ahmadnursanto

Minggu, 29 November 2015

Makna Ujian Akhir Semester dalam membentuk Karakter

Ujian akhir semester adalah bagian dr tahap evaluasi yg merupakan salah satu komponen pendidikan.
Karenanya tidak boleh ada rasa tertekan, terbully, terhimpit susah dalam suasana UAS, apalagi sampai,digunakan untuk ajang menjatuhkan psikis siswa.
Sebaliknya pekan UAS hrs berjalan dlm suasana nyaman, tertib dan kondusif sbg tempat pembelajaran yg unik krn tidak mungkin diciptakan setiap hari. Suasana pekan UAS hanya datang minimal 3 bulan sekali, dan sangat disayangkan bila guru tak dpat gunakan itu sbg pendidikan berkarakter.
Banyak karakter yg bisa ditanamkan melalui pekan UAS, diantaranya kemandirian, keuletan, disiplin, tertib, tekun, bekerja keras, jujur dan terutama dlm menanamkan ketaqwaan.
Mungkin sebagian bertanya apa korelasi UAS dengan taqwa ?
Jawabannya sederhana. Karakter2 positif yg bisa ditanamkan dan dikembangkan di atas adalah sebagian ciri org yg bertakwa. Orang yg bertakwa ditandai dengan melekatnya karakter positif dlm diri yang diwujudkan melalui kesungguhan beribadah (hubungan vertikal) dan bermasyarakat (hubungan horizontal).
Karena itu tepat sekali bila karakter utama yg dicanangkan pendidikan Indonesia adalah mnjdi pribadi yg taqwa. Sebetulnya satu kata "taqwa" itu sudah mewakili semua sifat positif yg ada, termasuk 18 karakter yg diterangkan program pendidikan. Taqwa adalah adalah sinar kemuliaan yg terpancar dr pribadi manusia karena tunduk dan patuhnya pd Tuhannya. Taqwa adalah melaksanakan perintah Tuhan dan tidak melanggar laranganNya.
Dalam konsep Islam, orang bertakwa tidak menyisakan sedikitpun ruang dlm dirinya untuk berbuat keburukan, yang berarti seluruh amaliahnya bernilai kebaikan/positif. Nabi Muhammad shalallohu alaihi wassalam bersabda dlm hadis hasan riwayat at Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad dan yg lainnya :"Bertaqwalah kepada Alloh di mana pun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya akan menghapus keburukan itu....".
Artinya taqwa tidak mengenal kondisional. Semua keadaan harus dlm rangka ketakwaan. Kapanpun, di manapun, bagaimanapun dan dengan siapapun harus selalu dlm rangka ketakwaan. Walaupun manusia tempat khilaf dan dosa tetapi dia harus berusaha selalu bertakwa. Apabila dlm keadaan maksiat harus segera berhenti dan kembali pada Tuhannya (taubat) dan mengiringinya dengan amal kebaikan sebagai tebusan dosanya.
Karena taqwa tidak mengenal ruang dan waktu maka semua aktivitas pada dasarnya harus diarahkan menuju taqwa itu.
Jadi, guru harus sadar dan paham tujuan pendidikan dlm aspek taqwa ini sehingga seluruh aktivitas kelas terarah menuju ketaqwaan. Ruang kelas yg modern lengkap dg berbagai teknologi canggih tak berarti tanpa bisa mencetak siswa yang bertaqwa. Siswa yg pandai berbahasa, bersastra, trampil dalam akademik tidak berarti tanpa taqwa dihatinya.
Demikian pula dg guru. Secanggih apapun guru merancang rancana pembelajaran sekaligus sukses melaksanakannya itupun tetap gagal bila dirinya tidak memiliki ketaqwaan dan pembelajarannya tidak bernuansa taqwa serta tak mampu mengantarkan anak didik pada jalan ketaqwaan. Berbagai rancangan kurikulum dan pembenahan pendidikan tak berguna kecuali dapat difungsikan dlm membentuk insan taqwa. Apalagi bila sebaliknya malah membentuk pribadi yg hedonis, materialistis apalagi atheis maka jelas itu kurikulum yang gagal total. Kurikulum memang harus adaptif dan dinamis, selalu berubah dan berbenah sesuai tuntutan zaman tetapi tidak boleh lepas dari pembentukan pribadi taqwa itu...
Sekali lagi, semua harus tentang taqwa. Karena 17 karakter nasional dan boleh ditambah berapapun karakter lain tak berarti bila karakter pertama yakni "taqwa" gagal dibentuk.
Langkah taqwa adalah langkah yg bersumber pada keimanan, karena itu tidak dikatakan bertaqwa apabila perbuatannya tidak didasarkan pada keimanan kepada Tuhan sang pencipta. Bisa saja seseorang jujur dan rajin serta giat juga ulet ditambah tabah dan sabar dalam menjalani keseharian, seperti yg nyaring terdengar di beberapa tempat di Eropa yang memiliki tingkat kehidupan masyarakat yg baik. Di mana sebab kebaikan masyarakat di sana karena sifat positif yang mengakar kuat diantaranya kejujuran dan ketekunan. Namun bila tidak didasari iman maka tetap gagal dlm pandangan Agama karena banyak orang yg berkarakter positif bahkan nyaris sempurna tetapi karena kebiasaan dan demi eksistensi di dunia. Artinya dia sukses di banyak karakter positif tapi gagal di karakter utama "taqwa".
Inilah yg tidak boleh dilepaskan pendidikan kita. Ketaqwaan inilah yg harus jadi muara pendidikan yang tidak bisa diwujudkan kecuali bantuan karakter positif lainnya.
Dengan demikian, guru yang bijak harus mampu mengolah setiap suasana dan keadaan sekolah dalam rangka membentuk pribadi "taqwa". Termasuk pada tahap evaluasi siswa tidak bisa pisah dari tujuan tersebut.
Ciptakan suasana yg hangat, nyaman dan kondusif dalam pekan UAS dalam rangka menanamkan karakter positif,. Jangan jadikan pekan UAS ini sebagai ajang "pembantaian" karakter siswa. Beri dorongan dan motivasi untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan mandiri. Gunakan indikator taqwa, mandiri, jujur, trkun, kerja keras, ulet, dan berbagai karakter positif lain sebagai indikator keberhasilan dalam mengikuti pekan UAS.
Semoga semua guru di negri ini selalu ditolong dan dilindungi Alloh ta'ala dalam menjalankan tugasnya.... Amiin ya robbal alamin
#SDIT at Taqwa 30/11/15