ahmadnursanto

Sabtu, 08 Juni 2013

INOVASI PENGELOLAAN KELAS SEBAGAI PEMACU KEDINAMISAN PEMBELAJARAN


INOVASI PENGELOLAAN KELAS SEBAGAI
PEMACU KEDINAMISAN PEMBELAJARAN

Ahmad Nur Santo

Abstract: The class is part of a school where students and teachers to realize the teaching-learning interaction. Classroom management is the activities and homeroom teacher with students to cultivate again mendinamisasikan class organization so that teaching and learning interactions become more productive, effective, efficient in achieving the goals of education and learning. Classroom management goal is pendinamisan class organization in providing learning facilities and the creation of social interaction which allows the learning process works well achieve educational goals. Aspects of classroom management includes management of administrative activities, activities operative management, leadership and homeroom teacher. The key to success lies in innovation of classroom management procedures are preventive and curative procedures become part of the competency of each teacher.

Abstrak : Kelas adalah bagian dari sekolah yang menjadi tempat siswa dan guru mewujudkan interaksi belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah segala aktifitas guru dan wali kelas bersama siswa untuk menumbuh kembangkan lagi mendinamisasikan organisasi kelas supaya interaksi belajar mengajar menjadi makin produktif, efektif, efisien dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas adalah pendinamisan organisasi kelas dalam penyediaan fasilitas proses belajar dan penciptaan interaksi sosial yang memungkinkan proses belajar mengajar berhasil dengan baik mencapai tujuan pendidikan. Aspek-aspek pengelolaan kelas tersebut meliputi kegiatan administratif manajemen, kegiatan operatif manajemen, kepemimpinan guru dan wali kelas. Kunci keberhasilan inovasi pengelolaan kelas terletak pada prosedur preventif dan prosedur kuratif yang menjadi bagian dari kompetensi setiap pengajar.

Kata Kunci : kelas, pengelolaan kelas, aspek pengelolaan kelas, inovasi pengelolaan kelas

Berbagai keunikan dapat dijumpai dalam ruang pembelajaran, seperti dari aspek fisik kelas, aspek psikis pelajar, aspek sosiologis pelajar, dan lain-lain. Seluruh aspek itu perlu disikapi secara positif oleh pengajar dan dikelola secara inovatif dari waktu ke waktu untuk mewujudkan kondisi dinamis yang berlangsung dalam kelas yang mendorong terciptanya kerja sama sekaligus persaingan yang sportif di antara para pelajar untuk meraih prestasi belajar secara optimal. Hubungan sosial di kelas seperti itu dapat menjadi motivator belajar mereka yang kondusif lagi efektif untuk semakin self activity dan self control dalam meniti taraf perkembangan yang makin tampak dewasa.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga (rumah tangga). Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah membantu mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki siswa, supaya mampu menjalani tugas-tugas kehidupan, baik secara individual maupun sosial. Dalam pandangan Nawawi (1989:26) , “…  bantuan sekolah dalam pendidikan tidak mungkin mengurangi arti dan peranan keluarga dalam mendewasakan anak-anak”.
Menurut Nawawi (1989:115), “sekolah sebagai organisasi kerja terdiri atas beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan perjenjangan”. Setiap kelas mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Guru atau wali kelas adalah orang yang ditunjuk untuk mengelola dan memajukan kelas yang dipimpinnya yang berpengaruh pada perkembangan kemajuan sekolah secara keseluruhan. Lebih lanjut oleh Nawawi (1989: 117)ditegaskan, bahwa “sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik siswa, yang tidak harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya”.
Sehari-hari, guru merupakan orang yang paling dekat dengan siswa dalam upaya pendidikan. Guru harus dapat mengantarkan siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya. Bersamaan dengan itu, guru harus dapat mempengaruhi dan memiliki sifat kasih sayang terhadap seluruh siswa dan memberi teladan yang baik bagi mereka. Ketika berada di kelas, tugas utama guru dan wali kelas adalah mengelola kelas, menciptakan suasana di kelas yang memungkinkan terjadi interaksi belajar mengajar, sekaligus berusaha semaksimal mungkin memperbaiki dan meningkatkan belajar siswa. Secara akademis, ini semua amat menarik perhatian penulis untuk mengkajinya dengan lebih mendalam agar hasilnya menjadi masukan bagi para pengajar dalam menyemangati kinerjanya bersama para pelajar untuk lebih mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran sehingga tujuan-tujuan yang dicanangkan dalam satuan pelajaran dapat dicapai secara tepat, efektif dan efisien.




PENGERTIAN KELAS
Sekolah biasa mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu ruangan belajar yang berbeda-beda dengan harapan agar proses instruksional yang terjadi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, serta mengarah pada pencapaian cita-cita.
Pengelompokkan siswa tersebut biasa diilhami oleh keragaman latar belakang siswa, baik ditinjau dari sudut intelektual, umur, maupun prestasi belajar. Ruang belajar bagi kelompok siswa itu lazimnya dinamakan “kelas”.
Arikunto menjelaskan pengertian kelas sebagai “sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”. Berarti apabila terdapat sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang berbeda, jelas itu tidak dapat dinamai kelas. Nawawi menguraiakan pengertian kelas sebagai “suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai suatu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan”.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kelas bisa bukan hanya kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama untuk mempelajari segala yang disajikan oleh pengajar; tetapi lebih dari itu kelas merupakan satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses belajar mengajar dengan beragam keunikan yang dimiliki. Ragam keunikan yang dapat dijumpai dalam kelas meliputi berbagai macam aspek seperti aspek fisik, psikis, sosiologis, dan lain-lain. Seluruh aspek tersebut perlu ditanggapi secara positif sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang dapat berlangsung dalam kelas, sehingga segenap siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara efektif lagi terarah sesuai dengan tugas-tugas perkembangan mereka. Situasi semacam ini bagi mereka akan mendorong terciptanya kerja sama sekaligus persaingan yang sportif dalam meraih prestasi belajar. Hubungan manusiawi yang efektif dapat menjadi motivator belajar mereka, dan merupakan faktor pendukung bagi penciptaan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk itu, tepat apabila Nawawi menegaskan bahwa “ Kelas yang memiliki hubungan manusiawi efektif antar sesama murid dan antara murid-murid dengan gurunya, akan mampu menciptakan perasaan bersatu dan perasaan kebersamaan. Setiap anak merasa bersatu dengan teman-temannya sekelas, sehingga berkembang sikap solidaritas yang tinggi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dalam kebersamaan ini siswa memiliki loyalitas kelompok yang tinggi sebagai kelompok yang berbeda dari kelompok yang lain. Dengan demikian berkembanglah sikap tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan kelas berupa kegiatan belajar bersama, bekerja dan bermain bersama.
Kelas yang merupakan suatu unit kecil siswa memiliki situasi sosial yang berbeda-beda antar kelas yang satu dengan kelas yang lain. Karena itu, supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal, maka ada sekolah yang dengan sengaja mengklasifikasikan siswa atas dasar kemampuan tertentu yang dimiliki siswa ke dalam suatu kelas yang lazim dinamakan sebagai kelas favorit atau kelas unggulan, sekalipun langkah ini seharusnya secara filosofis dapat dipandang sebagai langkah yang mengandung kenegatifan bagi pergaulan antar siswa, yakni ada siswa yang merasa berada pada kelas superior sekaligus ada siswa yang merasa berada pada kelas inferior, sehingga pemisahan siswa ini dapat dinilai mengabaikan prinsip persamaan di antara seluruh manusia.

PENGELOLAAN KELAS
Kelas sebagai lingkungan belajar siswa merupakan aspek dari lingkungan yang harus diorganisasikan dan dikelola secara sistematis. Lingkungan ini harus diawasi, agar kegiatan belajar mengajar dapat terarah dan menuju pada sasaran yang dikehendaki. Pengawasan terhadap lingkungan belajar mengajar itu juga dimaksudkan untuk mendorongnya menjadi lingkungan yang baik. Karakteristik lingkungan yang baik itu, di antaranya adalah kelas meiliki sifat merangsang dan menantang siswa untuk selalu belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan belajar.
Dengan demikian, berarti bahwa kelas itu mempunyai peran dan fungsi tertentu yang nyata-nyata dapat menopang keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga, agar dapat memberikan rangsangan terhadap siswa dalam situasi dan kondisi belajar, maka kelas perlu dikelola dengan sebaik mungkin. Hubungan baik antara guru dengan siswa, siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat dipandang sebagai indikasi keberhasilan pengelolaan kelas. Dari sini, terasa tepat bila dikatakan, bahwa pengelolaan kelas secara dinamis merupakan syarat penentu perwujudan proses belajar yang efektif. Pengelolaan kelas yang asal-asalan jelas tidak akan mampu menghasilkan proses belajar mengajar yang efektif, melainkan secara nyata dapat menampakkan proses belajar mengajar yang amburadul.
Arikunto memberikan pengertian pengelolaan kelas sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar mencapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan”.
Sementara itu, Djamaroh melalui redaksi sederhana menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah “upaya mendayagunakan potensi kelas”. Di samping itu, pengelolaan kelas dalam pandangan Sudirman, adalah “proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara organisasi kelas sehingga individu siswa dapat memanfaatkan kemampuan, bakatnya dan energinya pada tugas-tugas individual”.Dan pengelolaan kelas dalam pandangan Nawawi, adalah : Kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.
Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas yang disampaikan beberapa pakar pendidikan di atas, maka sasaran pengelolaan kelas itu dapat dibedakan menjadi dua macam.

Pengelolaan Fisik
Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini berkaitan dengan ketatalaksanaan atau pengaturan kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi oleh dinding tempat siswa berkumpul bersama mempelajari segala yang disampaikan oleh pengajar dengan harapan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini meliputi pengadaan dan pengaturan ventilasi, tempat duduk siswa, alat-alat peraga pembelajaran, dan lain-lain.

Pengelolaan Siswa
Pengelolaan siswa ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam rangka membangkitkan dan mempertahankan kondisi motivasi siswa untuk secara sadar berperan aktif dan terlibat dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Manifestasinya dapat berbentuk kegiatan, tingkah laku, suasana yang diatur atau diciptakan guru dengan menstimulasi siswa agar ikut serta berperan aktif dalam proses pendidikan dan pembelajaran secara penuh.

TUJUAN PENGELOLAAN KELAS
Sebagai pengelola kelas, guru atau wali kelas dituntut mengelola kelas sebagai lingkungan belajar siswa juga sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena, tugas guru yang utama adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, guru dan wali kelas dituntut memiliki kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.
Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi kelompok belajar yang proporsional terdiri dari lingkungan kelas yang baik yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta tersedia kesempatan yang memungkinkan untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru, sehingga siswa mampu merealisasikan kegiatannya sendiri. Ini berarti, siswa diharapkan melakukan self activity dan self control secara bertahap tetapi pasti menuju taraf yang lebih dewasa.
Disamping itu guru atau wali kelas dituntut mampu memimpin kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai pengelola lingkungan belajar siswa, guru harus mampu mengaplikasikan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang terkait dengan proses belajar mengajar, sehingga kemungkinan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang variatif lagi strategis dapat menjadi kenyataan.
Secara umum, yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Sudirman, adalah “penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresiasi para siswa”.
Secara khusus, yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Usman, adalah “mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan”.

ASPEK-ASPEK PENGELOLAAN KELAS
Kelas merupakan unit kerja yang ada dalam suatu sekolah yang perlu mendapatkan pengelolaan dan pengaturan yang baik, agar dinamika kerja kelas berjalan dengan baik. Lebih lanjut aspek-aspek pengelolaan kelas itu dapat dibedakan menjadi dua macam seperti di bawah ini.

Kegiatan Administratif Manajemen
Kegiatan administrasi pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen . Administrasi dalam pandangan Shulhan, adalah “seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerja sama kelompok orang untuk mencapai tujuan bersama”. Berkaitan dengan ini, Nawawi berpandangan bahwa  “… sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang di dalamnya bekerja sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan”.
Dengan demikian, dalam satu kelas harus ada upaya untuk menciptakan kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif siswa dalam sebuah kelompok. Oleh sebab itu, dalam mengelola suatu kelas, guru atau wali kelas tentu menjalani langkah- langkah manajemen administratif yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, dan pengontrolan.

Perencanaan
Yang dimaksud dengan perencanaan dalam pandangan Vembriarto, adalah “pengetrapan secara sistematik daripada pengetahuan yang tepat guna untuk mengontrol dan mengarahkan arah kecenderungan perubahan menuju kepada tujuan yang ditetapkan”. Program umum harus diterjemahkan menjadi program-program yang kongkrit dengan mengaitkannya menurut alokasi waktu yang tersedia.
Penjabaran program kerja ini bisa dibedakan menjadi program tahunan, program catur wulan, program bulanan, program mingguan, dan program harian. Program kerja yang disusun secara rapi akan memberikan gambaran kerja yang lengkap mengenai aktifitas kelas.
Selain program kerja yang berkaitan dengan kegiatan intrakurikuler, maka juga harus disusun rencana kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan penunjang kokurikuler maupun ekstrakurikuler dengan selalu memperhatikan alokasi waktu dan hal-hal lain yang diperlukan. Untuk mencapai program kerja kelas ini diperlukan kerja sama yang baik lagi harmonis antara semua pihak yang menjadi anggota kelas.

Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam pandangan Indrakusuma, adalah “pembentukan bagian-bagian/badan-badan yang merupakan wadah-wadah tempat melaksanakan kegiatan atau fungsi tertentu dalam suatu administrasi (usaha kerja sama), dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Dalam program kelas sebagai rencana kerja
harus bersifat realistis dengan tujuan yang realistis. Nawawi berpendapat bahwa “aspek terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha menempatkan personal pada tempat yang tepat, dengan memperhatikan kemampuannya, tingkat pendidikannya, pengalaman-pengalaman yang dimilikinya dan lain-lain”.Dengan
demikian, guru dan wali kelas harus membagi beban kerja kepada seluruh personal yang ikut dalam pengelolaan kelas agar aktifitas kelas dapat berjalan dengan tertib sesuai dengan tujuan dan rencana.

Pengarahan
Setelah perencanaan dan pengorganisasian, kemudian realisasi kegiatan. Pelaksanaan kegiatan kelas harus diusahakan tidak menyimpang dari rencana kegiatan yang telah disusun. Untuk itu, guru dan wali kelas harus memberi instruksi, petunjuk, dan bimbingan sebagai pengarahan agar kegiatan yang dilaksanakan tidak menyimpang dari perencanaan.
Pengarahan ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan kepala sekolah selaku pucuk pimpinan dan penanggung jawab, juga kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait, demi mewujudkan proses belajar mengajar di kelas yang efektif lagi efisien. Yang jelas, pengarahan di kelas oleh guru dan wali kelas adalah sangat penting untuk mendorong kemajuan belajar siswa yang menjadi tanggung jawabnya supaya prestasi belajar siswa dapat makin baik.

Pengkoordinasian
Nawawi berpendapat, bahwa “koordinasi pada dasarnya berarti kegiatan membawa personal, material, semua fasilitas, teknik-teknik dan tujuan dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan”. Koordinasi kelas bisa diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari saling pengertian akan tugas dan peranan masing-masing, sehingga mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dan pekerjaan menjadi produktif. Dan pada dasarnya kegiatan koordinasi ini dilakukan oleh guru dan wali kelas untuk kepentingan bersama. Ini berarti bahwa perintah-perintah datang dari guru dan wali kelas serta harus dipertanggung jawabkan kepadanya dan lebih lanjut harus dipertanggung jawabkan kepada kepala sekolah.

Pengkomunikasian
Komunikasi harus selalu terjalin antara guru dan wali kelas dengan siswa di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang dinamis. Komunikasi antar personal di kelas dapat berlangsung secara formal dalam acara rapat, musyawarah, diskusi; dan dapat berlangsung secara informal melalui kontak antar pribadi dalam setiap
kesempatan di dalam dan di luar sekolah. Realisasi kegiatan komunikasi ini tidak boleh terbatas dalam arti usaha mendapatkan informasi dari kepala sekolah, tidak terbatas dilakukan oleh guru dan wali kelas, melainkan juga oleh seluruh guru dan seluruh siswa yang membutuhkan informasi. Oleh karena itu, program kelas akan
berjalan dengan baik apabila komunikasi selalu dibina atas dasar hubungan manusiawi secara harmonis.

Pengontrolan
Selama dan sesudah kegiatan kelas berdasarkan program yang disusun diberlangsungkan, diperlukan kegiatan kontrol oleh guru dan wali kelas. Soetopo berpendapat bahwa “pengontrolan merupakan aktifitas yang mengusahakan agar pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditentukan”.Kegiatan kontrol memungkinkan untuk mengetahui kebaikan dan kekurangan dalam melaksanakan program kelas. Setiap kebaikan harus ditingkatkan secara maksimal, dan setiap kekurangan harus diusahakan perbaikan dengan mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan yang lebih baik dan bertanggung jawab. Pengontrolan kelas dapat dilakukan terhadap realisasi jadwal pelajaran, kedisiplinan siswa, partisipaasi siswa terhadap kegiatan, realisasi tugas siswa, dan sebagainya. Dengan pengontrolan yang tepat, maka kelas dapat
menjadi makin kondusif.

Kegiatan Operatif Manajemen
Agar seluruh program kelas dapat direalisasikan secara efektif mencapai tujuan, maka kegiatan administratif manajemen di atas harus ditunjang oleh kegiatan operatif manajemen seperti di bawah ini.

Tata Usaha Kelas
Tata usaha, secara sederhana, bisa dimaknai dengan usaha menghimpun, mencatat, mengadakan, menggandakan, mengirim, dan menyimpan berbagai keterangan tertulis di lingkungan suatu organisasi atau unit kerja. Maka, fungsi tata usaha adalah melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi di kelas yang bisa digunakan guru dan wali kelas untuk mengambil suatu kebijakan pendinamisan kelas. Berbagai kegiatan tata usaha kelas yang merupakan tanggung jawab guru dan wali kelas dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan kelas, semua bermuara pada kepentingan siswa guna meningkatkan kedewasaan.

Perbekalan Kelas
Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam atau di luar kelas, lazim memerlukan jenis alat tertentu yang harus dikelola dengan baik, agar dapat digunakan pada suatu saat diperlukan. Segala kegiatan yang berkaitan dengan perbekalan kelas menjadi tanggung jawab guru dan wali kelas. Perbekalan kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program kelas dapat direalisasikan secara efektif. Perbekalan kelas itu menurut Nawawi dapat dibedakan menjadi dua macam : (1). Alat-alat kependidikan yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar seperti : papan tulis, kapur tulis, kertas untuk ulangan, berbagai alat peraga, buku sumber, alat olah raga, alat kesenian, dan lain-lain. (2). Alat-alat non-kependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti : meja, kursi, almari, papan absen, buku raport, absensi, buku agenda, dan lain-lain.
Yang harus diperhatikan mengenai perbekalan kelas ini adalah pengadaan dan pengaturan, sehingga kerapian dan keindahan kelas dapat senantiasa dipertahankan.

Keuangan Kelas
Pengadaan dan pemeliharaan perbekalan kelas mengharuskan ada dukungan dana. Dana ini diperlukan sekali ketika pembelian perbekalan kelas, sekaligus perawatannya agar segala bentuk perbekalan itu bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang relatif panjang dan tidak segera rusak atau hilang. Pembelian perbekalan kelas yang berulang kali dengan bentuk/jenis yang sama merupakan fenomena yang memperlihatkan bahwa disiplin pemeliharaan dan perawatannya rendah. Yang terakhir ini tidak boleh terjadi, karena secara nyata menjadi indikasi pemborosan. Dana yang berasal dari siswa untuk kegiatan kelas, pengelolannya dilakukan oleh siswa sendiri di bawah pengawasan guru dan wali kelas. Sedangkan dana yang bersumber dari sekolah untuk kepentingan kelas diatur oleh guru dan wali kelas di bawah bimbingan kepala sekolah. Pengelolaan dana ini tidak dapat dianggap sebagai perkara yang ringan. Dan supaya tercipta disiplin keuangan, maka setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan kelas harus dibukukan dalam buku harian dan buku kas dengan bukti-bukti transaksi yang lengkap lagi memenuhi persyaratan administratif. Untuk itu dibutuhkan bendahara dan pemegang pembukuan sebagai personal yang jujur, teliti, dan ulet, bijaksana, sabar, dan berpengetahuan luas mengenai pembukuan keuangan.

Personal Kelas
Kegiatan personal di suatu kelas yang menjadi bagian dari sekolahan memang tampak sederhana dan bersifat terbatas. Guru dan wali kelas dituntut untuk mengetahui siapa saja siswa yang bertugas di kelas untuk mewujudkan kelancaran proses belajar mengajar, termasuk juga merencanakan jumlahnya. Di lingkungan kelas, para siswa sebagai personal kelas harus dikelola dengan baik. Kegiatan ini berkenaan dengan penempatan siswa dalam kelompok belajar, olah raga, kesenian dan lain-lain dengan mempertimbangkan faktor integensi, bakat, minat, dan lain-lain.

Kehumasan
Kehumasan di lingkungan kelas juga tampak sederhana. Kehumasan ini harus dikenalkan kepada siswa, agar secara intern terjadi pemberian informasi dan penjelasan kepada guru, wali kelas, dan siswa terutama berkaitan dengan program yang akan direalisir. Kehumasan, secara ekstern, dapat dilakukan terhadap wali murid melalui pemberian informasi program kelas agar mendapatkan dukungan penuh, terutama bila curahan pikiran, tenaga, waktu dan keuangan dari wali murid benar-benar dibutuhkan.

Kepemimpinan Guru Dan Wali Kelas
Dinamika kelas, secara langsung, dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan guru dan wali kelas. Kedudukan sebagai pemimpin kelas secara formal, guru dan wali kelas merupakan orang yang ditunjuk untuk mengatur dan mengelola kelas dengan sebaik mungkin. Nawawi berpendapat, bahwa “kepemimpinan diartikan sebagai proses pengarahan, membimbing, mempengaruhi dan atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain”. Dengan ini berarti, guru dan wali kelas dituntut untuk mampu menggerakkan, memotivasi, menyatukan pikiran para siswa menuju pencapaian program kelas.
Guru dan wali kelas tidak diharapkan menjalani tipe kepemimpinan otoriter dan laissez faire, akan tetapi diharapkan menjalani tipe kepemimpinan demokratis yang dilandasi oleh semangat kebersamaan. Kepemimpinan demokratis menempatkan para siswa yang segala inisiatif dan kreatifitasnya perlu diberi kesempatan untuk diwujudkan dan dikembangkan sepanjang berdaya guna bagi dinamika kelas mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Dalam pandangan Nawawi, “kepemimpinan demokratis adalahkepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan kelas (organisasi)”. Dengan ini, dapat dimaklumi bila guru dan wali kelas yang menerapkan kepemimpinan demokratis secara umum dapat dikatakan lebih berhasil dalam memacu dinamika kelas. Kepemimpinan demokratis dapat menumbuh-kembangkan perasaan kebersamaan siswa untuk bertanggung jawab mengemban tugas-tugas yang menjadi program kelas.

KUNCI KEBERHASILAN PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas merupakan tanggung jawab guru dan wali kelas bersama segenap siswa. Kerja sama yang baik antar tiga elemen ini dapat menghasilkan pengelolaan kelas yang baik lagi kondusif bagi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan instruksional. Berkaitan dengan ini, Arikunto berpendapat bahwa “pengelolaan kelas yang baik adalah pengelolaan yang didasarkan atas pengertian yang penuh terhadap siswa mengenai yang diharapkan daripadanya, apa yang ada padanya sebagai pemilikan jiwa yang dapat dimanfaat kembangkan oleh dukungan dan partisipasi dari mereka”.
Guru dan wali kelas pengemban amanat kepala sekolah untuk menjadi pengelola kelas, perlu memperhatikan kunci keberhasilan pengelolaan kelas di bawah ini, supaya dapat menghadapi dan mengatasi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan ketika merealisasikan tugas-tugas yang relevan dengan maksud perealisasian amanat tersebut.
Prosedur Preventif
Prosedur preventif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk menciptakan kondisi yang baru dari interaksi biasa menjadi interaksi edukatif, dengan senantiasa membangkitkan motivasi belajar siswa. Yang bisa dilakukan dalam penerapan prosedur preventif ini menurut keuntungannya adalah : (1)Peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, bahwa apapun corak proses pendidikan yang terjadi pada diri siswa adalah menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya. (2) Peningkatan kesadaran siswa, dalam hal ini siswa menyadari hak dan kewajibannya sebagai siswa. (3) Penampilan sikap guru terhadap siswa harus dilandasi sikap tulus dan hangat secara wajar dalam mendukung kegiatan pendidikan. (4) Pengenalan terhadap tingkah laku. (5) Penemuan alternatif pengelolaan kelas. (6) Pembuatan kontrak sosial.

Prosedur Kuratif
Prosedur kuratif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk mengatasi bentuk perbuatan siswa yang dipandang bisa berpengaruh negatif terhadap proses belajar mengajar dengan jalan memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbingnya agar memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar.
Yang bisa dilakukan dalam penerapan prosedur kuratif ini adalah : (1)Identifikasi kasus : memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang mengganggu proses pendidikan di kelas. (2) Analisis masalah : mengetahui latar belakang serta sebab-sebab timbulnya tingkah laku yang menyimpang. (3) Penetapan alternatif pemecahan masalah : berusaha mengatasi masalah sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan menggunakan pendekatan yang tepat. (4) Monitoring : memantau pemecahan masalah yang telah diterapkan.
Kedua kunci keberhasilan pengelolaan kelas itu memperlihatkan bahwa kompetensi guru dan wali kelas selaku pemegang kunci adalah menjadi penentu utama keberhasilan inovaasi pengelolaan kelas sebagai pemacu kedinamisan pembelajaran.



DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2003.  Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi.  Jakarta:  Rineka Cipta.
Djamaroh , Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2007. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Indrakusuma , Amier Daien, 1990.  Administrasi Sekolah I, Paket 2 Organisasi Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
Nawawi, Hadari . 2007. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya.
Rohmad, Ali. 2004. Kapita Selekta pendidikan . Tulungagung: STAIN Tulungagung.
Shulhan, Muwahid. 2000. Administrasi Pendidikan, Tulungagung: STAIN Tulungagung.
Soetopo, Hendyat dan Wasti Soemanto. 1992. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudirman N, et.all. 2001. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, CV. Rajawali, Jakarta, 1986
Usman , Moh. Uzer. 2004.  Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar