KARAKTERISTIK
MANAJEMEN PEDIDIKAN ISLAM
Manajemen pendidikan islam
memiliki obyek bahasan yang cukup kompleks.[1]
Berbaai objek bahasan tersebut dapat dijadikan bahan yang kemudian
diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan islam yang berciri khas
islam.
Manajemen pendidikan islam merupakan manajemen kelembagaan islam yang
bertujuan untuk menunjang perkembangan dan penyelenggaraan pengajaran dan
pembelajaran.[2] Dengan
demikian manajemen pendidikan islam berkaitan erat dengan penerapan jasil
berfikir rasional untuk mengorganisasikan kegiatan yang menunjang pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
perlu direncanakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.
Secara umum manajemen dapat diidentifikasikan sebagai kemampuan atas ketrampilan
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain. Dan orang yang mengatur tatalaksana kegiatan orang-orang yang
terlibat dalam pencapaian tujuan itu disebut manager. Adapun secara khusus
dalam dunia pendidikan, manajemen diartikan sebagai memadukan sumber-sumber
pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tuuan pendudukan yang telah
ditentukan sebelumnya
Sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan
proses yang koordinatif, sistematik, dan integratif. Proses itu dimulai dari
perencanaan. Pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan yang
semuanya selalu didasari oleh nilai-nilai Islam agar system tersebut dapat
sekaligus mempunyai nilai-nilai yang material dan sprituil
Sulistyorini menulis bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses
penataan/pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumberdaya
manusia muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[3]
Sementara itu Mujamil Qomar
mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara
Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal lain yang
terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[4]
Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang
membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen umum.
Islam, sebagai dasar manajemen sebenarnya telah menerangkan kaidah-kaidah
manajemen melaui al quran dan al hadts serta pemikiran ulama-ulama yang
berkaitan dengan pendidikan. Hanya saja keilmuan akan manajemen pendidikan
islam masih baru di kalangan umat islam sendiri, khususnya di dunia pendidikan
islam di Indonesia .
Pendidikan dalam islam sebenarnya berumur sama tuanya dengan islam itu sendiri.
Wahyu pertama yang turun kepada Nabi saw sangat erat berhubungan dengan dunia
pendidikan dimana umat islam diperintah untuk membaca, membaa ayat-ayat Alloh
dimuka bumi, alquran khususnya. Rumah al arqam adalah sebagai tempat pendidikan
yang pertama dalam islam. Rumah yang sederhana itu menjadi tempat untuk
menggebleng beberapa sahabat Nabi yag pertama (awwalul muslimin) yang nantinya
membawa kejayaan yang sangat besar bagi dunia islam dan bahkan mampu merubah
tatanan dunia yang saat itu berada dalam alam kejahiliyahan.
Di tempai itu Rasulullah saw menjadi guru pertama bagi kedua belas murid
pertamanya. Selama 3 tahun beliau melakukan pendidikan semacam ini dengan
sembunyi karena keadaan belum memungkinkan untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan. Disimpulkan bahwa di rumah al Arqam inilah, kegiatan
pendidikan islam yang pertama kali.
Setelah islam berkembang dan mampu melakukan dakwah secara
terang-terangan, Rasulullah saw justru mendapat tekanan yang luar biasa dari
kaum kafir Qurays. Karena itulah adaperintah untuk berhijrah ke sebuah kota yang bernama Yastrib
yang kemudian berganti nama menjadi Madinatul Munawaroh. Disanalah Rasulullah
saw mendirikan lembaga pendidikan islam yang pertama yaitu pendidikan yang
berlangsung di dalam Masjid. Masjid selain sebagai tempat beribadah juga
digunakan sebagai tempat pengajaran dan penggemblengan kaum muslimin. Memang
saat itu pendidikan masih berlangsung sangat sederhana, tetapi berjalan sangat
baik dan menghasilkan orang-orang yang berperan besar bagi paradaban dunia.
Rasulullah saw sebagai manager pendidikan benar-benar mampu melaksanakan
pendidikan dengan baik.
Sementara itu, pendidikan islam di Indonesia memiliki sejarah yang
panjang, bahkan sejak pertama muncul sebagai agama pendatang, Islam sudah membawa
prinsip pendidikan yang berbentuk pesantren klasik. Syeh Maulana Malik Ibrahim
sebagai penyebar dan pembuka jalan masuknya islam di tanah Jawa telah membentuk
sebuah tempat pendidikan berupa pesantren. Memang sistem pendidikan pesantren
yang dijalankan syeh Maulana Ibrahim ini
masih belum jelas dan dianggap masih spekulatif dan diragukan, namun yang pasti
adanya sebuah pendidikan islam yang muncul seiring dengan datangnya islam di
tanah Nusantara.
Mengenai teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di Jawa khususnya
ada pendapat yang mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim sebagai peletak dasar
pertama sendi-sendi berdirinya pesantren, sedang Imam Rahmatullah (Raden Rahmat
atau Sunan Ampel) sebagai wali pembina pertama di Jawa Timur.
Jika benar pesantren telah dirintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim
sebagaipenyebar Islam pertama di tanah Jawa maka isa diahami apbila para
peneliti sejarah dengan cepat mengambil kesimpula bahwa pesantren adalah suatu
model pendidikan yang sama tuanya dengan islam di Indonesia.[5]
Karena pesantren adalah sebuah isntitusi pendidikan, maka sesungguhnya di
dalamnya adalah sebuah lembaga pendidikan, meskipun sangat bersifat sederhana.
Islam, menurut prof. Mujamil Qomar dapat dimaknai sebagai Islam wahyu dan
Islam budaya. Isalm wahyu meliputi al Quran dan hadis-hadis Nabi, baik hadis
Nabawi maupun hadis Qudsi.[6]
Sementara itu, Islam budaya meliputi ungkapan sahabat Nabi, pemhaman ulama,
pemahaman cendekiawan Muslim dan budaya umat Islam. Kata Islam yang menjadi
identitas manajemen pendidikan ini dimaksudkan dapat mencangkup makna keduanya,
yakni Islam wahyu dan Islam budaya.
Karena itu, pembahasan dalam manajemen melibatkan wahyu
dan budaya kaum muslimin ditambah dengan kaidah-kaidah manajemen pendidikan
secara umum. Bahan-bahan keilmuan dalam manajemen pendidikan islam meliputi :
1.
Teks-teks wahyu, baik al Quran
maupun hadis sahih sebagai pengendali bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis
manajemen pendidikan islam
2.
Aqwal (perkataan-perkataan) para
sahabat Nabi, ulama, cendekiawan muslim sebagai pijakan logis argumentative
dalam menjelaskan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
3.
Perkembangan lembaga pendidika
islam sebagai pijakan empiris dalam mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis
manajemen pendidikan islam.
4.
Kultur komunitas (pimpinan dan
pegawai) dalam lembaga pendidikan islam sebagai pijakan empiris dalam
merumuskan kemungkinan strategi yang khas dalam mengelola lembaga pendidikan
islam
5.
Ketentuan kaidah- kaidah manajemen
pendidikan sebagai pijakan teoritis dalam mengelola lembaga pendidikan isalm,
dengan tetap melkukan kritik jika terdapat ketentuan-ketentuan atau
prinsip-prinsip yang tidak relevan supaya sesuai dengan kondisi budaya yang
terjadi dalam lembaga pendidikan islam.[7]
Mekanisme ini mempertegas sikap bahwa dalam wilayah
keilmuan pun, islam melalui wahyu hadir untuk memberikan inspirasi-kreatif
dalam membangun konsep ilmiah. Tetapi juga harus ada sikap adaptif-selektif
terhadap kaidah-kaidah manajemen pendidikan pendidikan yang terdapat dalam
berbagai literature dan dipengaruhi oleh pemikiran dan pendapat dari orang-orng
barat. Sikap adaptif ini didasarkan pada pemikiran bahwa secara umum kaidah –
kaidah manajemen pendidikan itu bersifat general dan bias diterapkan dalam
mengelola lembaga pendidikan isalm. Tetapi mungkin ada kaidah tertentiu yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai dan kulktur islam, karena itu perlu adanya
sikap selektif.
Dari hal di atas dapat ditarik satu benang merah
karakteristik manajemen pendidikan Islam yaitu Islam itu sendiri, baik islam
yang berbentuk wahyu maupun budaya. Islam itulah yang menjadi warna dasar
(corak) dari manajemen pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang berlangsung
sejak jaman Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai guru pertama adalah
bentuk dasar dari pendidikan Islam yang bertemakan religiusitas yang bertujuan
kepada pendidikan tauhid. Di Indonesia, pesantren adalah model pendidikan islam
yang sudah melembaga dan melalui mekanisme manajemen.
Sistem
manajemen dalam pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematik,
dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan. Pengorganisasian,
penggerakan, sampai pada pengawasan yang semuanya selalu didasari oleh
nilai-nilai Islam agar system tersebut dapat sekaligus mempunyai nilai-nilai
yang material dan sprituil.
Prinsip
manajemen pendidikan islam baik secara implicit maupun eksplisit dapat
ditemukan dalam sebuah hadits, dimana hadists tersebut menekankan betapa
besarnya tanggung jawab seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan inti dalam
Sebuah manajemen organisasi. Karena itu secara secara implicit hadits
Rasulullah SAW tersebut juga berkaitan dengan masalah manajemen pendidikan.
Sebab, lembaga pendidikan Islam tidak akan dapat berjalan tanpa adanya
kepemimpinan yang mencerminkan manager.
PERBEDAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN
Awal mulanya, tema manajemen hanya
popular dalam dunia perusahaan dan bisnis, kemudian digunakan dalam profesi
laiinya. Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke 19,
dewasa ini sangat popular, bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola
sekolah atau lembaga pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan islam.
Bahkan ada yang menganggap manajemen pendidikan islam sebagai suatu “ciri” dari
lembaga pendidikan modern, karena dengan
adanya manajeman pendidikan islam maka lembaga pendidikan islam diharapkan akan
berkembang dan berhasil.
Secara sederhana alur keilmuan
manajemen pendidikan Islam adalah bermula dari ilmu manajemen yang kemudian di
adaptasi oleh ilmu manajemen pendidikan dan kemudian di adaptasi oleh kalangan
muslim menjadi ilmu manajemen pendidikan islam. Meskipun seolah islam
“mengekor” ilmu manajemen yang notabene “keBarat-baratan” tetapi islam memiliki
sikap selektif terhada suatu kebudayaan baru. Ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa
ilmu manajemen pendidikan islam hanyalah adaptasi dari ilmu manajemen
pendidikan. Saya tidak sependapat dengan
hal itu karena menskipun ilu manajemen pendidikan islam lahir belakangan dan
memang sedikit banyak mengambi prinsip keilmuan manajemen pendidikan tetapi
jelas melalui sikap selektif yang ketat sehingga sesuai degan ajaran dan
nilai-nilai islam. Sebenarnya tidak sedikit juga ulama dan cendekiawan muslim
yang telah meletakkan dasar-dasar manajemen, tetapi masih berserrakan dan belum
menjadi satu keilmuan yang padu dan utuh.
Manajemen pendidikan adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. [8]
Sementara itu manajemen pendidikan
Islam diartikan sebagai suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga
pendidikan islam yang melibatkan sumber daya musilm dan non manusia dalam menggerakkannnya
untuk mencapai tujuan pendidika islam secara efektif dan efisien.[9]
Sementara itu Mujamil Qomar
mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara
Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal lain yang
terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[10]
Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang
membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen umum.
Beberapa perbedaan antara manajemen
pendidikan islam dengan manajemen pendidikan.
|
MPI
|
MPU
|
Sasaran
|
Lembaga
pendidikan Islam
|
Lembaga
pendidikan umum dan bisa diterapkan di lembaga pendidikan islam
|
Sifat
|
Inklusif
dan eksklusif
|
Inklusif
|
Tujuan
|
Proses
pendidikan berjalan sesuai dengan prinsip pendidikan yang islami, sesuai
dengan nilai-nilai islam, berjala efektif dan efisien sesuai dengan rumusan
dan pandangan pendidikan islam
|
Proses
pendidikan berjalan sesuai dengan prinsip umum pendidikan, sesuai dengan
kultur dan budaya sekolah yang bersangkutan.
|
Sumber
keilmuan
|
1.
Teks-teks wahyu, baik al Quran maupun hadis sahih sebagai pengendali
bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
2.
Aqwal (perkataan-perkataan) para sahabat Nabi, ulama, cendekiawan
muslim sebagai pijakan logis argumentative dalam menjelaskan kaidah-kaidah
teoritis manajemen pendidikan islam
3.
Perkembangan lembaga pendidika islam sebagai pijakan empiris dalam
mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam.
4.
Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) dalam lembaga pendidikan
islam sebagai pijakan empiris dalam merumuskan kemungkinan strategi yang khas
dalam mengelola lembaga pendidikan islam
5.
Ketentuan kaidah- kaidah manajemen pendidikan sebagai pijakan
teoritis dalam mengelola lembaga pendidikan isalm, dengan tetap melkukan
kritik jika terdapat ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip yang tidak
relevan supaya sesuai dengan kondisi budaya yang terjadi dalam lembaga
pendidikan islam[11]
|
Hasil
analisa dan riset tokoh-tokoh pendidikan umumnya, perkembangan lembaga
pendidikan umum, kultur budaya setempat.
|
[1] Mujamil
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 2008), hlm. 15
[2] Sulistyorini,
Manajemen Pendidikan Islam,(Surabaya :
elKAF, 2006), hlm. 34
[3] Ibid.
hlm. 14
[4]
Qomar, Manajemen…, hlm. 10
[5]
Mujamil Qomar, Pesantren, dari Transformasi Metodologi menuju Demokrasi
Institusi, (Jakarta :
Erlangga, 2007), hlm. 19
[6]
Qomar, Manajem.. hlm. 15
[7]
Mujamil Qomar, Manajemen…, hlm 37
[8] Sulistyorini,
Manajemen…, hlm. 13
[9]
Ibid., hlm. 14
[10]
Qomar, Manajemen…, hlm. 10
[11] [11]
Mujamil Qomar, Manajemen…, hlm 37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar