ahmadnursanto

Senin, 18 Februari 2013

PERMASALAHAN DALAM PENELITIAN


PERMASALAHAN DALAM PENELITIAN
MAKALAH (REVISI)

   Ahmad Nur Santo  (2841114002)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau permasalahan, baik yang bersifat awam maupun masalah yang menuntut pemecahan secara sistematik. Masalah-masalah tersebut pemecahannya sering dengan cara sederhana saja dan bersifat segera dan tidak membutuhkan data-data pendukung.
Disamping masalah-masalah awam, ada masalah-masalah yang bersifat kompleks atau rumit yang pemecahannya menuntut dan memerlukan pengumpulan sejumlah data pendukung yang dipergunakan untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan. Masalah yang seperti inilah yang menjadi perhatian kita, khususnya dalam dunia pendidikan. Masalah seperti ini menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya, yaitu melalui langkah-langkah tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya.[1]
Dalam dunia pendidikan banyak fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait yang mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun tidak semua masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu makalah ini akan membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat diselesaikan dengan suatu penelitian.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud masalah dalam penelitian ?
2.      Bagaimana Kriteria masalah penelitian yang baik ?
3.      Bagaimana mengidentifikasi masalah penelitian ?
4.      Bagaimana menganalisis masalah penelitian ?
5.      Apa saja sumber-sumber masalah penelitian ?
6.      Bagaimana tahapan mencari masalah penelitian ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian masalah dalam penelitian.
2.      Mengetahui bagaimana criteria masalah penelitian yang baik.
3.      Mengetahui bagaimana  mengidentifikasi masalah penelitian
4.      Mengetahui bagaimana menganalisis masalah penelitian
5.      Mengetahui Apa saja sumber-sumber masalah penelitian
6.      Mengetahui bagaimana  tahapan mencari masalah penelitian

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Masalah dalam Penelitian
Seorang peneliti sebelum menentukan bagaimana penelitian bisa dilakukan, terlebih dahulu harus menentukan masalah apa saja yang bisa diteliti. Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Masalah penelitian ini akan menentukan kwalitas penelitian yang akan dilakukan. Baik buruknya penelitian seseorang tergantung bagaimana seorang peneliti tersebut dapat mengidentifikasikan penelitian sebaik-baiknya. Menentukan masalah peneltian terkadang sulit, hal itu dikarenakan kurang faham akan permasalahan tersebut. Untuk menentukan permasalahan penelitian terlebih dahulu harus memahami sumber masalah. Sumber masalah tersebut bisa berasal dari manusia, program, dan fenomena di sekitar.
Terkadang kesalahan yang terjadi dalam penelitian adalah berangkat dari paradigm yang salah. Penelitian yang yang benar adalah dimulai dengan mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang ada. Barulah setelah mendapatkan masalah yang jelas, penelitian di lakukan. Banyak di antara kita –terutama mahasiswa- ketika melakukan penelitian ilmiah, memulai dengan cara yang salah, yaitu menentukan judul baru kemudian menentukan permasalahan. Sebenarnya hal itni bukan permasalahan pokok, tetapi paradigm seperti ini perlu dibenarkan.
Apakah permasalahan dalam penelitian? John Dewey dan Kerlinger mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.[2]
 Secara umum,  permasalahan adalah kesenjangan antara harapan/ideal/das sein dengan kenyataan/realitas/das sollen.[3] Masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah  lainnya. Tidak semua masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan. Kriteria permasalahan yang dimulai dari adanya kesenjangan ini biasanya  berbentuk penelitiandengan pendekatan kuantitatif.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif, permasalahan diperoleh dari adanya ketertarikan terhadap hal-hal yang unik dan memiliki nilai lebih yang pantas untuk diteliti.
B.     Kriteria Masalah Penelitian
Masalah yang telah dipilih sebaiknya dianalisis terlebih dahulu, agar hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun tujuannya. Analisis itu dapat dilihat dalam perspektif substansi, teori dan metode juga proses penelitian dan manfaat penelitian. Disamping itu, agar hasil penelitian benar-benar berarti dan bermakna (fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian.[4]
a.                                                                                                        Memiliki nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif. Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat dan kepentingan bersama.
b.                                                                                                        Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.        Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
2.        batas-batas masalah yang jelas,
3.        adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4.        adanya biaya yang diperlukan, dan
5.        tidak bertentangan dengan hukum.
c.                                                                                                         Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.[5]
d.                                                                                                        Actual
Aktual atau Up to date, artinya permasalahan yang akan diteliti adalah fakta perilaku yang sedang “hangat” terjadi di tengah masyarakat. Tentu saja aktualitas sebuah fakta perilaku akan selalu dinamis dan berubah setiap periode waktu tertentu. Permasalahan perilaku seks bebas remaja saat ini terasa lebih aktual dibandingkan perilaku agresif.
e.                                                                                                         Urgen
Urgen, artinya permasalahan yang diteliti haruslah sesuatu yang “mendesak” untuk diteliti. Dengan kata lain jika tidak segera ditemukan “jawabannya” akan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif yang dapat merugikan kehidupan manusia. Perilaku rendahnya kepatuhan membayar pajak jika tidak segera diteliti akan menimbulkan dampak yang negatif, misalnya menurunnya penerimaan kas negara yang berakibat pada berkurangnya APBN untuk pembangunan sarana pendidikan, kesehatan dan lain-lain.[6]
Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
a.    Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah tersebut.
b.    Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
c.    Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
d.    Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
e.    Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
f.     Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.
Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian harus berdasarkan beberapa parameter yaitu : (1) Menarik, (2) Bermanfaat, (3) Hal Yang Baru, (4) Dapat Diuji (Diukur), (5) Dapat   Dilaksanakan, (6)Merupakan Masalah Yang Penting, (7)Tidak Melanggar Etika.
C.    Identifikasi Masalah Penelitian
        Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Olehnya itu biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/ menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada, (2) urgen/mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila dipecahkan.
Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Walaupun dari proses identikasi masalah telah berhasil ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk dicari jawabannya.[7]
D.    Analisis Masalah Penelitian
Secara garis besar, ada beberapa bentuk analisis yang perlu diperhatikan :[8]
1. Analisis Substansi Masalah
Analisis substansi masalah itu sendiri. Masalah yang dipilih memiliki relevansi akademik dalam arti termasuk bidang keilmuan apa; misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, teologi dan sebagainya. Dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan itu dan menempatkannya dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan cara ini peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandang keilmuan yang ada.
2. Analisis Teori Dan Metode
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Oleh karena itu, setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Maka, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan digunakan.
Uraian dalam menganalisis teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah yang akan diteliti. Masalah yang diteliti hendaknya dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif teoritik dan metodenya. Dengan pertimbangan ini dapat ditelusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal maupun hasil penelitian terdahulu, penelitian semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan penelitiannya. Perspektif teoritik bermanfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga peneliti akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap fenomena.
3. Analis Institusional
Jenis, bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi mana peneliti memperpersembahkan penelitiannya. Penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik tentu berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan (action research). Penelitian untuk skripsi tentu memiliki kulalifikasi yang berbeda dengan tesis atau disertasi. Perbedaan bisa terletak pada substansinya, seperti kedalaman, keluasan, keaslian, kejelasan, keutuhan masalah yang diangkat; atau pada metodologinya seperti perspektif teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik penulisan atau pelaporannya.
4. Analisis Metodologis
Masalah yang diangkat hendaknya terjangkau, baik dari aspek metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri. Penelitian yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit dilakukan daripada masyarakat awam, maupun agama, lebih sedikit jumlahnya. Penelitian tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit dicari.

E.     Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain: Buku bacaan atau laporan hasil penelitian, Pengamatan sepintas, Pernyataan pemegang otoritas, Perasaan intuisi, Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
a.        Fenomena pendidikan di ruang-ruang kuliah, di sekolah, dan di masyarakat.
Di ruang-ruang kuliah, di sekolah, dan di masyarakat sebetulnya banyak fenomena kependidikan yang tepat diangkat menjadi masalah penelitian. Itulah gudang sumber masalah, tentu saja bagi mereka yang jeli, penuh imajinasi, serta kuat rasa ingin tahunya. Masalah-masalah yang menarik dan  menggoda, misalnya : Dalam keadaan bagaimanakah sesuatu metode mengajar itu efektif ?. Bagaimana pendapat para guru mengenai model satuan pelajaran? Bagaimanakah cara belajar siswa aktif di sekolah? Bagaimanakah pendapat orang tua mengenai pendidikan seks? Faktor-faktor luar manakah yang mempengaruhi tingkah laku belajar pelajar mahasiswa?.
Dari contoh-contoh tadi, nyata sekali bahwa ada banyak masalah menarik yang bisa diangkat dari pengalaman dan lingkungan terdekat mahasiswa itu sendiri. Bagi para pemula di kerja penelitian, barangkali lebih baik memilih masalah-masalah yang lebih dekat dengan pengalaman dan lingkungannya, dari pada memilih masalah-masalah yang relatif jauh dari jangkauannya.
b.        Perubahan teknologi dan pengembangan kurikulum
Perkembangan teknologi dan juga perkembangan kurikulum perndidikan selalu membawa berbagai problem baru  dan  kesempatan baru bagi suatu kerja penelitian. Sekarang ini, lebih dari sebelumnya, inovasi-inovasi pendidikan telah ikut memajukan pengelolaan kelas, bahan dan prosedur belajar, dan penggunaan alat-alat dan perlengkapan teknik. Inovasi-inovasi tadi, seperti pengajaran melalui TV, pengajaran berprograma, pendidikan melalui permainan, konsep-konsep dan pendekatan baru dari sesuatu mata pelajaran, penggunaan jadwal yang fleksibel, pelaksanaan sistem kredit, dan sebagainya, kesemuanya perlu dievaluasi secara teliti melalui penelitian (Proses penelitian).
c.        Pengalaman-pengalaman akademis itu sendiri
 Pengalaman seharusnya bisa menstimulir sikap bertanya terhadap berbagai praktek pendidikan yang berlaku luas di masyarakat. Sikap bertanya dimaksud, juga seharusnya efektif di dalam pengembangan pengenalan terhadap masalah.
d.       Konsultasi
Berkonsultasi dengan dosen-dosen pengajar, dosen-dosen penasehat, atau seseorang guru besar, juga berguna dan juga merupakan sumber pula di dalam rangka menemukan masalah penelitian.[9]

F.      Tahapan mencari masalah penelitian
Berdasarkan topik atau masalah penelitian yang telah ditemukan maka dapat dilakukan tahapan-tahapan penelitian berikutnya. Studi Pendahuluan dan Merumuskan Masalah.[10]



a.        Studi Pendahuluan
Setelah calon peneliti memilih dan menemukan masalah, langkah selanjutnya adalah melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mendalami permasalahan sehingga calon peneliti benar-benar dapat mempersiapkan perencanaan selanjutnya.
Studi pendahuluan ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1)       Agar peneliti tidak mengulang hasil penelitian orang lain.
2)       Mengetahui dengan pasti apa yang diteliti.
3)       Mengetahui di mana atau kepada siapa data atau informasi dapat diperoleh.
4)       Memahami bagaimana teknik atau cara memperoleh data atau informasinya.
5)       Dapat menentukan metode yang tepat untuk menganalisis data atau informasi tersebut.
6)       Memahami bagaimana harus mengambil kesimpulan dan cara memanfaatkan hasilnya
7)       Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a)      Studi kepustakaan, yaitu membaca artikel, paper, buku-buku  teori yang terkait, hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya.
b)      Bertanya, berkonsultasi dengan seseorang yang dianggap ahli atau narasumber.
c)      Kunjungan ke lokasi atau ke daerah di mana masalah penelitian itu bersumber.
b.        Perumusan Masalah
Perumusan  masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan  masalah atau  research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.
Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
Perumusan  masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusaia.
Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti. Perlu juga adanya pertimbangan dalam penentuan masalah, diantaranya sebagai berikut:[11]
1)      Dapat Dilaksanakan.
Jika kita memilih masalah tertentu, maka pertanyaan-pertanyaan di bawah ini bermanfaat bagi kita untuk mengecek apakah kita dapat atau tidak melakukan penelitian dengan masalah yang kita tentukan: 1) apakah masalah tersebut dalam jangkauan kita? 2)apakah kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan penelitian dengan persoalan tersebut? 3)apakah kita akan mendapatkan akses untuk memperoleh sample yang akan kita gunakan sebagai responden sebagai sarana pemerolehan data dan informasi.? 4)apakah kita mempunyai alasan khusus sehingga kita percaya akan dapat memperoleh jawaban dari masalah yang kita rumuskan? 5)apakah metode yang diperlukan sudah kita kuasai?
2)       Jangkauan Penelitiannya.
Apakah masalahnya cukup memadai untuk diteliti? Apakah jumlah variabelnya sudah cukup? Apakah jumlah datanya cukup untuk dilaporkan secara tertulis?
3)      Keterkaitan.
Apakah kita tertarik dengan masalah tersebut dan cara pemecahannya? Apakah masalah yang kita teliti berkaitan dengan latar belakang pengetahuan atau pekerjaan kita? Jika kita melakukan penelitian dengan masalah tersebut apakah kita akan mendapatkan nilai tambah bagi pengembangan diri kita?
4)      Nilai Teoritis.
Apakah masalah yang akan diteliti akan mengurangi adanya kesenjangan teori yang ada? Apakah pihak-pihak lain , seperti pembaca atau pemberi dana akan mengakui kepentingan studi ini? Apakah hasil penelitiannya nanti akan memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu yang kita pelajari? Apakah hasil penelitiannya layak dipublikasikan?
5)      Nilai Praktis.
Apakah hasil penelitiannya nantinya akan ada nilai-nilai praktis bagi para praktisi di bidang yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti? Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan nilai praktis ini sebagai berikut:
a)      Apakah pemecahan masalah dalam penelitian itu dapat meningkatkan praktik atau pelaksanaan pendidikan?
b)      Apakah para praktisi pendidikan itu nanti akan tertarik dengan hasil penelitian yang Anda lakukan?
c)      Apakah hasil penelitian itu nanti bisa mengubah sistem pendidikan?
d)      Apakah dengan hasil penelitian itu nanti akan mengubah cara-cara Anda dalam melaksanakan praktik pendidikan?
Secara singkat, cara perumusan masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1.      Menguraikan masalah utama sesuai dengan latar belakang penelitian dan judul penelitian. Alangkah baiknya apabila peneliti mampu membuat definisi atau rumusan masalah.
2.      Menyusun masalah yang akan diteliti yang dijadikan fokus atau pokok-pokok penelitian sesuai dengan urutan judul penelitian.
3.      Setiap pokok penelitian erat hubungannya dengan variabel yang diteliti, serta kaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya secara rasional dan proporsional.
4.      Pokok-pokok yang akan diteliti diungkapkan berbentuk kalimat tanya.
5.      Setiap pokok penelitian merupakan definisi operasional variabel.
6.      Setiap variabel yang diteliti harus jelas menggambarkan objek yang diteliti.
7.      Dari setiap indikator yang diteliti harus disesuaikan dengan jenis instrumen penelitian yang bisa mengungkap masalah yang dicari jawabannya.
8.      Jawaban penelitian sesuai dengan jenis penelitian apakah penelitian kualitatif atau penelitian kuantitatif.
c.         Hipotesis
1.      Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara tentang suatu hal yang bersifat sementara dan belum dibuktikan kebenarannya secara empiris dan ilmiah.
2.      Fungsi Hipotesis
Secara singkat hipotesis berfungsi sebagai berikut.
a.       Untuk merumuskan jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang terjadi
b.      Untuk menguji kebenaran suatu teori, pendapat, atau pernyataan.
c.       Untuk memberi ide dalam mengembangkan suatu teori atau pendapat.
d.      Untuk memperluas dan menjuruskan pengetahuan dan pengertian kita terhadap gejala-gejala yang akan diteliti.
3.      Merumuskan Hipotesis
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut.
a.         Hipotesis harus bertalian dengan teori tertentu, maksudnya hipotesis itu harus didasarkan pada teori-teori yang telah ada dalam literatur atau buku-buku ilmu pengetahuan.
b.          Hipotesis harus dapat diuji dengan data-data empiris, maksudnya hipotesis itu harus dapat dites berdasarkan hasil data-data penelitian yang terkumpul. Itulah sebabnya hipotesis tidak boleh mengandung unsur-unsur moral, sikap, atau nilai-nilai.
c.         Kemampuan menentukan anggapan dasar dalam penelitian,  dapat digali melalui:
1)       Banyak membaca buku, surat kabar, dan sebagainya.
2)       Banyak mendengar berita, ceramah, dan pembicaraan.
3)        Banyak berkunjung ke tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan penelitian.
4)        Mengadakan   praduga,   mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
4.      Jenis-jenis Hipotesis
Berdasarkan bentuknya, hipotesis ada tiga macam, yaitu:
a)        Hipotesis kerja
Hipotesis kerja juga disebut hipotesis alternative (Ha).
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok tertentu
1.        Jika … maka …
Contoh: Jika program KB terlaksana, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan.
2.        Ada perbedaan antara … dan …
Contoh: Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam berperilaku.
3.         Ada pengaruh … terhadap …
Contoh: Ada pengaruh dari adanya listrik masuk desa terhadap perubahan pola kehidupan masyarakat desa.
b)       Hipotesis nol (nullhypotheses)
Hipotesis nol sering disebut hipotesis statistik karena biasa dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusan hipotesis nol sebagai berikut.
1.        Tidak ada perbedaan antara … dengan …
Contoh: Tidak ada perbedaan antara siswa kelas I dengan siswa kelas III dalam disiplin belajar.
2.        Tidak ada pengaruh …dengan …
Contoh: Tidak ada pengaruh antara jarak rumah ke sekolah dengan mengikuti pelajarandi sekolah.
c)        Hipotesis statistic
Hipotesis statistik, yaitu hipotesis yang menyatakan hasil observasi tentang populasi (manusia atau benda) dalam bentuk kualitatif.
d.        Menguji Hipotesis
Suatu hipotesis harus diuji atau dites berdasarkan data empiris. Berdasarkan data penelitian yang terkumpul, hipotesis harus kita uji kebenarannya.

KESIMPULAN

  1. permasalahan adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan
  2. Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan antara lain dari: 1) kepustakaan: laporan penelitian pendidikan sebelumnya, 2) forum pertemuan ilmiah: seminar kependidikan baik bersifat nasional maupun internasional, 3) sumber pengalaman praktek: pengalaman mengajar di kelas, pengamatan terhadap lingkungan sekitar.
  3. Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi masalah adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi.
  4. Suatu masalah yang dipilih dalam perumusannya harus memiliki ciri-ciri khusus (karakteristik) sebagai berikut: 1) masalah menanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel; 2) masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius; 3) masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan; 4) masalah itu dapat diuji melalui metode empiris, artinya adanya kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan; dan 5) masalah tidak menyangkut moral dan etika.
  5. Agar dapat membatasi ruang lingkup permasalahan yang menarik minat dan keterampilan peneliti, alangkah bijaksanya apabila peneliti itu dapat mempersempit cakupan ruang lingkup masalah penelitiannya. Untuk maksud ini dapat dipakai skema klasifikasi masalah. Berkenaan dengan penelitian di timgkat kelas atau sekolah, maka pertimbangan-pertimbangan khusus perlu diambil oleh seorang peneliti. Pertimbangan-pertimbangan khusus adalah sebagai berikut, yaitu: 1) dapat dilaksanakan; 2) berguna untuk kepentingan luas; 3) menarik minat; 4) nilai teoritis; 5) nilai praktis.
  6. Berdasarkan topik atau masalah penelitian yang telah ditemukan maka dapat dilakukan tahapan-tahapan penelitian berikutnya. Studi Pendahuluan dan Merumuskan Masalah.

DAFTAR ISI

Nawawi, Hadari,  Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Wasero, Mulyadi G. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.


[2] Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktikny,.( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 21
[3] Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 53
[4] Sukarji, Metodologi…, hlm. 22-24
[8] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hlm. 35-36
[9] Mulyadi G Wasero, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm. 25
[11] Setyosari, Punaji. Metode…, hlm. 66-68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar