EKSISTENSI BIMBINGAN
DAN KONSELING (BK) DALAM MEMBANTU PERMASALAH SISWA
Ahmad nur Santo
Abstract: Guidance and counseling is an activity the provision
of guidance or assistance to individuals and groups in order to identify and
understand himself and all the potential that there is in him that is able to
develop optimal as possible in order to confront and adapt to the environment
they occupy. The goal is to develop the potential of the individual in
accordance with his ability to be able to adjust to the environment, good
neighborhood schools, families, and communities. It is this which is the main purpose
of guidance and counseling services in schools, especially for students as
individuals who are given relief. Teachers have a major role through guidance
and counseling, whose role includes teaching and administrative activities, as
initiative takers, disciplinarian, executive education and translator
administarsi on society.
Abstrak: Bimbingan
dan konseling adalah suatu kegiatan pemberian layanan bimbingan
atau bantuan kepada individu maupun kelompok agar dapat mengenali dan memahami
dirinya dan seluruh potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu
mengembangkannya seoptimal mungkin guna menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ditempatinya. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan potensi pada diri individu sesuai dengan kemampuannya agar
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat. Hal inilah yang merupakan tujuan utama pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, terutama bagi siswa-siswi sebagai individu yang diberi
bantuan. Guru
mempunyai peranan yang besar melalui bimbingan dan konseling, yang peranannya
meliputi kegiatan pengajaran dan administratif, yaitu sebagai pengambil
inisiatif, penegak disiplin, pelaksana administarsi pendidikan dan penerjemah
terhadap masyarakat.
Kata kunci : Bimbingan dan konseling, tujuan bimbingan dan
konseling, peran guru dalam bimbingan dan konseling
Sigmund Freud yang
dikutip oleh Nana Sukamadinata mengatakan, “dalam hidupnya individu tidak pernah berhenti
melakukan kegiatan atau berperilaku. Kegiatan-kegiatan individu mungkin
dilakukan dengan sadar, tetapi mungkin juga setengah sadar atau bahkan tidak
sadar”. Semua kegiatan baik yang ada dalam kesadaran maupun ketidaksadaran
tidak selalu bergerak dan sewaktu-waktu apabila ambang kesadarannya lemah maka
individu melakukan hal-hal di luar kontrol dirinya. Inilah yang menyebabkan
kenapa manusia sering mengalami kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan.
Karena tidak setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan dan tidak setiap kegiatan itu semudah seperti yang dibayangkan.
Setiap manusia dalam kehidupannya tak satupun yang
tidak pernah mengalami kesulitan, baik yang berupa kesulitan dalam keuangan,
kesulitan mencari teman bergaul, kesehatan dan sebagainya. Kesulitan yang satu
mungkin dapat diatasi, kemudian muncul yang lain. Kesulitan dalam kehidupan
manusia memang datang silih berganti. Hal demikian dapat terjadi pada seorang
siswa sebagai manusia yang dalam kegiatan belajar seringkali menemui kesulitan
yang tidak sedikit. Kesulitan itu misalnya berupa kesulitan menangkap
pelajaran, kesulitan dalam memilih sekolah sambungan, kesulitan akan pekerjaan
di masa mendatang, kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,
serta banyak jenis kesulitan lain yang mungkin ditemuinya. Kesulitan-kesulitan
psikis juga sering dialami oleh mereka misalnya cepat putus asa, merasa kecewa,
pesimis dalam kehidupannya, dan sebagainya yang menyebabkan hilangnya motivasi
dalam diri seorang siswa yang bersangkutan.
Ditinjau dari segi
psikologis, sebenarnya peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang
menuju ke masa kedewasaannya. Proses perkembangan itu jelas dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh
pembawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika kedua faktor tersebut
saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal harus ada
asuhan yang terarah. Asuhan yang terarah dalam proses belajar sering disebut
dengan pengajaran.
Dalam kenyataan yang kita jumpai ternyata tidak semua
siswa mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang ia temui sendiri. Mereka kurang
sanggup mencari jalan keluar untuk memecahkan kesulitannya. Hal ini bukan
berarti mereka tidak bisa menyelesaikan, melainkan semata-mata hanya karena
belum menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut. Untuk itu
diperlukan adanya bimbingan dari orang lain yang berpengalaman dan orang yang
professional. Bimbingan tersebut kita kenal dengan bimbingan dan konseling yang
selalu dan harus ada dalam suatu instansi atau lembaga khususnya lembaga
pendidikan atau sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen
dari pendidikan kita, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan
suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya
dan siswa khususnya di sekolah. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Dengan melalui pelayanan bimbingan dan konseling yang
baik, maka setiap peserta didik diharapkan mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga
mereka dapat menemukan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Dengan
demikian dapat juga dikatakan bahwa program pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan
cita-citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.
Maka dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan
siswa akan mengasah bakat yang terpendam dalam dirinya atau mencari pendidikan
yang sesuai dengan cita-citanya. Serta siswa juga akan mencari sesuatu yang ada
dalam dirinya yang dapat berguna bagi masyarakat luas.
Masalah-masalah yang biasa dihadapi siswa secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi empat sesuai bidang bimbingan, yaitu masalah
pendidikan/belajar, masalah pribadi, masalah sosial dan masalah
pekerjaan/karir. Masalah pendidikan
adalah masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam hubungannya dengan masalah
pendidikan, termasuk masalah belajar merupakan bagian dari masalah pendidikan.
Masalah belajar misalnya sukar berkonsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar
yang buruk dan sebagainya yang mungkin itu semua disebabkan karena tidak adanya
motivasi pada siswa dalam belajar.
Masalah pribadi dan masalah sosial juga akan sangat
mempengaruhi siswa dalam mengembangkan potensinya. Masalah-masalah seperti
kecewa ditinggal si pacar, sukar bergaul dengan kawan, merasa rendah diri,
masalah kenakalan remaja dan sebagainya secara langsung atau tidak langsung
akan mengganggu dan menghambat perkembangannya potensi siswa khususnya dalam
pendidikan, termasuk kurangnya motivasi dalam belajar yang pada akhirnya menurunkan
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, seorang guru
pembimbing dapat memberikan bimbingan belajar/pendidikan untuk mengatasi,
menghadapi dan memecahkan kesulitan-kesulitan dalam bidang pendidikan termasuk
kesulitan dalam belajar. Untuk masalah pribadi dan sosial dapat diberikan
bimbingan pribadi-sosial yang merupakan bimbingan pada siswa dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial.
BIMBINGAN DAN KONSELING
Bila ditinjau dari segi sejarah perkembangan ilmu
Bimbingan dan Konseling di Indonesia, maka sebenarnya istilah bimbingan dan
konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang
merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling. Penggunaan
istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari kata guidance and
counseling ini dicetuskan oleh
Tatang Mahmud, MA, seorang pejabat Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia pada tahun 1953.
Oleh karena usaha Tatang Mahmud untuk mencarikan
terjemahan istilah guidance and counseling ini dengan istilah bimbingan
dan penyuluhan itu tidak ada yang membantahnya, maka sejak saat itu populerlah
istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari istilah guidance
and counseling. Kemudian berkembang menjadi istilah bimbingan dan
konseling.
Istilah
bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa Inggris).
Secara etimologis bimbingan berasal dari kata “guide” yang artinya
mengarahkan (direct), menunjukkan (pilot), mengatur (manage),
menyetir (steer). Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan
dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian
tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.
Dari
beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan: (a) suatu proses yang berkesinambungan,
(b) suatu proses membantu individu, (c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan
agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya
secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan (d) kegiatan yang
bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya
dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Bimbingan
merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut.
Istilah
konseling berasal dari bahasa Inggris “to
counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” atau
memberi saran dan nasihat.Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling”
merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik.
Istilah
konseling juga sering diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam
kegiatan bimbingan menurut para ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih
tepat adalah konseling, karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus,
tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam
bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Pelayanan konseling
menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan
bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.
Dari
definisi bimbingan dan konseling yang sudah dijelaskan di atas secara terpisah
dapat dikemukakan pengertian bimbingan dan konseling secara bersama-sama yaitu
suatu kegiatan pemberian layanan bimbingan atau bantuan kepada individu maupun
kelompok agar dapat mengenali dan memahami dirinya dan seluruh potensi yang ada
pada dirinya sehingga mampu mengembangkannya seoptimal mungkin guna menghadapi
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempatinya.
Dari
pengertian bimbingan dan konseling di atas dapat diambil beberapa hal pokok,
yaitu: (1) Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan
bantuan. (2) Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan
melalui kegiatan secara perorangan dan kelompok. (3) Arah
kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu peserta didik untuk
melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara
optimal. (4) Ada empat bidang bimbingan yaitu bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan karir. (5) Pelayanan
bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan tertentu,
ditunjang sejumlah kegiatan pendukung. (6) Pelayanan
bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku.
PERLUNYA
BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya sudah pasti
menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat
teratasi, persoalan yang lain akan muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak
sama satu dengan yang lainnya, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada
manusia yang sanggup mengatasi persoalan dengan mudah tanpa bantuan dari pihak
lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila
tidak dibantu orang lain. Untuk persoalan yang ini, maka bimbingan dan
konseling sangat diperlukan guna membantu individu atau kelompok yang belum
atau tidak bisa mengatasi masalahnya.
Dalam
proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya
dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering
kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan
dalam belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang
mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya,
dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam
menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu tidak kunjung teratasi,
maka siswa tersebut belum bisa belajar dengan baik karena konsentrasinya akan
terganggu.
Melihat
persoalan yang demikian, maka sangat diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan
konseling yang akan membantu siswa dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
dihadapinya, baik dalam proses belajarnya, pribadinya maupun juga sosialnya.
Karena selain masalah belajar seperti kesulitan dalam belajar, tidak adanya
motivasi dalam belajar dan sebagainya, tidak sedikit masalah pribadi dan sosial
juga sering dialami oleh siswa. Masalah pribadi dan sosial yang biasa dialami
siswa misalnya diputus pacarnya, kurang bisa bergaul dengan teman-temannya, dan
sebagainya. Masalah-masalah itu semua secara otomatis akan mengganggu konsentrasi
dan juga motivasi siswa di dalam proses pendidikannya.
PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
Untuk
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan diantaranya adalah: (1) Prinsip-prinsip
umum: Bimbingan
harus berpusat pada individu yang bersangkutan, antara
individu yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Pembimbing perlu
memahami masing-masing individu sehingga dalam pemberian bantuan disesuaikan
dengan kebutuhan individu yang bersangkutan, bimbingan
diarahkan kepada bantuan yang diberikan agar individu yang bersangkutan mampu
membantu dan mengarahkan dirinya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
hidupnya, bimbingan diadakan terutama terletak pada proses
yang berhubungan dengan perilaku individu, bimbingan
berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, di mana sikap dan tingkah
laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, bimbingan dimulai dengan identifikasi kebudayaan
yang dirasakan oleh individu yang dibimbing, dalam
pemberian layanan bimbingan, harus bisa fleksibel sesuai dengan kebutuhan
individu dan masyarakat, program
bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan, dan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan ini harus
senantiasa diadakan penilaian secara teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang telah dicapai dan manfaatnya bagi pembimbing dan juga bagi sekolah
sendiri, dan untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan rencana yang
dirumuskan terdahulu. (2) Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan sasaran layanan: Bimbingan
dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin,
suku, agama, dan status sosial ekonomi; bimbingan
dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis; bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya
tahap dan berbagai aspek perkembangan individu; dan bimbingan
dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya. (3) Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan permasalahan individu: Bimbingan dan konseling berurusan dengan
hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak
sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu; kesenjangan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada
individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan. (4) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program
layanan: Bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan
individu, oleh karena itu program bimbingan harus
disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik; Program bimbingan dan konseling harus
fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga; program bimbingan dan konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi, terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan
perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah. (5) Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan: Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahannya; dalam
proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau
desakan dari pembimbing atau pihak lain; permasalahan
individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi; kerjasama
antara pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan
dan konseling; pengembangan
program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat
dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Inilah
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang dapat dijadikan pedoman atau
pegangan di dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling umumnya dan khususnya di
sekolah.
TUJUAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan
dan konseling merupakan suatu bagian dari keseluruhan program di sekolah,
mempunyai tujuan tertentu sejalan dengan tujuan pendidikan di sekolah yang
bersangkutan. Secara umum bimbingan bertujuan untuk membantu individu dalam
mencapai tujuan, tujuan tersebut yaitu: (1)Kebahagiaan hidup pribadi, (2) Kebahagiaan
yang efektif, (3) Kebahagiaan kesanggupan hidup bersama dengan orang lain, (4) Keserasian
antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang dimilikinya.
Uraian
di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk
mengembangkan potensi pada diri individu sesuai dengan kemampuannya agar bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat. Hal inilah yang merupakan tujuan utama
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, terutama bagi siswa-siswi sebagai
individu yang diberi bantuan.
Dari
tujuan utama tersebut dapat diuraikan bahwa tujuan bimbingan dan konseling bagi
siswa adalah sebagai berikut: (1) Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan
pemahaman sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar serta kesempatan
belajar. (2) Membantu
proses sosialisasi dan sensitifme kepada kebutuhan orang lain. (3) Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan
motif-motif instrinsik dalam belajar, sehingga tercapai tujuan pengajaran yang
berarti dan bertujuan. (4) Memberikan
dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
keterlibatan diri dalam proses pendidikan. (5) Membantu
dan memahami tingkah laku manusia.
Keberhasilan
dari tujuan bimbingan dan konseling berarti menentukan pula keberhasilan dari
tujuan pendidikan. Sedangkan berhasil tidaknya tujuan tersebut bergantung pada
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Kerjasama
yang baik dari semua pihak seperti kepala sekolah, para guru pengajar sekaligus
guru pembimbing, orang tua juga masyarakat akan sangat menentukan. Dari uraian
di atas jelaslah yang hendak dicapai oleh program bimbingan dan konseling
adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan
kemampuan, agar dapat mengenal diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan,
baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
SIFAT-SIFAT
BIMBINGAN DAN KONSELING
Istilah
sifat bimbingan mengacu pada situasi masa pemberian bantuan yang dilihat dari
segi proses penampakan hal-hal atau kesulitan yang dihadapi murid. Dengan kata
lain, pemberian bantuan itu dapat dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada
kesulitan, dan setelah ada kesulitan yang dihadapi murid. Pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah ditinjau dari maksud memberikan bimbingan menurut Elfi
Mu’awanah dibedakan menjadi empat sifat, yaitu: (1)Bimbingan
yang bersifat preventif (pencegahan). (2) Bimbingan
yang bersifat kuratif (penyembuhan). (3) Bimbingan
yang bersifat preservatif (pemeliharaan / penjagaan). (4) Bimbingan yang bersifat developmental
(pengembangan).
Bimbingan
yang bersifat preventif adalah “usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa
atau sekelompok siswa yang belum bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar
dari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya”. Layanan bimbingan ini dimaksudkan
untuk mencegah timbulnya kesulitan pada diri siswa, membantu siswa menjaga dan
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Jadi pemberian layanan bimbingan ini
tidak sampai menunggu siswa mendapatkan masalah, akan tetapi harus dilakukan
setiap saat dan sebelum siswa menemukan masalah dalam hidupnya.
Bimbingan
yang bersifat kuratif atau korektif adalah “usaha bimbingan yang ditujukan
kepada siswa yang sudah mengalami kesulitan atau sudah bermasalah”. Meskipun
sudah diberi bimbingan sebelumnya yang bersifat preventif, tidak menutup
kemungkinan siswa tetap mengalami kesulitan atau menemukan masalah. Jadi
bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi hal tersebut, dan bimbingan ini akan
mengarahkan siswa yang bermasalah tadi untuk bisa mengatasi dan memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri. Bimbingan yang bersifat kuratif
biasanya diberikan secara individual dengan tatap muka melalui wawancara yang
biasa disebut konseling.
Bimbingan
yang bersifat preservatif adalah “usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa
yang sudah dapat memecahkan masalahnya agar supaya kondisi yang sudah baik
tetap dalam kondisi yang baik”. Jadi bimbingan ini bertujuan untuk menjaga
kondisi siswa yang sudah baik kembali setelah berhasil memecahkan masalahnya
sehingga tidak akan terulang kembali mengalami masalah.
Bimbingan
yang bersifat developmental adalah “usaha bimbingan yang diberikan kepada siswa
agar kemampuan yang mereka miliki dapat ditingkatkan”. Jadi bimbingan yang
terakhir ini dimaksudkan sebagai upaya pengembangan potensi yang dimiliki siswa
secara optimal sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Secara
keseluruhan jika semua layanan bimbingan di atas diterapkan oleh seorang
pembimbing (konselor) maka akan sangat membantu siswa dan tujuan dari bimbingan
yang sudah diuraikan di atas dapat terwujud, yakni membantu siswa mengenal
pribadinya secara utuh sehingga mampu secara wajar mengembangkan seluruh
potensi yang ada pada dirinya untuk bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
FUNGSI
BIMBINGAN DAN KONSELING
Menurut
Hallen A. ada beberapa fungsi dari bimbingan, yaitu “fungsi pemahaman, fungsi
pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dan
fungsi advokasi”. Adapun penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai
berikut:
Fungsi pemahaman yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik Fungsi
pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan
kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. Fungsi pengentasan, melalui fungsi ini
pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan terentaskannya atau
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan
dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap
dan berkelanjutan. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam
rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Menurut
Winkel yang dikutip oleh Rifa Hidayah ada beberapa fungsi pokok dari pelayanan
bimbingan di sekolah, yaitu: (1) Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa
mendapatkan yang terbaik, dan siswa dibantu untuk memilih antar alternatif yang
tersedia (decision making), misalnya memilih kegiatan ekstrakulikuler sesuai
dan memilih program studi yang sesuai. (2) Fungsi penyesuaian, yaitu membantu siswa
menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi
yang dihadapi (adjustment). (3) Fungsi pengadaptasian, yaitu mengarahkan
rangkaian kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan
siswa.
Fungsi-fungsi
tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung
di dalam masing-masing fungsi itu. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu pada satu atau lebih
fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya secara jelas
dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
JENIS-JENIS BIMBINGAN
Istilah jenis bimbingan menunjukkan pada bidang
permasalahan: terutama mengenai belajar di sekolah, atau mengenai
masalah-masalah pribadi juga sosial, atau juga mengenai jabatan/pekerjaan.
Masalah-masalah tersebut pada umumnya saling bertalian satu sama lain.
Misalnya, seorang murid yang mengalami kesulitan dalam pelajaran tertentu akan
berpengaruh pula kepada masalah-masalah lain seperti masalah pendidikan,
belajar, pribadi, sosial atau juga masalah pekerjaan.
Setiap jenis masalah membutuhkan cara pemecahan
tertentu dan membutuhkan cara dan jenis bimbingan tertentu pula. Jenis-jenis
bimbingan dapat dikelompokkan berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
individu. Bimbingan Pengajaran / Belajar (Instructional Guidance)
Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada
individu dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah
belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini meliputi: (1) Menumbuhkan motivasi belajar dengan mendapatkan
cara belajar yang efektif dan efisien, baik sendiri maupun kelompok. (2) Menentukan cara mempelajari atau menggunakan
buku-buku pelajaran. (3) Membuat
tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ulangan/ujian. (4) Pemantapan penguasaan materi program belajar di
sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian. (5) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan
belajar. (6) Menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mata
pelajaran tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan dari pada bimbingan
belajar ini adalah “membantu siswa-siswa agar mendapat penyesuaian yang baik
dalam situasi belajar” Dengan adanya bimbingan belajar ini diharapkan setiap
siswa dapat belajar sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Bimbingan Pekerjaan / Jabatan (Vocational
Guidance)
Bimbingan ini sering disebut juga sebagai
bimbingan karir (Career Guidance) merupakan salah satu jenis bimbingan
berdasarkan masalah yang dihadapi oleh individu. Bimbingan pekerjaan terutama
bertujuan “untuk membantu siswa-siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan pemilihan pekerjaan atau jabatan”. Karena itu untuk
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada dalam diri individu,
diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya.
Bimbingan Sosial (Social Guidance)
Bimbingan sosial adalah “merupakan jenis bimbingan yang bertujuan untuk membantu
individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah
sosial, sehingga individu mendapat penyesuaian yang sebaik-baiknya dalam
lingkungan sosialnya”. Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu
menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu
adanya toleransi, saling memberi dan menerima, dan sebagainya. Langsung ataupun
tidak langsung suasana hubungan sosial siswa di kelas atau di sekolah akan
dapat mempengaruhi motivasinya dalam belajar.
Kegiatan-kegiatan dalam bimbingan sosial ini
antara lain: (1) Memperoleh
kelompok belajar dan bermain yang sesuai. (2) Membantu
memperoleh persahabatan yang sesuai. (3) Membantu
mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.
Bimbingan Dalam Masalah-Masalah Pribadi (Personal
Guidance)
Bimbingan pribadi ialah “bantuan yang diberikan
kepada individu yang mengalami kesukaran-kesukaran pribadi, khususnya kesukaran
dalam proses penemuan diri sendiri”. Bimbingan ini membantu individu untuk
mengatasi masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangmampuan individu
dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, cita-cita,
pekerjaan dan lain sebagainya.
Sedangkan bagi siswa, masalah-masalah pribadi
itu berhubungan dengan keluarga, cita-cita, tujuan hidup, termasuk juga pacaran.
Bagi siswa yang sudah ber-pacaran, maka apabila suatu waktu dia
bermasalah dengan kekasih pujaan hatinya, misalnya diputus kekasihnya, maka sangat
mungkin dapat mempengaruhi motivasinya dalam belajar. Dengan demikian
masalah-masalah pribadi tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
sangat mempengaruhi motivasi siswa dalam kegiatan belajarnya.
Pada umumnya bimbingan ini dilakukan dengan teknik
konseling, yaitu dengan tatap muka melalui wawancara. Jadi, bimbingan ini
berlangsung antara pembimbing dengan seorang obyek bimbingan dengan
bersama-sama mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya sehingga
individu dapat menyelesaikan masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
PERANAN GURU SEBAGAI PEMBIMBING DAN KONSELOR
Guru
dapat diibaratkan sebagai
Pembimbing dan penyuluh perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalan itu. Dalam hal ini
istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral dan
spiritual yang lebih dalam dan komplek. Sebagai pembimbing dan penyuluh guru
memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakannnya.
Istilah
perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar
kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalan itu sendiri
merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan kecuali orang yang berjalan secara
kebetulan. Keinginan kebutuhan dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu
tujuan.
Guru
sebagai pembimbing dan penyuluh memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan perencanaan tujuan dan mengedentifikasi konpetensi yang hendak
dicapai, menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik sehubungan
dengan latar belakang dan kemampuannya, melihat keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran, memaknai kegiatan belajar dan melaksanakan penilaian.
Maka
dalam upaya mendewasakan para peserta didiknya, guru mempunyai peranan yang
besar melalui bimbingan dan konseling, yang peranannya meliputi kegiatan
pengajaran dan administratif, yaitu sebagai pengambil inisiatif, penegak
disiplin, pelaksana administarsi pendidikan dan penerjemah terhadap masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Bimo
Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Andi, 2004.
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2006.
Dewa
Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling: Madrasah Tsanawiyah (MTs), (Jakarta: Departemen Agama RI,
1995.
E.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005.
Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, Jakarta:
PT Bina Ilmu, 2004.
Hadin
Nuryadin, Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling untuk Sekolah Dasar, Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Hallen
A., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
I.
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance &
Counseling), Bandung: CV. Ilmu, 1975
Kastoer
Karto Wisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah jilid 1, Surabaya:
Erlangga, 1985.
Khairul
Umam dan A. Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV
Pustaka Setia, 1998.
Singgih
D.Gunarso, Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 1982.
Soetjipto
dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan¸ Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
TIM MGBK MTs Negeri Kab. Tulungagung, Modul
Bimbingan dan Konseling: Pribadi, Sosial, Belajar, Karir, Tulungagung:
Departemen Agama Kab. Tulungagung, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar