ahmadnursanto

Selasa, 15 Januari 2013






FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR




 







                                                                              
                                                         









oleh :

AHMAD NUR SANTO

2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar sering saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensia tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, sorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat belajar mereka.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas tiga kategori, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor struktural atau pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Berikut ini akan dijelaskan ketiga faktor-faktor yang meepengaruhi belajar.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apakah  faktor internal yang mempengaruhi belajar?
2.         Apakah  faktor eksternal yang mempengaruhi belajar ?
C.    Tujuan
1.      Menjelaskan faktor internal yang mempengaruhi belajar
2.      Menjelaskan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Faktor Endogen/ Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis:[1]
1.         Faktor Fisiologis
 Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.  
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.  Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah  menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi,  rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat,  dan istirahat yang cukup.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
2.         Faktor Psikologis
 Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar antara lain kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a.    Kecerdasan/ intelegensia siswa
 Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut. 
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 169
Amat superior
120 139
Superior
110 119
Rata-rata tinggi
090 109
Rata-rata
80 89
Rata-rata rendah
70 79
Batas lemah mental
20 69
Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
3.    Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140IQ 169;
4.    Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 IQ 139;
5.    Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang antara IQ 110 IQ 119;
6.    Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90IQ 109;
7.    Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80  IQ 89;
8.    Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada      IQ 70 IQ 79;
9.    Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
b.    Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organismo yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu[2]. Motivasi salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu[3]. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
 Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.   
c.    Minat
 Secara sederhana, minat (interest) dari kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber yang dikutip dari buku Mahmudi berjudul psikologi Pendidikan, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan[4].
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan untuk membangkitkan minat belajar. Antara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d.      Sikap/kepribadian
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

e.       Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Menurut Syata’ al-Dimyathi, setiap orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang tidak dimiliki orang lain. Al-Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah (QS. Al-Isra’[17];84). Penggunaan kata Syakilah oleh Al-Qur’an untuk bakat merujuk pada kemampuan individu untuk melakukan tugas masing-masing. Menurut Al-Ghazali, bakat bukan hasil belajar dan latihan, tetapi, lebih merupakan mauhibah (karunia Alloh)[5]. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f.       kematangan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada invidu atau organ organnya sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil dilakaukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu. Kematanga ini erat sekali kaitannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak[6]. Semisal jika kita melatih anak umur 5 bulan untuk dapat berjalan, maka hal tersebut akan sulit tercapai karena belum mencapai kematangan fisik dan psikisnya.
B.     Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor eksoogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
1.      Lingkungan social
a.         Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa[7]. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.        Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.         Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2.      Lingkungan non social.     
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a.         Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.        Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.         Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.    
3.      Faktor struktural atau pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Faktor ketiga ini juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa. seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive.
Para ahli Neuro Linguistic Programming (NLP) menyatakan bahwa mereka sering bisa mengetahui gaya belajar yang disukai siswa dengan memerhatikan gerakan mata dan mendengarkan pembicaraan mereka. Menurut mereka, ada tiga tipe atau gaya belajar siswa (1) gaya belajar visual, (2) gaya belajar auditorial, (3) gaya belajar kinestetis[8]


BAB III
KESIMPULAN
1.       Faktor internal yang mempengaruhi belajar ada dua, yaitu faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani. Sedangkan faktor psikologis meliputi kecerdasan, motivasi, minat, sikap/kepribadian, bakat, dan kematangan.
2.       Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar yaitu lingkungan sosial, lingkungan non sosial, dan faktor struktural/pendekatan belajar.


DAFTAR PUSTAKA


Mahmud, Psikologi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2010
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1995
Sobour, Alex, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2009



[1] Alex Sobour, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hal.244
[2] Alex Sobour, hal 246
[3] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1995, hal 85
[4] Mahmud, Psikologi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hal 99
[5]ibid, hal. 97
[6] Alex Sobour, Psikologi Umum, ...hal247
[7]Mahmud, Psikologi Pendidikan..., hal 101
[8] ibid, hal 102