PERMASALAHAN
DALAM PENELITIAN
MAKALAH
(REVISI)
Ahmad Nur Santo (2841114002)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
selalu diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau permasalahan, baik yang
bersifat awam maupun masalah yang menuntut pemecahan secara sistematik.
Masalah-masalah tersebut pemecahannya sering dengan cara sederhana saja dan
bersifat segera dan tidak membutuhkan data-data pendukung.
Disamping masalah-masalah awam, ada
masalah-masalah yang bersifat kompleks atau rumit yang pemecahannya menuntut
dan memerlukan pengumpulan sejumlah data pendukung yang dipergunakan untuk
membuat keputusan dan menarik kesimpulan. Masalah yang seperti inilah yang
menjadi perhatian kita, khususnya dalam dunia pendidikan. Masalah seperti ini
menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya, yaitu melalui langkah-langkah
tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur
penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban
yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat menentukan
perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan bahkan
juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya.[1]
Dalam dunia pendidikan banyak
fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait yang
mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun tidak semua
masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu makalah ini akan
membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat diselesaikan dengan
suatu penelitian.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud masalah dalam penelitian ?
2.
Bagaimana Kriteria masalah penelitian yang baik ?
3.
Bagaimana mengidentifikasi masalah penelitian ?
4.
Bagaimana menganalisis masalah penelitian ?
5.
Apa saja sumber-sumber masalah penelitian ?
6.
Bagaimana tahapan mencari masalah penelitian ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian masalah dalam penelitian.
2.
Mengetahui bagaimana criteria masalah penelitian yang baik.
3.
Mengetahui bagaimana mengidentifikasi masalah penelitian
4.
Mengetahui bagaimana menganalisis masalah penelitian
5.
Mengetahui Apa saja sumber-sumber masalah penelitian
6.
Mengetahui bagaimana
tahapan mencari masalah penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah dalam Penelitian
Seorang peneliti sebelum menentukan bagaimana penelitian bisa dilakukan,
terlebih dahulu harus menentukan masalah apa saja yang bisa diteliti. Masalah
penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu
variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel
didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Masalah penelitian ini akan menentukan kwalitas penelitian yang akan
dilakukan. Baik buruknya penelitian seseorang tergantung bagaimana seorang
peneliti tersebut dapat mengidentifikasikan penelitian sebaik-baiknya.
Menentukan masalah peneltian terkadang sulit, hal itu dikarenakan kurang faham
akan permasalahan tersebut. Untuk menentukan permasalahan penelitian terlebih
dahulu harus memahami sumber masalah. Sumber masalah tersebut bisa berasal dari
manusia, program, dan fenomena di sekitar.
Terkadang kesalahan yang terjadi dalam penelitian adalah berangkat dari
paradigm yang salah. Penelitian yang yang benar adalah dimulai dengan mencari
dan mengidentifikasi permasalahan yang ada. Barulah setelah mendapatkan masalah
yang jelas, penelitian di lakukan. Banyak di antara kita –terutama mahasiswa-
ketika melakukan penelitian ilmiah, memulai dengan cara yang salah, yaitu
menentukan judul baru kemudian menentukan permasalahan. Sebenarnya hal itni
bukan permasalahan pokok, tetapi paradigm seperti ini perlu dibenarkan.
Apakah permasalahan dalam penelitian? John Dewey
dan Kerlinger mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang
dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.[2]
Secara
umum, permasalahan adalah
kesenjangan antara harapan/ideal/das sein dengan kenyataan/realitas/das
sollen.[3]
Masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Tidak semua masalah kehidupan dapat
menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada kesenjangan
(gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang
diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan. Kriteria
permasalahan yang dimulai dari adanya kesenjangan ini biasanya berbentuk penelitiandengan pendekatan
kuantitatif.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif, permasalahan diperoleh dari adanya
ketertarikan terhadap hal-hal yang unik dan memiliki nilai lebih yang pantas
untuk diteliti.
B. Kriteria Masalah Penelitian
Masalah yang telah dipilih sebaiknya dianalisis terlebih dahulu, agar
hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun
tujuannya. Analisis itu dapat dilihat dalam perspektif substansi, teori dan
metode juga proses penelitian dan manfaat penelitian. Disamping itu, agar hasil
penelitian benar-benar berarti dan bermakna (fungsional) sesuai dengan jenis
dan tujuan penelitian itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih masalah penelitian.[4]
a.
Memiliki nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif.
Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat dan kepentingan bersama.
b.
Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.
Adanya data dan metode untuk
memecahkan masalah tersebut,
2.
batas-batas masalah yang jelas,
3.
adanya alat atau instrumen untuk
memecahkannya,
4.
adanya biaya yang diperlukan, dan
5.
tidak bertentangan dengan hukum.
c.
Sesuai dengan kualitas
peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah
disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.[5]
d.
Actual
Aktual atau Up
to date, artinya permasalahan yang akan diteliti adalah fakta perilaku yang
sedang “hangat” terjadi di tengah masyarakat. Tentu saja aktualitas sebuah
fakta perilaku akan selalu dinamis dan berubah setiap periode waktu tertentu.
Permasalahan perilaku seks bebas remaja saat ini terasa lebih aktual
dibandingkan perilaku agresif.
e.
Urgen
Urgen,
artinya permasalahan yang diteliti haruslah sesuatu yang “mendesak” untuk
diteliti. Dengan kata lain jika tidak segera ditemukan “jawabannya” akan dapat
menimbulkan dampak-dampak negatif yang dapat merugikan kehidupan manusia.
Perilaku rendahnya kepatuhan membayar pajak jika tidak segera diteliti akan
menimbulkan dampak yang negatif, misalnya menurunnya penerimaan kas negara yang
berakibat pada berkurangnya APBN untuk pembangunan sarana pendidikan, kesehatan
dan lain-lain.[6]
Rumusan masalah penelitian yang baik,
antara lain:
a.
Bersifat orisinil, belum ada atau
belum banyak orang lain yang meneliti masalah tersebut.
b.
Dapat berguna bagi kepentingan
ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
c.
Dapat diperoleh dengan cara-cara
ilmiah.
d.
Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang
lain terhadap masalah tersebut.
e.
Dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya.
f.
Bersifat etis, artinya tidak
bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.
Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya
masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian harus berdasarkan
beberapa parameter yaitu : (1) Menarik, (2) Bermanfaat, (3) Hal Yang Baru, (4)
Dapat Diuji (Diukur), (5) Dapat Dilaksanakan, (6)Merupakan Masalah
Yang Penting, (7)Tidak Melanggar Etika.
C.
Identifikasi Masalah
Penelitian
Mengidentifikasi
masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu
pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses penelitian. Kesulitan tersebut
masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana
mencari permasalahan penelitian. Olehnya itu biasanya para peneliti selalu
berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti. Kesulitan mencari
permasalahan biasanya juga tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri
dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai
permasalahan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar
sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang
telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan
identifikasi terhadap masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas
yaitu menentukan masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan
upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah
tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar
pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka
perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan
penelitian dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti
tergantung ketajaman dan kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan)
peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah
masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/ menduduki urutan paling
penting diantara masalah-masalah yang ada, (2) urgen/mendesak untuk dipecahkan,
(3) bermanfaat bila dipecahkan.
Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat
dikelompokkan menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar
(output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Walaupun dari proses
identikasi masalah telah berhasil ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu
mempertimbangkan beberapa hal untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat/motivasi/dorongan peneliti,
kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel),
waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan
birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus masalah
dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk dicari jawabannya.[7]
D. Analisis Masalah Penelitian
Secara garis besar, ada beberapa bentuk analisis yang perlu diperhatikan
:[8]
1.
Analisis Substansi Masalah
Analisis substansi masalah itu
sendiri. Masalah yang dipilih memiliki relevansi akademik dalam arti termasuk
bidang keilmuan apa; misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen,
teologi dan sebagainya. Dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks
keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan itu dan
menempatkannya dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut.
Dengan cara ini peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandang
keilmuan yang ada.
2. Analisis Teori Dan Metode
Peneliti hendaknya senantiasa
menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya
menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Oleh karena itu, setiap
penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Maka, perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan
tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
digunakan.
Uraian dalam menganalisis teori
merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi
aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah yang akan diteliti.
Masalah yang diteliti hendaknya dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif
teoritik dan metodenya. Dengan pertimbangan ini dapat ditelusuri kajian
kepustakaan baik berupa buku jurnal maupun hasil penelitian terdahulu,
penelitian semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan penelitiannya.
Perspektif teoritik bermanfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan
memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga
peneliti akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap fenomena.
3. Analis Institusional
Jenis, bobot dan tujuan penelitian
hendaknya disesuaikan dengan institusi mana peneliti memperpersembahkan
penelitiannya. Penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik tentu
berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan (action research).
Penelitian untuk skripsi tentu memiliki kulalifikasi yang berbeda dengan tesis
atau disertasi. Perbedaan bisa terletak pada substansinya, seperti kedalaman,
keluasan, keaslian, kejelasan, keutuhan masalah yang diangkat; atau pada
metodologinya seperti perspektif teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik
penulisan atau pelaporannya.
4. Analisis Metodologis
Masalah yang diangkat hendaknya
terjangkau, baik dari aspek metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri.
Penelitian yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit dilakukan daripada
masyarakat awam, maupun agama, lebih sedikit jumlahnya. Penelitian tentang
keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit dicari.
E. Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain: Buku bacaan atau laporan hasil
penelitian, Pengamatan sepintas, Pernyataan pemegang otoritas, Perasaan intuisi,
Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
a.
Fenomena pendidikan di ruang-ruang kuliah, di sekolah, dan
di masyarakat.
Di ruang-ruang kuliah, di sekolah,
dan di masyarakat sebetulnya banyak fenomena kependidikan yang tepat diangkat
menjadi masalah penelitian. Itulah gudang sumber masalah, tentu saja bagi
mereka yang jeli, penuh imajinasi, serta kuat rasa ingin tahunya.
Masalah-masalah yang menarik dan menggoda,
misalnya : Dalam keadaan bagaimanakah sesuatu metode mengajar itu efektif ?.
Bagaimana pendapat para guru mengenai model satuan pelajaran? Bagaimanakah cara
belajar siswa aktif di sekolah? Bagaimanakah pendapat orang tua mengenai
pendidikan seks? Faktor-faktor luar manakah yang mempengaruhi tingkah laku
belajar pelajar mahasiswa?.
Dari contoh-contoh tadi, nyata
sekali bahwa ada banyak masalah menarik yang bisa diangkat dari pengalaman dan
lingkungan terdekat mahasiswa itu sendiri. Bagi para pemula di kerja
penelitian, barangkali lebih baik memilih masalah-masalah yang lebih dekat
dengan pengalaman dan lingkungannya, dari pada memilih masalah-masalah yang
relatif jauh dari jangkauannya.
b.
Perubahan teknologi dan pengembangan kurikulum
Perkembangan teknologi dan juga
perkembangan kurikulum perndidikan selalu membawa berbagai problem baru dan kesempatan
baru bagi suatu kerja penelitian. Sekarang ini, lebih dari sebelumnya,
inovasi-inovasi pendidikan telah ikut memajukan pengelolaan kelas, bahan dan
prosedur belajar, dan penggunaan alat-alat dan perlengkapan teknik.
Inovasi-inovasi tadi, seperti pengajaran melalui TV, pengajaran berprograma,
pendidikan melalui permainan, konsep-konsep dan pendekatan baru dari sesuatu
mata pelajaran, penggunaan jadwal yang fleksibel, pelaksanaan sistem kredit,
dan sebagainya, kesemuanya perlu dievaluasi secara teliti melalui penelitian
(Proses penelitian).
c.
Pengalaman-pengalaman akademis itu
sendiri
Pengalaman seharusnya bisa menstimulir sikap
bertanya terhadap berbagai praktek pendidikan yang berlaku luas di masyarakat.
Sikap bertanya dimaksud, juga seharusnya efektif di dalam pengembangan
pengenalan terhadap masalah.
d.
Konsultasi
Berkonsultasi dengan dosen-dosen
pengajar, dosen-dosen penasehat, atau seseorang guru besar, juga berguna dan
juga merupakan sumber pula di dalam rangka menemukan masalah penelitian.[9]
F.
Tahapan mencari masalah penelitian
Berdasarkan topik atau masalah penelitian yang telah ditemukan maka dapat
dilakukan tahapan-tahapan penelitian berikutnya. Studi Pendahuluan dan
Merumuskan Masalah.[10]
a.
Studi Pendahuluan
Setelah calon peneliti memilih dan menemukan masalah, langkah selanjutnya
adalah melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mendalami permasalahan
sehingga calon peneliti benar-benar dapat mempersiapkan perencanaan
selanjutnya.
Studi
pendahuluan ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1)
Agar peneliti tidak mengulang
hasil penelitian orang lain.
2)
Mengetahui dengan pasti apa yang
diteliti.
3)
Mengetahui di mana atau kepada
siapa data atau informasi dapat diperoleh.
4)
Memahami bagaimana teknik atau
cara memperoleh data atau informasinya.
5)
Dapat menentukan metode yang tepat
untuk menganalisis data atau informasi tersebut.
6)
Memahami bagaimana harus mengambil
kesimpulan dan cara memanfaatkan hasilnya
7)
Studi pendahuluan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a) Studi kepustakaan, yaitu membaca artikel, paper, buku-buku teori yang terkait, hasil penelitian
sebelumnya, dan sebagainya.
b) Bertanya, berkonsultasi dengan seseorang yang dianggap ahli atau
narasumber.
c) Kunjungan ke lokasi atau ke daerah di mana masalah penelitian
itu bersumber.
b.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan
menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai
research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu
fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu
dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat
demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian,
sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan
melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu
sendiri.
Perumusan
masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi perumusan
masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan perumusan
masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya hubungan
atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi
pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan
atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman,
penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak
berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai
di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai
penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti,
serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat
dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu
mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak
relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu
perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para
peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi
populasi dan sampel penelitian.
Ada
setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan
masalah penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan
masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif,
baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang
memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih
fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusaia.
Kriteria
Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau
berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti
pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik
yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai
pengembangan teori-teori yang sudah ada.
Kriteria
ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik,
juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang
aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula,
dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan
manusia.
Berkenaan
dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara
lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika
peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama
dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah
tujuan penelitian.
Di manapun
rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu penting dan
tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena yang
penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan
rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat yang
konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat
dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan
permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
Salah satu cara untuk membuat
perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan proses penyempitan masalah
dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi masalah
yang spesifik dan siap untuk diteliti. Perlu juga adanya pertimbangan dalam
penentuan masalah, diantaranya sebagai berikut:[11]
1)
Dapat Dilaksanakan.
Jika kita memilih masalah tertentu,
maka pertanyaan-pertanyaan di bawah ini bermanfaat bagi kita untuk mengecek
apakah kita dapat atau tidak melakukan penelitian dengan masalah yang kita
tentukan: 1) apakah masalah tersebut dalam jangkauan kita? 2)apakah kita
mempunyai cukup waktu untuk melakukan penelitian dengan persoalan tersebut?
3)apakah kita akan mendapatkan akses untuk memperoleh sample yang akan kita
gunakan sebagai responden sebagai sarana pemerolehan data dan informasi.? 4)apakah
kita mempunyai alasan khusus sehingga kita percaya akan dapat memperoleh
jawaban dari masalah yang kita rumuskan? 5)apakah metode yang diperlukan sudah
kita kuasai?
2)
Jangkauan
Penelitiannya.
Apakah masalahnya cukup memadai
untuk diteliti? Apakah jumlah variabelnya sudah cukup? Apakah jumlah datanya
cukup untuk dilaporkan secara tertulis?
3)
Keterkaitan.
Apakah kita tertarik dengan masalah
tersebut dan cara pemecahannya? Apakah masalah yang kita teliti berkaitan
dengan latar belakang pengetahuan atau pekerjaan kita? Jika kita melakukan
penelitian dengan masalah tersebut apakah kita akan mendapatkan nilai tambah
bagi pengembangan diri kita?
4)
Nilai Teoritis.
Apakah masalah yang akan diteliti
akan mengurangi adanya kesenjangan teori yang ada? Apakah pihak-pihak lain ,
seperti pembaca atau pemberi dana akan mengakui kepentingan studi ini? Apakah
hasil penelitiannya nanti akan memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu
yang kita pelajari? Apakah hasil penelitiannya layak dipublikasikan?
5)
Nilai Praktis.
Apakah hasil penelitiannya nantinya
akan ada nilai-nilai praktis bagi para praktisi di bidang yang sesuai dengan
masalah yang akan diteliti? Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan nilai
praktis ini sebagai berikut:
a)
Apakah pemecahan masalah dalam penelitian itu dapat
meningkatkan praktik atau pelaksanaan pendidikan?
b)
Apakah para praktisi pendidikan itu nanti akan tertarik
dengan hasil penelitian yang Anda lakukan?
c)
Apakah hasil penelitian itu nanti bisa mengubah sistem
pendidikan?
d)
Apakah dengan hasil
penelitian itu nanti akan mengubah cara-cara Anda dalam melaksanakan praktik
pendidikan?
Secara singkat, cara perumusan
masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1.
Menguraikan masalah utama sesuai dengan latar belakang
penelitian dan judul penelitian. Alangkah baiknya apabila peneliti mampu
membuat definisi atau rumusan masalah.
2.
Menyusun masalah yang akan diteliti yang dijadikan fokus
atau pokok-pokok penelitian sesuai dengan urutan judul penelitian.
3.
Setiap pokok
penelitian erat hubungannya dengan variabel yang diteliti, serta kaitan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lainnya secara rasional dan
proporsional.
4.
Pokok-pokok
yang akan diteliti diungkapkan berbentuk kalimat tanya.
5.
Setiap pokok penelitian merupakan definisi operasional
variabel.
6.
Setiap variabel
yang diteliti harus jelas menggambarkan objek yang diteliti.
7.
Dari setiap indikator yang diteliti harus disesuaikan
dengan jenis instrumen penelitian yang bisa mengungkap masalah yang dicari
jawabannya.
8.
Jawaban penelitian sesuai dengan jenis penelitian apakah
penelitian kualitatif atau penelitian kuantitatif.
c.
Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara tentang suatu hal yang bersifat
sementara dan belum dibuktikan kebenarannya secara empiris dan ilmiah.
2. Fungsi Hipotesis
Secara
singkat hipotesis berfungsi sebagai berikut.
a.
Untuk merumuskan jawaban sementara
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang
terjadi
b.
Untuk menguji kebenaran suatu
teori, pendapat, atau pernyataan.
c.
Untuk memberi ide dalam
mengembangkan suatu teori atau pendapat.
d.
Untuk memperluas dan menjuruskan
pengetahuan dan pengertian kita terhadap gejala-gejala yang akan diteliti.
3. Merumuskan Hipotesis
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan hipotesis adalah sebagai
berikut.
a.
Hipotesis harus bertalian dengan
teori tertentu, maksudnya hipotesis itu harus didasarkan pada teori-teori yang
telah ada dalam literatur atau buku-buku ilmu pengetahuan.
b.
Hipotesis harus dapat diuji dengan data-data
empiris, maksudnya hipotesis itu harus dapat dites berdasarkan hasil data-data
penelitian yang terkumpul. Itulah sebabnya hipotesis tidak boleh mengandung
unsur-unsur moral, sikap, atau nilai-nilai.
c.
Kemampuan menentukan anggapan
dasar dalam penelitian, dapat digali
melalui:
1)
Banyak membaca buku, surat kabar, dan
sebagainya.
2)
Banyak mendengar berita, ceramah,
dan pembicaraan.
3)
Banyak berkunjung ke tempat-tempat tertentu
yang berhubungan dengan penelitian.
4)
Mengadakan praduga,
mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
4.
Jenis-jenis
Hipotesis
Berdasarkan bentuknya, hipotesis ada tiga macam, yaitu:
a)
Hipotesis kerja
Hipotesis
kerja juga disebut hipotesis alternative (Ha).
Hipotesis
kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan
antara dua kelompok tertentu
1.
Jika … maka …
Contoh: Jika
program KB terlaksana, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat
dikendalikan.
2.
Ada perbedaan antara … dan …
Contoh: Ada
perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam berperilaku.
3.
Ada pengaruh … terhadap …
Contoh: Ada
pengaruh dari adanya listrik masuk desa terhadap perubahan pola kehidupan
masyarakat desa.
b)
Hipotesis nol (nullhypotheses)
Hipotesis nol
sering disebut hipotesis statistik karena biasa dipakai dalam penelitian yang
bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya
pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusan hipotesis nol sebagai berikut.
1.
Tidak ada perbedaan antara …
dengan …
Contoh: Tidak
ada perbedaan antara siswa kelas I dengan siswa kelas III dalam disiplin
belajar.
2.
Tidak ada pengaruh …dengan …
Contoh: Tidak
ada pengaruh antara jarak rumah ke sekolah dengan mengikuti pelajarandi
sekolah.
c)
Hipotesis statistic
Hipotesis
statistik, yaitu hipotesis yang menyatakan hasil observasi tentang populasi
(manusia atau benda) dalam bentuk kualitatif.
d.
Menguji Hipotesis
Suatu hipotesis harus diuji atau dites berdasarkan data empiris.
Berdasarkan data penelitian yang terkumpul, hipotesis harus kita uji
kebenarannya.
KESIMPULAN
- permasalahan adalah kesulitan
yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat
juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan
- Masalah dalam penelitian
pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang
pendidikan antara lain dari: 1) kepustakaan: laporan penelitian pendidikan
sebelumnya, 2) forum pertemuan ilmiah: seminar kependidikan baik bersifat
nasional maupun internasional, 3) sumber pengalaman praktek: pengalaman
mengajar di kelas, pengamatan terhadap lingkungan sekitar.
- Dalam dunia pendidikan masalah
yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu:
proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar
jangka panjang (outcome). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
identifikasi masalah adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan
peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu,
pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan
birokrasi.
- Suatu masalah yang dipilih
dalam perumusannya harus memiliki ciri-ciri khusus (karakteristik) sebagai
berikut: 1) masalah menanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel; 2)
masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius; 3)
masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan; 4) masalah itu dapat
diuji melalui metode empiris, artinya adanya kemungkinan pengumpulan data
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan; dan 5) masalah tidak
menyangkut moral dan etika.
- Agar dapat membatasi ruang lingkup
permasalahan yang menarik minat dan keterampilan peneliti, alangkah
bijaksanya apabila peneliti itu dapat mempersempit cakupan ruang lingkup
masalah penelitiannya. Untuk maksud ini dapat dipakai skema klasifikasi
masalah. Berkenaan dengan penelitian di timgkat kelas atau sekolah, maka
pertimbangan-pertimbangan khusus perlu diambil oleh seorang peneliti.
Pertimbangan-pertimbangan khusus adalah sebagai berikut, yaitu: 1) dapat
dilaksanakan; 2) berguna untuk kepentingan luas; 3) menarik minat; 4) nilai
teoritis; 5) nilai praktis.
- Berdasarkan topik atau masalah
penelitian yang telah ditemukan maka dapat dilakukan tahapan-tahapan
penelitian berikutnya. Studi Pendahuluan dan Merumuskan Masalah.
DAFTAR ISI
Nawawi,
Hadari, Metode Penelitian Bidang
Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998
Setyosari,
Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010
Sukardi.
Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009
Wasero, Mulyadi G. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.
http://blog.stikom.edu/anjik/permasalahpenelitian,
diakses 30 Maret 2012
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/merumuskan-dan-memilih-masalah-penelitian/,
diakses 30 Maret 2012
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/identifikasi-pemilihan-deskripsi-dan-rumusan-masalah-penelitian-tindakan-kelas,
diakses 11 Juni 2012
http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/search/label/penelitian,
diakses 11 Juni 2012
http://skripsimahasiswa.blogspot.com/search/label/Masalah%20penelitian,
diakses 11 Juni 2012
[2] Sukardi.
Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktikny,.( Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hlm. 21
[3] Setyosari,
Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), hlm. 53
[6] http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/merumuskan-dan-memilih-masalah-penelitian/, diakses 30 Maret 2012
[8] Hadari
Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1998), hlm. 35-36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar