktor yang berpengaruh, yakni: (1) Faktor lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tugas guru pada tahap sebelum pengajaran dalam menyusun satuan pelajaran. Faktor ini harus mendapatkan pertimbangan baik-baik, sebab sangat menentukan keberhasilan guru dalam tugas mengajarnya. (2) Faktor perilaku guru. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Guru sebagai pemegang kunci (key person ) sangat menentukan proses keberhasilan belajar siswa.

BAHAN PEMBELAJARAN
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai kompetensi secara utuh dan terpadu.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: (1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru) (2) Kompetensi yang akan dicapai (3) Informasi pendukung (4)Petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja

CARA PENYAMPAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran ini hampir sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Akan tetapi agar lebih jelas dan detail, serta mempermudah pemahaman pembaca, penulis akan memilah menjadi sub bab tersendiri.
Aspek Yang Perlu Diperhatikan
Aspek yang perlu diperhatikan katika guru atau pengajar menyampaikan bahan pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan aspek yang harus diperhatikan pada tahap pengajaran. Karena kegiatan pada tahap pengajaran akan lebih dijelaskan secara rinci disub-bab ini.
Pra Intruksional
Tahap pra instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini: (1) Guru mencatat kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir, tidak perlu diabsensi satu per satu, cukup ditanyakan yang tidak hadir saja dengan alasannya. (2) Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. (3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. (4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. (5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.
Pada intinya tahap ini mengingatkan siswa atau peserta didik akan pelajaran yang sudah diajarkan dan tanggapan siswa terhadap pelajaran tersebut yang menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran. Disamping itu juga menumbuhkan kondisi siswa dalam merespon kegiatan belajar di kelas.

Intruksional
Tahap kedua adalah tahap pembelajaran atau tahap inti. Yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. (2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas pada hari itu. (3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Pembahasan dimulai dari gambaran yang umum menuju gambaran yang khusus atau sebaliknya. (4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. (5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. Dalam hal ini guru dianjurkan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan cocok. (6) Menyimpulkan hasil pembelajaran dari semua pokok materi. Biasanya kesimpulan ini dibuat oleh guru.


Evaluasi
Tahapan ketiga atau yang terakhir dari strategi belajar mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut. Tujuan dari tahapan ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan yang kedua. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: (1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan yang kedua. (2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa. (3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas. (4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
         Ketiga tahap yang dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru harus menguasai ketiga tahapan tersebut agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dan hal ini membutuhkan  keprofesionalisasian seorang guru atau pendidik dalam mengorganisasikan pembelajaran.
Hendaknya institusi mengadakan atau mengusahakan pendidikan yang profesional, baik profesional dari segi pendidik maupun hal yang berkaitan dengan pendidikan. Demikian juga profesionalisme dalam pengelolaan atau manajemen atau boleh dikatakan secara lebih detail lagi yaitu pengorganisasian pembelajaran. Guru yang profesional selalu dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, tepat dan cepat atau dengan kata lain efektif dan efisien. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus selalu meningkatkan kualitas dan pengalaman kita agar dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, karena suatu pengorganisasian mengilhami keberhasilan peserta didik dalam menerima pelajaran.



PRINSIP PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA DISIPLIN ILMU
         Adapun prinsip pengorganisasian pembelajaran yang berorientasi pada disiplin ilmu, adalah sebagai berikut : (1) Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan. Dalam pendekatan pengorganisasian materi ini sejarah diajarkan terpisah dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan hukum. Begitu juga manakala guru mengajarkan ekonomi akan terlepas dari bidang studi lainnya. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang diajarkan siswa sepenuhnya dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan secara mandiri. Bentuk pendekatan pengorganisasian ini merupakan bentuk tertua dari bentuk-bentuk pengorganisasian materi yang ada dan berkembang dewasa ini. Menurut Udin Saripudin W. (1989: 87) model pendekatan ini memusatkan perhatian pada konsep dan metode kerja suatu disiplin ilmu sosial tertentu, misalnya antropologi atau sosiologi. Hal yang menjadi titik pangkal pendekatan ini adalah konsep atau generalisasi atau teori yang menjadi kekayaan bidang studi yang bersangkutan. (2) Pendekatan Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated approach atau istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah 'correlation' untuk pendekatan antarilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu. Dalam pendekatan antarilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang berdasarkan pada pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe ideal konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan sehingga bahannya diintegrasikan menurut kepentingan dan tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang studi. IPS yang tadinya hanya terbatas pada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial semata, meningkat kepada nilai, sikap, dan perilaku dan pada perkembangan berikutnya telah melibatkan bagian-bagian di luar disiplin ilmu-ilmu sosial. Masuknya humaniora, sains, matematika, dan agama menunjukkan bahwa IPS tidak lagi bergerak dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial saja yang dikenal dengan pendekatan multidisiplin (multy disciplinary approach), tetapi sudah memasuki bidang disiplin lain atau yang dikenal dengan 'cross disciplines'. Hal itu menunjukkan bahwa perkembangan IPTEK telah mempengaruhi perkembangan masyarakat dan tidak terkecuali masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini. Banyak penulis terkemuka yang mengkaji dan menjelaskan hubungan itu di antaranya Daniel Bell, dan Naisbitt. Daniel Bell bahkan telah berbicara tentang 'post industrial society' serta dampak dari kapitalisme, sedangkan Naisbit bertutur tentang sepuluh kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi perubahan masyarakat. (3) pendekatan pengembangan pengorganisasian cross disiplin diistilahkan dengan Jaringan kegiatan lintas kurikulum. Kegiatan Jaringan lintas kurikulum ini bermanfaat untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu sajian belajar-mengajar yang utuh. Dengan adanya pendekatan ini maka tumpang tindih antarpokok bahasan baik yang terjadi antarilmu-ilmu yang ada dalam interdisiplin ilmu atau antardisiplin ilmu dapat dihindari sehingga dapat menghemat waktu dan menghindari kebingungan serta kejenuhan siswa. Model ini lebih tepat diterapkan di SD karena guru mengajarkan semua pelajaran/guru kelas. Pendekatan ini pun dapat diterapkan pada tingkat lanjutan dengan cara melakukan koordinasi antarguru bidang studi.

DAFTAR RUJUKAN

Hasibuan, J.J dkk. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://pepak.sabda.org/
Majid,  Abdul. 2006 . Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosda Karya
Meier,  Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, terj: Rahmani Astuti. Bandung:Kaifa.
Patoni,   Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Bina Ilmu : jakarta.
Sabri, Ahmad. . 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Quantum Teaching
Surakhmad,  Winarno. 1986.  Pengantar Mengajar- Belajar. Bandung: Tarsito