INOVASI PENGELOLAAN KELAS SEBAGAI
PEMACU KEDINAMISAN
PEMBELAJARAN
Ahmad
Nur Santo
Abstract: The class is part of a school where students and
teachers to realize the teaching-learning interaction. Classroom management is
the activities and homeroom teacher with students to cultivate again
mendinamisasikan class organization so that teaching and learning interactions
become more productive, effective, efficient in achieving the goals of
education and learning. Classroom management goal is pendinamisan class
organization in providing learning facilities and the creation of social
interaction which allows the learning process works well achieve educational
goals. Aspects of classroom management includes management of administrative
activities, activities operative management, leadership and homeroom teacher.
The key to success lies in innovation of classroom management procedures are
preventive and curative procedures become part of the competency of each
teacher.
Abstrak
: Kelas adalah bagian dari sekolah
yang menjadi tempat siswa dan guru mewujudkan interaksi belajar mengajar.
Pengelolaan kelas adalah segala aktifitas guru dan wali kelas bersama siswa
untuk menumbuh kembangkan lagi mendinamisasikan organisasi kelas supaya
interaksi belajar mengajar menjadi makin produktif, efektif, efisien dalam
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas adalah
pendinamisan organisasi kelas dalam penyediaan fasilitas proses belajar dan
penciptaan interaksi sosial yang memungkinkan proses belajar mengajar berhasil
dengan baik mencapai tujuan pendidikan. Aspek-aspek pengelolaan kelas tersebut
meliputi kegiatan administratif manajemen, kegiatan operatif manajemen,
kepemimpinan guru dan wali kelas. Kunci keberhasilan inovasi pengelolaan kelas
terletak pada prosedur preventif dan prosedur kuratif yang menjadi bagian dari
kompetensi setiap pengajar.
Kata
Kunci : kelas, pengelolaan kelas,
aspek pengelolaan kelas, inovasi pengelolaan kelas
Berbagai
keunikan dapat dijumpai dalam ruang pembelajaran, seperti dari aspek fisik
kelas, aspek psikis pelajar, aspek sosiologis pelajar, dan lain-lain. Seluruh
aspek itu perlu disikapi secara positif oleh pengajar dan dikelola secara
inovatif dari waktu ke waktu untuk mewujudkan kondisi dinamis yang berlangsung
dalam kelas yang mendorong terciptanya kerja sama sekaligus persaingan yang
sportif di antara para pelajar untuk meraih prestasi belajar secara optimal.
Hubungan sosial di kelas seperti itu dapat menjadi motivator belajar mereka
yang kondusif lagi efektif untuk semakin self activity dan self control dalam
meniti taraf perkembangan yang makin tampak dewasa.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga (rumah
tangga). Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah membantu
mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki siswa, supaya mampu menjalani
tugas-tugas kehidupan, baik secara individual maupun sosial. Dalam pandangan
Nawawi (1989:26) , “… bantuan sekolah
dalam pendidikan tidak mungkin mengurangi arti dan peranan keluarga dalam
mendewasakan anak-anak”.
Menurut Nawawi (1989:115), “sekolah sebagai organisasi kerja terdiri atas
beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan
perjenjangan”. Setiap kelas mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Guru atau
wali kelas adalah orang yang ditunjuk untuk mengelola dan memajukan kelas yang
dipimpinnya yang berpengaruh pada perkembangan kemajuan sekolah secara
keseluruhan. Lebih lanjut oleh Nawawi (1989: 117)ditegaskan, bahwa “sekolah dan
kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik siswa,
yang tidak harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam
seluruh aspek kepribadiannya”.
Sehari-hari, guru merupakan orang yang paling dekat dengan siswa dalam
upaya pendidikan. Guru harus dapat mengantarkan siswa mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Bersamaan dengan itu, guru harus dapat mempengaruhi dan
memiliki sifat kasih sayang terhadap seluruh siswa dan memberi teladan yang
baik bagi mereka. Ketika berada di kelas, tugas utama guru dan wali kelas
adalah mengelola kelas, menciptakan suasana di kelas yang memungkinkan terjadi
interaksi belajar mengajar, sekaligus berusaha semaksimal mungkin memperbaiki
dan meningkatkan belajar siswa. Secara akademis, ini semua amat menarik
perhatian penulis untuk mengkajinya dengan lebih mendalam agar hasilnya menjadi
masukan bagi para pengajar dalam menyemangati kinerjanya bersama para pelajar
untuk lebih mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran sehingga tujuan-tujuan
yang dicanangkan dalam satuan pelajaran dapat dicapai secara tepat, efektif dan
efisien.
PENGERTIAN
KELAS
Sekolah biasa mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu ruangan belajar
yang berbeda-beda dengan harapan agar proses instruksional yang terjadi dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
ditetapkan, serta mengarah pada pencapaian cita-cita.
Pengelompokkan siswa tersebut biasa diilhami oleh keragaman latar
belakang siswa, baik ditinjau dari sudut intelektual, umur, maupun prestasi
belajar. Ruang belajar bagi kelompok siswa itu lazimnya dinamakan “kelas”.
Arikunto menjelaskan pengertian kelas sebagai “sekelompok siswa yang pada
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”. Berarti
apabila terdapat sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari guru yang berbeda, jelas itu tidak dapat dinamai kelas. Nawawi
menguraiakan pengertian kelas sebagai “suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai suatu kesatuan diorganisir menjadi
unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar
mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan”.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kelas bisa bukan hanya kelas yang
merupakan ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama
untuk mempelajari segala yang disajikan oleh pengajar; tetapi lebih dari itu
kelas merupakan satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam
proses belajar mengajar dengan beragam keunikan yang dimiliki. Ragam keunikan
yang dapat dijumpai dalam kelas meliputi berbagai macam aspek seperti aspek
fisik, psikis, sosiologis, dan lain-lain. Seluruh aspek tersebut perlu
ditanggapi secara positif sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situasi
dinamis yang dapat berlangsung dalam kelas, sehingga segenap siswa diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang secara efektif lagi terarah sesuai dengan
tugas-tugas perkembangan mereka. Situasi semacam ini bagi mereka akan mendorong
terciptanya kerja sama sekaligus persaingan yang sportif dalam meraih prestasi
belajar. Hubungan manusiawi yang efektif dapat menjadi motivator belajar
mereka, dan merupakan faktor pendukung bagi penciptaan lingkungan yang kondusif
bagi pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk itu, tepat apabila Nawawi
menegaskan bahwa “ Kelas yang memiliki hubungan manusiawi efektif antar sesama
murid dan antara murid-murid dengan gurunya, akan mampu menciptakan perasaan
bersatu dan perasaan kebersamaan. Setiap anak merasa bersatu dengan
teman-temannya sekelas, sehingga berkembang sikap solidaritas yang tinggi
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dalam kebersamaan ini siswa
memiliki loyalitas kelompok yang tinggi sebagai kelompok yang berbeda dari
kelompok yang lain. Dengan demikian berkembanglah sikap tanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan kelas berupa kegiatan belajar bersama, bekerja dan
bermain bersama.
Kelas yang merupakan suatu unit kecil siswa memiliki situasi sosial yang
berbeda-beda antar kelas yang satu dengan kelas yang lain. Karena itu, supaya
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal, maka ada sekolah yang dengan
sengaja mengklasifikasikan siswa atas dasar kemampuan tertentu yang dimiliki
siswa ke dalam suatu kelas yang lazim dinamakan sebagai kelas favorit atau
kelas unggulan, sekalipun langkah ini seharusnya secara filosofis dapat
dipandang sebagai langkah yang mengandung kenegatifan bagi pergaulan antar
siswa, yakni ada siswa yang merasa berada pada kelas superior sekaligus ada
siswa yang merasa berada pada kelas inferior, sehingga pemisahan siswa ini
dapat dinilai mengabaikan prinsip persamaan di antara seluruh manusia.
PENGELOLAAN
KELAS
Kelas sebagai lingkungan belajar siswa merupakan aspek dari lingkungan
yang harus diorganisasikan dan dikelola secara sistematis. Lingkungan ini harus
diawasi, agar kegiatan belajar mengajar dapat terarah dan menuju pada sasaran yang
dikehendaki. Pengawasan terhadap lingkungan belajar mengajar itu juga
dimaksudkan untuk mendorongnya menjadi lingkungan yang baik. Karakteristik
lingkungan yang baik itu, di antaranya adalah kelas meiliki sifat merangsang
dan menantang siswa untuk selalu belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan
dalam mencapai tujuan belajar.
Dengan demikian, berarti bahwa kelas itu mempunyai peran dan fungsi
tertentu yang nyata-nyata dapat menopang keberhasilan proses belajar mengajar.
Sehingga, agar dapat memberikan rangsangan terhadap siswa dalam situasi dan
kondisi belajar, maka kelas perlu dikelola dengan sebaik mungkin. Hubungan baik
antara guru dengan siswa, siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat
dipandang sebagai indikasi keberhasilan pengelolaan kelas. Dari sini, terasa
tepat bila dikatakan, bahwa pengelolaan kelas secara dinamis merupakan syarat
penentu perwujudan proses belajar yang efektif. Pengelolaan kelas yang
asal-asalan jelas tidak akan mampu menghasilkan proses belajar mengajar yang
efektif, melainkan secara nyata dapat menampakkan proses belajar mengajar yang amburadul.
Arikunto memberikan pengertian pengelolaan kelas sebagai “suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar mencapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan”.
Sementara itu, Djamaroh melalui redaksi sederhana menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah “upaya mendayagunakan potensi kelas”.
Di samping itu, pengelolaan kelas dalam pandangan Sudirman, adalah “proses
seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
Guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara organisasi kelas sehingga
individu siswa dapat memanfaatkan kemampuan, bakatnya dan energinya pada tugas-tugas
individual”.Dan pengelolaan kelas dalam pandangan Nawawi, adalah : Kemampuan
guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas
yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.
Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas yang disampaikan beberapa pakar
pendidikan di atas, maka sasaran pengelolaan kelas itu dapat dibedakan menjadi
dua macam.
Pengelolaan
Fisik
Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini berkaitan dengan ketatalaksanaan
atau pengaturan kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi oleh dinding tempat
siswa berkumpul bersama mempelajari segala yang disampaikan oleh pengajar
dengan harapan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini meliputi pengadaan dan
pengaturan ventilasi, tempat duduk siswa, alat-alat peraga pembelajaran, dan
lain-lain.
Pengelolaan
Siswa
Pengelolaan siswa ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam rangka
membangkitkan dan mempertahankan kondisi motivasi siswa untuk secara sadar
berperan aktif dan terlibat dalam proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Manifestasinya dapat berbentuk kegiatan, tingkah laku, suasana yang
diatur atau diciptakan guru dengan menstimulasi siswa agar ikut serta berperan
aktif dalam proses pendidikan dan pembelajaran secara penuh.
TUJUAN
PENGELOLAAN KELAS
Sebagai pengelola kelas, guru atau wali kelas dituntut mengelola kelas
sebagai lingkungan belajar siswa juga sebagai bagian dari lingkungan sekolah
yang perlu diorganisasikan. Karena, tugas guru yang utama adalah menciptakan
suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar dengan baik dan
sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, guru dan wali kelas dituntut memiliki
kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.
Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi
kelompok belajar yang proporsional terdiri dari lingkungan kelas yang baik yang
memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta tersedia
kesempatan yang memungkinkan untuk sedikit demi sedikit mengurangi
ketergantungannya pada guru, sehingga siswa mampu merealisasikan kegiatannya
sendiri. Ini berarti, siswa diharapkan melakukan self activity dan self control
secara bertahap tetapi pasti menuju taraf yang lebih dewasa.
Disamping itu guru atau wali kelas dituntut mampu memimpin kegiatan
belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai pengelola lingkungan belajar siswa, guru harus mampu mengaplikasikan dan
mengaktualisasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang terkait dengan proses belajar
mengajar, sehingga kemungkinan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
variatif lagi strategis dapat menjadi kenyataan.
Secara umum, yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan
Sudirman, adalah “penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas
yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap apresiasi para siswa”.
Secara khusus, yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan
Usman, adalah “mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan”.
ASPEK-ASPEK
PENGELOLAAN KELAS
Kelas merupakan unit kerja yang ada dalam suatu sekolah yang perlu mendapatkan
pengelolaan dan pengaturan yang baik, agar dinamika kerja kelas berjalan dengan
baik. Lebih lanjut aspek-aspek pengelolaan kelas itu dapat dibedakan menjadi
dua macam seperti di bawah ini.
Kegiatan
Administratif Manajemen
Kegiatan administrasi pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen .
Administrasi dalam pandangan Shulhan, adalah “seluruh kegiatan dalam setiap
usaha kerja sama kelompok orang untuk mencapai tujuan bersama”. Berkaitan
dengan ini, Nawawi berpandangan bahwa “…
sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang di dalamnya bekerja
sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan”.
Dengan demikian, dalam satu kelas harus ada upaya untuk menciptakan
kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan
melalui kreatifitas dan inisiatif siswa dalam sebuah kelompok. Oleh sebab itu,
dalam mengelola suatu kelas, guru atau wali kelas tentu menjalani langkah- langkah
manajemen administratif yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, dan pengontrolan.
Perencanaan
Yang dimaksud dengan perencanaan dalam pandangan Vembriarto, adalah
“pengetrapan secara sistematik daripada pengetahuan yang tepat guna untuk
mengontrol dan mengarahkan arah kecenderungan perubahan menuju kepada tujuan
yang ditetapkan”. Program umum harus diterjemahkan menjadi program-program yang
kongkrit dengan mengaitkannya menurut alokasi waktu yang tersedia.
Penjabaran program kerja ini bisa dibedakan menjadi program tahunan,
program catur wulan, program bulanan, program mingguan, dan program harian.
Program kerja yang disusun secara rapi akan memberikan gambaran kerja yang
lengkap mengenai aktifitas kelas.
Selain program kerja yang berkaitan dengan kegiatan intrakurikuler, maka
juga harus disusun rencana kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan penunjang
kokurikuler maupun ekstrakurikuler dengan selalu memperhatikan alokasi waktu
dan hal-hal lain yang diperlukan. Untuk mencapai program kerja kelas ini
diperlukan kerja sama yang baik lagi harmonis antara semua pihak yang menjadi anggota
kelas.
Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam pandangan Indrakusuma, adalah “pembentukan
bagian-bagian/badan-badan yang merupakan wadah-wadah tempat melaksanakan
kegiatan atau fungsi tertentu dalam suatu administrasi (usaha kerja sama),
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Dalam program kelas
sebagai rencana kerja
harus bersifat realistis dengan tujuan yang realistis. Nawawi berpendapat
bahwa “aspek terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha menempatkan
personal pada tempat yang tepat, dengan memperhatikan kemampuannya, tingkat
pendidikannya, pengalaman-pengalaman yang dimilikinya dan lain-lain”.Dengan
demikian, guru dan wali kelas harus membagi beban kerja kepada seluruh
personal yang ikut dalam pengelolaan kelas agar aktifitas kelas dapat berjalan
dengan tertib sesuai dengan tujuan dan rencana.
Pengarahan
Setelah perencanaan dan pengorganisasian, kemudian realisasi kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan kelas harus diusahakan tidak menyimpang dari rencana
kegiatan yang telah disusun. Untuk itu, guru dan wali kelas harus memberi
instruksi, petunjuk, dan bimbingan sebagai pengarahan agar kegiatan yang
dilaksanakan tidak menyimpang dari perencanaan.
Pengarahan ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan kepala sekolah
selaku pucuk pimpinan dan penanggung jawab, juga kerja sama dengan pihak-pihak
yang terkait, demi mewujudkan proses belajar mengajar di kelas yang efektif
lagi efisien. Yang jelas, pengarahan di kelas oleh guru dan wali kelas adalah sangat
penting untuk mendorong kemajuan belajar siswa yang menjadi tanggung jawabnya
supaya prestasi belajar siswa dapat makin baik.
Pengkoordinasian
Nawawi berpendapat, bahwa “koordinasi pada dasarnya berarti kegiatan
membawa personal, material, semua fasilitas, teknik-teknik dan tujuan dalam
rangka mencapai tujuan yang ditentukan”. Koordinasi kelas bisa diwujudkan
dengan menciptakan kerja sama yang didasari saling pengertian akan tugas dan
peranan masing-masing, sehingga mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis
dan pekerjaan menjadi produktif. Dan pada dasarnya kegiatan koordinasi ini
dilakukan oleh guru dan wali kelas untuk kepentingan bersama. Ini berarti bahwa
perintah-perintah datang dari guru dan wali kelas serta harus dipertanggung
jawabkan kepadanya dan lebih lanjut harus dipertanggung jawabkan kepada kepala sekolah.
Pengkomunikasian
Komunikasi harus selalu terjalin antara guru dan wali kelas dengan siswa
di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang dinamis. Komunikasi antar
personal di kelas dapat berlangsung secara formal dalam acara rapat,
musyawarah, diskusi; dan dapat berlangsung secara informal melalui kontak antar
pribadi dalam setiap
kesempatan di
dalam dan di luar sekolah. Realisasi kegiatan komunikasi ini tidak boleh
terbatas dalam arti usaha mendapatkan informasi dari kepala sekolah, tidak
terbatas dilakukan oleh guru dan wali kelas, melainkan juga oleh seluruh guru
dan seluruh siswa yang membutuhkan informasi. Oleh karena itu, program kelas
akan
berjalan
dengan baik apabila komunikasi selalu dibina atas dasar hubungan manusiawi
secara harmonis.
Pengontrolan
Selama dan sesudah kegiatan kelas berdasarkan program yang disusun diberlangsungkan,
diperlukan kegiatan kontrol oleh guru dan wali kelas. Soetopo berpendapat bahwa
“pengontrolan merupakan aktifitas yang mengusahakan agar pekerjaan dapat
terlaksana sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditentukan”.Kegiatan kontrol
memungkinkan untuk mengetahui kebaikan dan kekurangan dalam melaksanakan
program kelas. Setiap kebaikan harus ditingkatkan secara maksimal, dan setiap
kekurangan harus diusahakan perbaikan dengan mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan yang lebih baik dan bertanggung jawab. Pengontrolan kelas dapat
dilakukan terhadap realisasi jadwal pelajaran, kedisiplinan siswa, partisipaasi
siswa terhadap kegiatan, realisasi tugas siswa, dan sebagainya. Dengan
pengontrolan yang tepat, maka kelas dapat
menjadi makin
kondusif.
Kegiatan
Operatif Manajemen
Agar seluruh program kelas dapat direalisasikan secara efektif mencapai
tujuan, maka kegiatan administratif manajemen di atas harus ditunjang oleh
kegiatan operatif manajemen seperti di bawah ini.
Tata
Usaha Kelas
Tata usaha, secara sederhana, bisa dimaknai dengan usaha menghimpun,
mencatat, mengadakan, menggandakan, mengirim, dan menyimpan berbagai keterangan
tertulis di lingkungan suatu organisasi atau unit kerja. Maka, fungsi tata
usaha adalah melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi di kelas
yang bisa digunakan guru dan wali kelas untuk mengambil suatu kebijakan pendinamisan
kelas. Berbagai kegiatan tata usaha kelas yang merupakan tanggung jawab guru
dan wali kelas dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan kelas, semua bermuara
pada kepentingan siswa guna meningkatkan kedewasaan.
Perbekalan
Kelas
Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam atau di luar kelas, lazim
memerlukan jenis alat tertentu yang harus dikelola dengan baik, agar dapat
digunakan pada suatu saat diperlukan. Segala kegiatan yang berkaitan dengan
perbekalan kelas menjadi tanggung jawab guru dan wali kelas. Perbekalan kelas
merupakan alat bantu yang memungkinkan program kelas dapat direalisasikan
secara efektif. Perbekalan kelas itu menurut Nawawi dapat dibedakan menjadi dua
macam : (1). Alat-alat kependidikan yang berhubungan langsung dengan proses
belajar mengajar seperti : papan tulis, kapur tulis, kertas untuk ulangan,
berbagai alat peraga, buku sumber, alat olah raga, alat kesenian, dan
lain-lain. (2). Alat-alat non-kependidikan yang tidak langsung berhubungan
dengan proses belajar mengajar seperti : meja, kursi, almari, papan absen, buku
raport, absensi, buku agenda, dan lain-lain.
Yang harus diperhatikan mengenai perbekalan kelas ini adalah pengadaan
dan pengaturan, sehingga kerapian dan keindahan kelas dapat senantiasa dipertahankan.
Keuangan
Kelas
Pengadaan dan pemeliharaan perbekalan kelas mengharuskan ada dukungan
dana. Dana ini diperlukan sekali ketika pembelian perbekalan kelas, sekaligus perawatannya
agar segala bentuk perbekalan itu bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang
relatif panjang dan tidak segera rusak atau hilang. Pembelian perbekalan kelas
yang berulang kali dengan bentuk/jenis yang sama merupakan fenomena yang
memperlihatkan bahwa disiplin pemeliharaan dan perawatannya rendah. Yang
terakhir ini tidak boleh terjadi, karena secara nyata menjadi indikasi
pemborosan. Dana yang berasal dari siswa untuk kegiatan kelas, pengelolannya dilakukan
oleh siswa sendiri di bawah pengawasan guru dan wali kelas. Sedangkan dana yang
bersumber dari sekolah untuk kepentingan kelas diatur oleh guru dan wali kelas
di bawah bimbingan kepala sekolah. Pengelolaan dana ini tidak dapat dianggap
sebagai perkara yang ringan. Dan supaya tercipta disiplin keuangan, maka setiap
pemasukan dan pengeluaran keuangan kelas harus dibukukan dalam buku harian dan
buku kas dengan bukti-bukti transaksi yang lengkap lagi memenuhi persyaratan
administratif. Untuk itu dibutuhkan bendahara dan pemegang pembukuan sebagai personal
yang jujur, teliti, dan ulet, bijaksana, sabar, dan berpengetahuan luas
mengenai pembukuan keuangan.
Personal
Kelas
Kegiatan personal di suatu kelas yang menjadi bagian dari sekolahan memang
tampak sederhana dan bersifat terbatas. Guru dan wali kelas dituntut untuk
mengetahui siapa saja siswa yang bertugas di kelas untuk mewujudkan kelancaran
proses belajar mengajar, termasuk juga merencanakan jumlahnya. Di lingkungan
kelas, para siswa sebagai personal kelas harus dikelola dengan baik. Kegiatan
ini berkenaan dengan penempatan siswa dalam kelompok belajar, olah raga, kesenian
dan lain-lain dengan mempertimbangkan faktor integensi, bakat, minat, dan
lain-lain.
Kehumasan
Kehumasan di lingkungan kelas juga tampak sederhana. Kehumasan ini harus
dikenalkan kepada siswa, agar secara intern terjadi pemberian informasi dan penjelasan
kepada guru, wali kelas, dan siswa terutama berkaitan dengan program yang akan
direalisir. Kehumasan, secara ekstern, dapat dilakukan terhadap wali murid melalui
pemberian informasi program kelas agar mendapatkan dukungan penuh, terutama
bila curahan pikiran, tenaga, waktu dan keuangan dari wali murid benar-benar
dibutuhkan.
Kepemimpinan
Guru Dan Wali Kelas
Dinamika kelas, secara langsung, dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan guru
dan wali kelas. Kedudukan sebagai pemimpin kelas secara formal, guru dan wali
kelas merupakan orang yang ditunjuk untuk mengatur dan mengelola kelas dengan
sebaik mungkin. Nawawi berpendapat, bahwa “kepemimpinan diartikan sebagai
proses pengarahan, membimbing, mempengaruhi dan atau mengawasi pikiran, perasaan
atau tindakan dan tingkah laku orang lain”. Dengan ini berarti, guru dan wali
kelas dituntut untuk mampu menggerakkan, memotivasi, menyatukan pikiran para
siswa menuju pencapaian program kelas.
Guru dan wali kelas tidak diharapkan menjalani tipe kepemimpinan otoriter
dan laissez faire, akan tetapi diharapkan menjalani tipe kepemimpinan
demokratis yang dilandasi oleh semangat kebersamaan. Kepemimpinan demokratis menempatkan
para siswa yang segala inisiatif dan kreatifitasnya perlu diberi kesempatan
untuk diwujudkan dan dikembangkan sepanjang berdaya guna bagi dinamika kelas
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Dalam pandangan Nawawi, “kepemimpinan demokratis adalahkepemimpinan yang
aktif, dinamis dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk
kepentingan kemajuan dan perkembangan kelas (organisasi)”. Dengan ini, dapat
dimaklumi bila guru dan wali kelas yang menerapkan kepemimpinan demokratis
secara umum dapat dikatakan lebih berhasil dalam memacu dinamika kelas. Kepemimpinan
demokratis dapat menumbuh-kembangkan perasaan kebersamaan siswa untuk
bertanggung jawab mengemban tugas-tugas yang menjadi program kelas.
KUNCI
KEBERHASILAN PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas merupakan tanggung jawab guru dan wali kelas bersama
segenap siswa. Kerja sama yang baik antar tiga elemen ini dapat menghasilkan
pengelolaan kelas yang baik lagi kondusif bagi proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan instruksional. Berkaitan dengan ini,
Arikunto berpendapat bahwa “pengelolaan kelas yang baik adalah pengelolaan yang
didasarkan atas pengertian yang penuh terhadap siswa mengenai yang diharapkan daripadanya,
apa yang ada padanya sebagai pemilikan jiwa yang dapat dimanfaat kembangkan
oleh dukungan dan partisipasi dari mereka”.
Guru dan wali kelas pengemban amanat kepala sekolah untuk menjadi
pengelola kelas, perlu memperhatikan kunci keberhasilan pengelolaan kelas di
bawah ini, supaya dapat menghadapi dan mengatasi ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan ketika merealisasikan tugas-tugas yang relevan dengan maksud
perealisasian amanat tersebut.
Prosedur
Preventif
Prosedur preventif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk menciptakan
kondisi yang baru dari interaksi biasa menjadi interaksi edukatif, dengan
senantiasa membangkitkan motivasi belajar siswa. Yang bisa dilakukan dalam
penerapan prosedur preventif ini menurut keuntungannya adalah : (1)Peningkatan
kesadaran guru sebagai pendidik, bahwa apapun corak proses pendidikan yang
terjadi pada diri siswa adalah menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya. (2) Peningkatan
kesadaran siswa, dalam hal ini siswa menyadari hak dan kewajibannya sebagai
siswa. (3) Penampilan sikap guru terhadap siswa harus dilandasi sikap tulus dan
hangat secara wajar dalam mendukung kegiatan pendidikan. (4) Pengenalan terhadap
tingkah laku. (5) Penemuan alternatif pengelolaan kelas. (6) Pembuatan kontrak
sosial.
Prosedur
Kuratif
Prosedur kuratif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk mengatasi
bentuk perbuatan siswa yang dipandang bisa berpengaruh negatif terhadap proses
belajar mengajar dengan jalan memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbingnya
agar memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar.
Yang bisa dilakukan dalam penerapan prosedur kuratif ini adalah : (1)Identifikasi
kasus : memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang
mengganggu proses pendidikan di kelas. (2) Analisis masalah : mengetahui latar
belakang serta sebab-sebab timbulnya tingkah laku yang menyimpang. (3) Penetapan
alternatif pemecahan masalah : berusaha mengatasi masalah sesuai dengan situasi
yang dihadapi dengan menggunakan pendekatan yang tepat. (4) Monitoring :
memantau pemecahan masalah yang telah diterapkan.
Kedua kunci
keberhasilan pengelolaan kelas itu memperlihatkan bahwa kompetensi guru dan
wali kelas selaku pemegang kunci adalah menjadi penentu utama keberhasilan
inovaasi pengelolaan kelas sebagai pemacu kedinamisan pembelajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 2003. Manajemen Pengajaran
Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamaroh
, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2007. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Indrakusuma
, Amier Daien, 1990. Administrasi
Sekolah I, Paket 2 Organisasi Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
Nawawi,
Hadari . 2007. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rohmad,
Ali. 2004. Kapita Selekta pendidikan . Tulungagung: STAIN Tulungagung.
Shulhan,
Muwahid. 2000. Administrasi Pendidikan, Tulungagung: STAIN Tulungagung.
Soetopo,
Hendyat dan Wasti Soemanto. 1992. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sudirman
N, et.all. 2001. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suharsimi
Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, CV.
Rajawali, Jakarta, 1986
Usman
, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar