FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
BELAJAR
oleh :
AHMAD NUR SANTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar
sering saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang
bersikap conserving terhadap ilmu
pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya
cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.
Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensia tinggi (faktor internal) dan
mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan
memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran.
Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa
yang high-achievers (berprestasi
tinggi) dan under achievers (berprestasi
rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, sorang guru yang kompeten dan
profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya
kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat belajar mereka.
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas tiga kategori, yaitu faktor
internal, faktor eksternal dan faktor struktural atau pendekatan belajar.
Ketiga faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar. Berikut ini akan dijelaskan ketiga faktor-faktor
yang meepengaruhi belajar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
faktor internal yang mempengaruhi belajar?
2.
Apakah
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan faktor internal yang mempengaruhi belajar
2. Menjelaskan faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor
Endogen/ Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu meliputi faktor fisiologis dan faktor
psikologis:[1]
1.
Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan
tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara
lain adalah menjaga pola makan yang sehat dengan
memerhatikan nutrisi, rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar
dan sehat, dan istirahat yang cukup.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi
hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik
akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
2.
Faktor Psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar antara lain kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a. Kecerdasan/ intelegensia siswa
Pada
umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui
cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan
kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan
dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan
organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh
aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Para
ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan
tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan
Merill sebagai berikut.
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat superior
|
120 – 139
|
|
110 – 119
|
Rata-rata tinggi
|
090 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata rendah
|
70 – 79
|
Batas lemah mental
|
20 – 69
|
Lemah mental
|
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan
manusia, yaitu:
3.
Kelompok kecerdasan
amat superior (very superior) merentang antara IQ 140 – IQ 169;
4. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 – IQ 139;
5. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang
antara IQ 110 – IQ 119;
6.
Kelompok rata-rata (average)
merentang antara IQ 90 – IQ 109;
7.
Kelompok rata-rata rendah
(low average) merentang antara IQ 80 – IQ 89;
8. Kelompok batas lemah mental (borderline defective)
berada pada IQ 70 – IQ 79;
9. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang
termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
b. Motivasi
Motivasi
adalah keadaan internal organismo yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu[2].
Motivasi salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut
sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu[3].
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa
jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama
dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c. Minat
Secara
sederhana, minat (interest) dari kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber yang dikutip dari buku
Mahmudi berjudul psikologi Pendidikan, minat bukanlah istilah yang popular
dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan[4].
Untuk
membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan untuk
membangkitkan minat belajar. Antara lain, pertama, dengan mebuat materi yang
akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam
hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh
siswa sesuai dengan minatnya.
d. Sikap/kepribadian
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
e. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Menurut
Syata’ al-Dimyathi, setiap orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang
tidak dimiliki orang lain. Al-Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah
(QS. Al-Isra’[17];84). Penggunaan kata Syakilah oleh Al-Qur’an untuk bakat
merujuk pada kemampuan individu untuk melakukan tugas masing-masing. Menurut
Al-Ghazali, bakat bukan hasil belajar dan latihan, tetapi, lebih merupakan
mauhibah (karunia Alloh)[5].
Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang
berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain
selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap
individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami
bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan
mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan
yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f. kematangan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada invidu atau organ organnya
sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan
atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan
lebih berhasil dilakaukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu. Kematanga ini erat sekali kaitannya dengan
masalah minat dan kebutuhan anak[6].
Semisal jika kita melatih anak umur 5 bulan untuk dapat berjalan, maka hal
tersebut akan sulit tercapai karena belum mencapai kematangan fisik dan
psikisnya.
B.
Faktor-faktor
eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor eksoogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan social
a.
Lingkungan social sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa[7].
Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
belajar.
b.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.
c.
Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat
memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan non
social.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a.
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah
tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terlambat.
b.
Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang
dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah,
alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga
dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap
aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
3. Faktor struktural
atau pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu.
Faktor ketiga ini juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
pembelajaran siswa. seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan
belajar deep misalnya, mungkin sekali
berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang
menggunakan pendekatan belajar surface
atau reproductive.
Para ahli Neuro Linguistic
Programming (NLP) menyatakan bahwa mereka sering bisa mengetahui gaya
belajar yang disukai siswa dengan memerhatikan gerakan mata dan mendengarkan
pembicaraan mereka. Menurut mereka, ada tiga tipe atau gaya belajar siswa (1)
gaya belajar visual, (2) gaya belajar auditorial, (3) gaya belajar kinestetis[8]
BAB III
KESIMPULAN
1.
Faktor internal yang mempengaruhi belajar ada dua,
yaitu faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi keadaan
tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani. Sedangkan faktor psikologis meliputi
kecerdasan, motivasi, minat, sikap/kepribadian, bakat, dan kematangan.
2.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar yaitu
lingkungan sosial, lingkungan non sosial, dan faktor struktural/pendekatan
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, Psikologi
Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2010
Sabri, Alisuf, Psikologi
Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1995
Sobour, Alex, Psikologi Umum, Pustaka
Setia, Bandung, 2009
[4] Mahmud, Psikologi Pendidikan,
Pustaka Setia, Bandung, 2010, hal 99
[6] Alex Sobour, Psikologi Umum,
...hal247
[7]Mahmud, Psikologi Pendidikan..., hal 101