ahmadnursanto

Selasa, 29 Januari 2013

KARAKTERISTIK MANAJEMEN PEDIDIKAN ISLAM


KARAKTERISTIK MANAJEMEN PEDIDIKAN ISLAM
Manajemen  pendidikan islam memiliki obyek bahasan yang cukup kompleks.[1] Berbaai objek bahasan tersebut dapat dijadikan bahan yang kemudian diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan islam yang berciri khas islam.
Manajemen pendidikan islam merupakan manajemen kelembagaan islam yang bertujuan untuk menunjang perkembangan dan penyelenggaraan pengajaran dan pembelajaran.[2] Dengan demikian manajemen pendidikan islam berkaitan erat dengan penerapan jasil berfikir rasional untuk mengorganisasikan kegiatan yang menunjang   pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu direncanakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.
Secara umum manajemen dapat diidentifikasikan sebagai kemampuan atas ketrampilan memperoleh sesuatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dan orang yang mengatur tatalaksana kegiatan orang-orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan itu disebut manager. Adapun secara khusus dalam dunia pendidikan, manajemen diartikan sebagai memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tuuan pendudukan yang telah ditentukan sebelumnya
Sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematik, dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan. Pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan yang semuanya selalu didasari oleh nilai-nilai Islam agar system tersebut dapat sekaligus mempunyai nilai-nilai yang material dan sprituil
Sulistyorini menulis bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumberdaya manusia muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[3]
Sementara  itu Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[4] Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen umum.
Islam, sebagai dasar manajemen sebenarnya telah menerangkan kaidah-kaidah manajemen melaui al quran dan al hadts serta pemikiran ulama-ulama yang berkaitan dengan pendidikan. Hanya saja keilmuan akan manajemen pendidikan islam masih baru di kalangan umat islam sendiri, khususnya di dunia pendidikan islam di Indonesia.
Pendidikan dalam islam sebenarnya berumur sama tuanya dengan islam itu sendiri. Wahyu pertama yang turun kepada Nabi saw sangat erat berhubungan dengan dunia pendidikan dimana umat islam diperintah untuk membaca, membaa ayat-ayat Alloh dimuka bumi, alquran khususnya. Rumah al arqam adalah sebagai tempat pendidikan yang pertama dalam islam. Rumah yang sederhana itu menjadi tempat untuk menggebleng beberapa sahabat Nabi yag pertama (awwalul muslimin) yang nantinya membawa kejayaan yang sangat besar bagi dunia islam dan bahkan mampu merubah tatanan dunia yang saat itu berada dalam alam kejahiliyahan.
Di tempai itu Rasulullah saw menjadi guru pertama bagi kedua belas murid pertamanya. Selama 3 tahun beliau melakukan pendidikan semacam ini dengan sembunyi karena keadaan belum memungkinkan untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Disimpulkan bahwa di rumah al Arqam inilah, kegiatan pendidikan islam yang pertama kali.
Setelah islam berkembang dan mampu melakukan dakwah secara terang-terangan, Rasulullah saw justru mendapat tekanan yang luar biasa dari kaum kafir Qurays. Karena itulah adaperintah untuk berhijrah ke sebuah kota yang bernama Yastrib yang kemudian berganti nama menjadi Madinatul Munawaroh. Disanalah Rasulullah saw mendirikan lembaga pendidikan islam yang pertama yaitu pendidikan yang berlangsung di dalam Masjid. Masjid selain sebagai tempat beribadah juga digunakan sebagai tempat pengajaran dan penggemblengan kaum muslimin. Memang saat itu pendidikan masih berlangsung sangat sederhana, tetapi berjalan sangat baik dan menghasilkan orang-orang yang berperan besar bagi paradaban dunia. Rasulullah saw sebagai manager pendidikan benar-benar mampu melaksanakan pendidikan dengan baik.
Sementara itu, pendidikan islam di Indonesia memiliki sejarah yang panjang, bahkan sejak pertama muncul sebagai agama pendatang, Islam sudah membawa prinsip pendidikan yang berbentuk pesantren klasik. Syeh Maulana Malik Ibrahim sebagai penyebar dan pembuka jalan masuknya islam di tanah Jawa telah membentuk sebuah tempat pendidikan berupa pesantren. Memang sistem pendidikan pesantren yang dijalankan  syeh Maulana Ibrahim ini masih belum jelas dan dianggap masih spekulatif dan diragukan, namun yang pasti adanya sebuah pendidikan islam yang muncul seiring dengan datangnya islam di tanah Nusantara.
Mengenai teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di Jawa khususnya ada pendapat yang mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi berdirinya pesantren, sedang Imam Rahmatullah (Raden Rahmat atau Sunan Ampel) sebagai wali pembina pertama di Jawa Timur.
Jika benar pesantren telah dirintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim sebagaipenyebar Islam pertama di tanah Jawa maka isa diahami apbila para peneliti sejarah dengan cepat mengambil kesimpula bahwa pesantren adalah suatu model pendidikan yang sama tuanya dengan islam di Indonesia.[5] Karena pesantren adalah sebuah isntitusi pendidikan, maka sesungguhnya di dalamnya adalah sebuah lembaga pendidikan, meskipun sangat bersifat sederhana.
Islam, menurut prof. Mujamil Qomar dapat dimaknai sebagai Islam wahyu dan Islam budaya. Isalm wahyu meliputi al Quran dan hadis-hadis Nabi, baik hadis Nabawi maupun hadis Qudsi.[6] Sementara itu, Islam budaya meliputi ungkapan sahabat Nabi, pemhaman ulama, pemahaman cendekiawan Muslim dan budaya umat Islam. Kata Islam yang menjadi identitas manajemen pendidikan ini dimaksudkan dapat mencangkup makna keduanya, yakni Islam wahyu dan Islam budaya.
Karena itu, pembahasan dalam manajemen melibatkan wahyu dan budaya kaum muslimin ditambah dengan kaidah-kaidah manajemen pendidikan secara umum. Bahan-bahan keilmuan dalam manajemen pendidikan islam meliputi :
1.      Teks-teks wahyu, baik al Quran maupun hadis sahih sebagai pengendali bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
2.      Aqwal (perkataan-perkataan) para sahabat Nabi, ulama, cendekiawan muslim sebagai pijakan logis argumentative dalam menjelaskan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
3.      Perkembangan lembaga pendidika islam sebagai pijakan empiris dalam mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam.
4.      Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) dalam lembaga pendidikan islam sebagai pijakan empiris dalam merumuskan kemungkinan strategi yang khas dalam mengelola lembaga pendidikan islam
5.      Ketentuan kaidah- kaidah manajemen pendidikan sebagai pijakan teoritis dalam mengelola lembaga pendidikan isalm, dengan tetap melkukan kritik jika terdapat ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip yang tidak relevan supaya sesuai dengan kondisi budaya yang terjadi dalam lembaga pendidikan islam.[7]
Mekanisme ini mempertegas sikap bahwa dalam wilayah keilmuan pun, islam melalui wahyu hadir untuk memberikan inspirasi-kreatif dalam membangun konsep ilmiah. Tetapi juga harus ada sikap adaptif-selektif terhadap kaidah-kaidah manajemen pendidikan pendidikan yang terdapat dalam berbagai literature dan dipengaruhi oleh pemikiran dan pendapat dari orang-orng barat. Sikap adaptif ini didasarkan pada pemikiran bahwa secara umum kaidah – kaidah manajemen pendidikan itu bersifat general dan bias diterapkan dalam mengelola lembaga pendidikan isalm. Tetapi mungkin ada kaidah tertentiu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan kulktur islam, karena itu perlu adanya sikap selektif.
Dari hal di atas dapat ditarik satu benang merah karakteristik manajemen pendidikan Islam yaitu Islam itu sendiri, baik islam yang berbentuk wahyu maupun budaya. Islam itulah yang menjadi warna dasar (corak) dari manajemen pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang berlangsung sejak jaman Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai guru pertama adalah bentuk dasar dari pendidikan Islam yang bertemakan religiusitas yang bertujuan kepada pendidikan tauhid. Di Indonesia, pesantren adalah model pendidikan islam yang sudah melembaga dan melalui mekanisme manajemen.
Sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematik, dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan. Pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan yang semuanya selalu didasari oleh nilai-nilai Islam agar system tersebut dapat sekaligus mempunyai nilai-nilai yang material dan sprituil.
Prinsip manajemen pendidikan islam baik secara implicit maupun eksplisit dapat ditemukan dalam sebuah hadits, dimana hadists tersebut menekankan betapa besarnya tanggung jawab seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan inti dalam Sebuah manajemen organisasi. Karena itu secara secara implicit hadits Rasulullah SAW tersebut juga berkaitan dengan masalah manajemen pendidikan. Sebab, lembaga pendidikan Islam tidak akan dapat berjalan tanpa adanya kepemimpinan yang mencerminkan manager.



PERBEDAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

Awal mulanya, tema manajemen hanya popular dalam dunia perusahaan dan bisnis, kemudian digunakan dalam profesi laiinya. Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke 19, dewasa ini sangat popular, bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola sekolah atau lembaga pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan islam. Bahkan ada yang menganggap manajemen pendidikan islam sebagai suatu “ciri” dari lembaga pendidikan  modern, karena dengan adanya manajeman pendidikan islam maka lembaga pendidikan islam diharapkan akan berkembang dan berhasil.
Secara sederhana alur keilmuan manajemen pendidikan Islam adalah bermula dari ilmu manajemen yang kemudian di adaptasi oleh ilmu manajemen pendidikan dan kemudian di adaptasi oleh kalangan muslim menjadi ilmu manajemen pendidikan islam. Meskipun seolah islam “mengekor” ilmu manajemen yang notabene “keBarat-baratan” tetapi islam memiliki sikap selektif terhada suatu kebudayaan baru. Ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa ilmu manajemen pendidikan islam hanyalah adaptasi dari ilmu manajemen pendidikan.  Saya tidak sependapat dengan hal itu karena menskipun ilu manajemen pendidikan islam lahir belakangan dan memang sedikit banyak mengambi prinsip keilmuan manajemen pendidikan tetapi jelas melalui sikap selektif yang ketat sehingga sesuai degan ajaran dan nilai-nilai islam. Sebenarnya tidak sedikit juga ulama dan cendekiawan muslim yang telah meletakkan dasar-dasar manajemen, tetapi masih berserrakan dan belum menjadi satu keilmuan yang padu dan utuh.
Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. [8]
Sementara itu manajemen pendidikan Islam diartikan sebagai suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya musilm dan non manusia dalam menggerakkannnya untuk mencapai tujuan pendidika islam secara efektif dan efisien.[9]
Sementara  itu Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[10] Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen umum.
            Beberapa perbedaan antara manajemen pendidikan islam dengan manajemen pendidikan.

MPI
MPU
Sasaran
Lembaga pendidikan Islam
Lembaga pendidikan umum dan bisa diterapkan di lembaga pendidikan islam
Sifat
Inklusif dan eksklusif
Inklusif
Tujuan







Proses pendidikan berjalan sesuai dengan prinsip pendidikan yang islami, sesuai dengan nilai-nilai islam, berjala efektif dan efisien sesuai dengan rumusan dan pandangan pendidikan islam

Proses pendidikan berjalan sesuai dengan prinsip umum pendidikan, sesuai dengan kultur dan budaya sekolah yang bersangkutan.
Sumber keilmuan
1.       Teks-teks wahyu, baik al Quran maupun hadis sahih sebagai pengendali bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
2.       Aqwal (perkataan-perkataan) para sahabat Nabi, ulama, cendekiawan muslim sebagai pijakan logis argumentative dalam menjelaskan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
3.       Perkembangan lembaga pendidika islam sebagai pijakan empiris dalam mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam.
4.       Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) dalam lembaga pendidikan islam sebagai pijakan empiris dalam merumuskan kemungkinan strategi yang khas dalam mengelola lembaga pendidikan islam
5.       Ketentuan kaidah- kaidah manajemen pendidikan sebagai pijakan teoritis dalam mengelola lembaga pendidikan isalm, dengan tetap melkukan kritik jika terdapat ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip yang tidak relevan supaya sesuai dengan kondisi budaya yang terjadi dalam lembaga pendidikan islam[11]

Hasil analisa dan riset tokoh-tokoh pendidikan umumnya, perkembangan lembaga pendidikan umum, kultur budaya setempat.






[1] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 15
[2] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam,(Surabaya: elKAF, 2006), hlm. 34
[3] Ibid.  hlm. 14
[4] Qomar, Manajemen…, hlm. 10
[5] Mujamil Qomar, Pesantren, dari Transformasi Metodologi menuju Demokrasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 19
[6] Qomar, Manajem..  hlm. 15
[7] Mujamil Qomar, Manajemen…, hlm 37
[8] Sulistyorini, Manajemen…, hlm. 13
[9] Ibid., hlm. 14
[10] Qomar, Manajemen…, hlm. 10
[11] [11] Mujamil Qomar, Manajemen…, hlm 37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar