ahmadnursanto

Kamis, 07 April 2016

MENJAWAB INFO PUASA RAJAB





Mengakhiri bulan Jumadil Akhir (sani) selalu mendapat kiriman via medsos untuk menyambut bulan Rajab yang datang pasca Jumadil Akhir. Banyak redaksi tulisan/informasi, dan yang paling sering adalah sebagai berikut:

Puasa Rajab tanggal 1 akan menghapus dosa selama tiga tahun, tanggal 2 akan menghapus dosa selama 2 tahun, tanggal 3 akan menghapus dosa 1 tahun, tanggal 4 akan menghapus dosa selama 1 bulan, dan amal dibulan rajab akan diberi pahala 70 x lipat. (riwayat tidak jelas).
Banyak informasi semisal yang beredar dengan banyak redaksi berbeda. Teapi semua dengan riwayat tidak jelas. Bahkan ada yang pahala menjanjikan yakni “siapa yang mengingatkan akan puasa rajab maka mendapat pahala seperti beribadah 80 tahun, atau yang semisal.

Saya biasanya tidak berkomentar alias tidak sy jawab, sebab bila dijawab akhirnya adalah debat kusir yakni debat yang tanpa ujung. Saya meyakini info tersebut adalah salah sedang yang memberi info ada beberapa kemungkinan: Tidak tahu bahwa yang dishare adalah salah baik karena jahil dan atau fanatik buta (taqlid berlebih), tahu bahwa itu salah tetapi tidak peduli bahwa hal salah tidak boleh dishare dan atau berniat mendapat pahala kebaikan, dan ketiga tidak peduli benar salah dan sekedar share dengan niat kebaikan.
Sederhananya dapat dipetakah sebagai berikut:
1.      Tidak tahu infonya salah : a) karena kurang ilmu, b) karena fanatik kelompok atau individu (taqlid buta)
2.      Tahu info itu salah : a) tidak peduli dan tetap dishare, b) ingin mendapat pahala kebaikan
3.      Tidak peduli benar salah yang penting dishare.
Setelah dipetakan, baru bisa kita dengan mudah memberi jawaban.
1.      Tidak tahu kesalahan informasi karena kurang ilmu.
Jawaban untuk kelompok yang ini adalah dengan memberi keterangan kesalahan informasi. Pertama, informasi yang diyakini sebagai Hadits/perkataan Rasulullah SAW tersebut sejatinya adalah hadis palsu yang tidak diucapkan Nabi atau kata lainnya hadis yang dibuat manusia. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “ Hadits yang menunjukkan keutamaan puasa rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi Shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya.” (Lathoif al ma’arif, hal 123). Dan masih banyak ulama yang berkata semisal. Imam Ibnul Qayim rahimahullah berkata,” Setiap hadits yang membicarakan puasa rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat maghrib pada malam-malam pertama bulan rajab) itu berdasarkan hadits dusta.” (Al Manar al Munif hal 49). Kesimpulannya, informasi yang dibagikan selama ini adalah bukan berasal dari perkataan Nabi Shalallohu alaihi wassalam sekalipun ada yang berpendapati itu sebagai hadits tapi pendapat tidak dapat menjadi hujjah dalam mementukan sah atau tidaknya hadis kecuali didukung penelitian hadis secara ilmiah. Dan ternyata secara ilmiah itu bukan hadits.
2.      Tidak tahu kesalahan informasi karena tertutup fanatik juga taqlid
Cukup sulit untuk meluruskan keloompok kedua ini. Maka tidak ada jawaban kepada kelompok kedua ini kecuali sebatas nasehat dan ajakan untuk mengurangi sifat fanatik kelompok maupun individu dalam mengambil agama, kecuali kepada ulama yang kompeten dan memiliki dasar ilmiah dan hujjah yang shahih.
3.      Tahu salah tetapi Tidak peduli
Untuk kelompok ini semoga ditambah hidayah kepadanya. Minimal ia tahu bahwa informasi tersebut adalah salah. Kita doakan kelompok ini supaya mendapat hidayah untuk lebih peduli dan respec dalam beragama dan beribadah. Bahwasannya agama tidaklah sekedar ilmu yang dihafal tetapi perlu kepedulian diri untuk berpegang dengannya. Apabila ada suatu kesalahan atau hal yang tidak benar, maka orang yang peduli tidak akan mau melakukan dan bahkan mengingkari hal yang salah tersebut.
4.      Ingin mendapat pahala kebaikan
Untuk kelompok ini perlu dijelaskan dan didoakan hidayah atasnya. Bahwasannya kebaikan tidaklah diperoleh kecuali mentaati apa yang diperintahkan Alloh SWT dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallohu alaihi wassalam. Kebaikan tidaklah diperoleh pahala kecuali memenuhi tiga syarat diterimanya amal yakni: Islam, Ikhlas dan Ittiba (mengikuti/mencontoh Nabi shalallahu alaihi wassalam). Barangkali untuk kelompok ini telah memenuhi 2 syarat awal yakni Islam dan Ikhlas. Tetapi tidak untuk syarat ketiga. Maka bila ia masih bersikukuh untuk mendapat pahala kebaikan maka bertolak dari keyakinan bahwa apa yang disampaikan itu tidak benar yakni tidak ada riwayat dar Nabi yang memerintahkan puasa khusus di bulan rajab. Bila ia bersikukuh untuk menyebarkan disertai keyakinan pahala dalam beramal, maka ia jatuh dalam kebid’ahan yakni mengadakan peribadahan kepada Alloh tanpa dicontohkan oleh Nabi dan shahabatnya , dan secara hukum ibadah tersebut tidak diterima (bahkan ditolak).
5.      Tidak peduli salah benar
Untuk kelompok ini, perlu dibuka mata hati dan mata pikir bahwa hidup tidak hanya soal bernafas dan beraktifitas tanpa ada konsekuensi (perhitungan). Hidup adalah ibadah. Tidak boleh ada keyakinan diluar itu. Manusia yang memahami siapa dirinya, dari mana ia berasal dan kemana ujung kehidupan ini akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tidak mungkin ia tidak peduli dengan agamanya, nasibnya kelak, amal shalih, dan sebagainya. Ia akan mencari dan memegang teguh kebenaran. Ia bukan hanya peduli kebenaran tetapi lebih itu ia selalu terpacu untuk mengetahui dan belajar serta memilih kebenaran dan kemudian memasang badan untuk membela dan melaksanakan kebenaran tersebut. Maka untuk kelompok ini kita doakan mendapat hidayah dari Allah SWT dan perlu untuk selalu kita nasehati dengan cara yang baik.

Kesimpulannya dan solusi
1.      Puasa mengkhususkan bulan rajab adalah tidak benar karena tidak berdasarkan dalil shahih
2.      Tidak boleh menyebarkan info yang salah terutama masalah agama

Solusi

Perbanyaklah ibadah di bulan rajab karena ia termasuk salah satu bulan yang mulia dan mengisinya dengan meningkatkan kualitas ibadah dengan tidak membuat – buat ibadah baru yang tidak dicontohkan Nabi Shalallohu alaihi wassalam. Kita cukupkan dengan melakukan amalan yang biasa saja tetapi dengan kualitas yang berbeda. Diantaranya: puasa senin kamis, puasa 3 hari, puasa dawud, membaca quran, melaksanakan ibadah sunnah lainnya.