ahmadnursanto

Sabtu, 08 Juni 2013

STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN DAN PENYAMPAIAN BAHAN AJAR


STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN DAN PENYAMPAIAN BAHAN AJAR

Ahmad nur santo


Abstract: In organizing learning and delivering learning materials are important things that must be considered by a teacher so that learning can be run properly and quickly. These include the organization of pre-teaching stage, stage after stage of teaching and teaching. Teaching material is any material used to help teachers / instructors in implementing the teaching and learning activities. In essence, how the delivery of learning materials is similar or the same could be said with the teaching phase. In the delivery of learning materials, there are three phases namely, the pre instructional, instructional and evaluation, which is the third is a unity that can not be separated from one another.

Abstrak : Dalam mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan pembelajaran terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar pembelajaran dapat berjalan secara tepat dan cepat. Pengorganisasian tersebut meliputi tahap sebelum mengajar, tahap pengajaran dan tahap sesudah mengajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran ini hampir sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Dalam penyampaian bahan pembelajaran ini terdapat tiga tahapan yaitu, tahapan pra instruksional, instruksional dan evaluasi, yang ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Kata kunci : pembelajaran, bahan ajar, pengorganisasian pembelajaran dan bahan ajar

Berbagai perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional, diantaranya, terjadi dengan dikenalkannya berbagai program yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Perubahan ini menuntut penyesuaian dan bahkan terobosan dan inovasi di bidang pendidikan umumnya dan pengelolaan kelas khususnya. Pandangan ini didasari oleh tuntutan peningkatan pengelolaan, khususnya yang menyangkut bidang manajemen kelas, mengingat peran penting guru dan kelas tempat mana interaksi belajar megajar berlangsung.
            Diberlakukannya berbagai pendekatan baru dan berubahnya manajemen pendidikan nasional dari sentralistik menjadi desentralistik, yang ditandai dengan diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah, telah membawa suatu harapan baru bagi sekolah dan kelas, khususnya, dalam proses pembelajaran yang berkualitas. Pengkajian terhadap manajemen kelas akan meningkatkan pemahaman kita dalam memperoleh pencerahan tentang kelas untuk melakukan perbaikan ke depan .
Pembahasan tentang manajemen kelas sebagai suatu wacana merupakan hal yang tidak dapat disepelekan seperti pada masa-masa lalu. Harapan itu didasarkan pada kenyataan selama ini bahwa kelas sebagai unit terkecil dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional sering dilupakan dalam pembahasan berbagai kebijakan penting tentang pendidikan umumnya dan pembelajaran disekolah khususnya.
Kegiatan yang berlangsung di dalam kelas merupakan kegiatan yang penting karena kegiatan tersebut sangat menentukan hasil dari pembelajaran. Dalam kelas sebagaimana dijelaskan diatas terjadi manajemen kelas atau pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai manajer kelas. Pengorganisasian yang baik akan menjadikan kondisi kelas menjadi kondusif. Kondisi yang demikian itu akan menjadikan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas menjadi menyenangkan, khususnya kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu guru harus dapat mengelola atau mengatur pengorganisasian dengan baik.
Namun fakta menunjukkan bahwa sebagian beasr dari guru belum professional untuk melakukan Pengorganisasian pembelajaran atau pembelajaran. Sebagian besar guru hanya mengandalkan metode yang biasa digunakannya yang dianggapnya efektif. Padahal kenyataannya metode yang dipakai oleh guru tersebut kurang efektif. Guru yang tidak bisa mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan ajar akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan mengajar, demikian juga siswanya.
Pengorganisasian Pembelajaran dalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan bahwa organisasi pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri”. • Menurut Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya”. • Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar itu penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Pengorganisasian pembelajaran merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari Pengorganisasian pembelajaran. Sebab Pengorganisasian pembelajaran merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas diPengorganisasian dengan secara baik, propfesional, terus menerus dan berkelanjutan.Tulisan ini akan berusaha untuk menguraikan secara lebih jelas mengenai strategi pengorganisasian pembelajaran dan penyampaian bahan ajar yang kami ambil dari beberapa referensi yang ada dan dari pengetahuan yang kami punya, agar membantu para guru dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran dan penyampaian bahan ajar.
STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN
         Dalam mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan pembelajaran terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar pembelajaran dapat berjalan secara tepat dan cepat. Pengorganisasian tersebut meliputi tahap sebelum mengajar, tahap pengajaran dan tahap sesudah mengajar. Semua hal atau tahap-tahap tersebut harus terencana dengan baik agar guru mudah dalam melakukan pembelajaran.

Tahap Sebelum Pengajaran
Berkenaan dengan tahap sebelum pengajaran, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, guru harus menyusun terlebih dahulu mengenai rencana mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu: (1) Rumusan kompetensi dalam persiapan pengajaran harus jelas. Semakin konkret kompetensi semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi-kompetensi tersebut. (2) Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. (3) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. (4) Persiapan mengajar yang ditetapkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya. (5) Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.
Selanjutnya guru atau pengajar harus melakukan persiapan edukatif yang wajar meliputi: (1) Persiapan terhadap situasi umum. Sebelum mengajar guru harus telah memiliki pengetahuan tentang situasi umum yang akan dihadapi, misalnya saja mengenai tempat suasana dan lain-lain. Dengan pengetahuan itu ia dapat membuat perhitungan-perhitungan terhadap variabel-variabel yang berpengaruh. (2) Persiapan terhadap murid yang akan diajar. Sebelum mengajar, adalah mutlak bahwa guru harus memiliki mengenai gambaran murid yang akan diajarkan. (3) Persiapan dalam tujuan yang akan dicapai.  Sebelum mengajar, hharus telah jelas dalam perencanaan guru, tujuan apakah yang harus dicapainya bersama-sama dengan murid. (4) Persiapan dalam bahan yang akan diajarkan. Sebelum mengajar, guru harus sudah mengetahui luas dan urutan bahan yang akan disajikan, dengan memperhitungkan situasi umum, keadaan murid serta tujuan yang akan dicapai. (5) Persiapan dalam metode mengajar. Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan berbagai metode mengajar adalah pengetahuan pokok dalam ilmu keguruan, sebab setiap kali sebelum mengajar guru harus dapat menetapkan metode yang akan dipakainya dengan memperhitungkan berbagai faktor mengenai kewajaran metode tersebut dalam situasi khusus yang dihadapi. (6) Persiapan alat-alat pembantu. Tidak dalam setiap proses interaksi dbutuhkan alat pembantu dalam bentuk alat peraga pengajaran. Akan tetapi hampir setiap proses interaksi dibutuhkan alat pembantu proses pengajaran. (7) Persiapan dalam evaluasi. Dengan mengetahui tujuan dan situasi umum, guru harus menetapkan pokok-pokok yang harus dinilai sebagai petunjuk pencapaian tujuan. (9) Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau caturwulan pelaksanaan kurikulum, program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar. Perencanaaan tersebut seperti yang dijelaskan diatas.
Dalam merencanakan program pengajaran tersebut perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan: (1) Bekal bawaan yang ada pada siswa (pupil entering behaviour). (2) Perumusan tujuan pelajaran (3) Pemilihan metode (4) Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar. (5) Pemilihan bahan pengajaran, peralatan dan fasilitas belajar. (6) Mempertimbangkan karakteristik siswa (7) Mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan dan menutup pelajaran. (8) Mempertimbangkan peranan siswa dan pola pengelompokan (9) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam persiapan mengajar guru harus menyusun RPP, sementara itu dalam menyusun RPP guru harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
Memahami Tujuan Pendidikan
Dahulu para guru berpendapat bahwa tugasnya ialah mengajarkan pengetahuan. Pandangan seperti ini disebut subject matter oriented atau subject oriented saja. Tapi sekarang pandangan ini telah ditinggalkan. Di Indonesia sejak tahun 1974 pandangan telah berubah ke orientasi tujuan atau objective oriented. Pandangan ini mengajarkan bahwa tugas guru mencapai tujuan atau merealisasi tujuan. Secara operasional tanggung jawab guru ialah mencapai tujuan di bidang study di suatu sekolah. Tujuan ini disebut juga kurikuler.
Didalam lesson plan atau RPP, tujuan menduduki posisi yang paling penting karena RPP dibuat sebagai program pencapaian tujuan itu. Tujuan itulah yang menentukan seluruh isi RPP. Tujuan ini hendak dicapai pada pertemuan demi pertemuan disebut tujuan instruksional.

Menguasai Bahan Pengajaran
Seseorang yang akan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tidak cukup hanya dengan kemampuan merumuskan tujuan. Tetapi ia harus menguasai bahan pengajaran atau materi pelajaran. Bahkan rumusan tujuan sebenarnya diilhami dari bahan pelajaran. Oleh karena itu seorang guru hendaknya menguasai bahan pelajaran.
Yang harus dikuasai ialah minimal bahan pelajaran sekolah yang telah diajarnya. Tetapi lebih dari itu seorang guru juga menguasai kurikulum sekolah tingkat lainnya, agar dapat membedakan materinya.

Memahami Teori Pendidikan Selain Teori Pengajaran.
Sebenarnya jika kita berbicara mengenai teori pendidikan maka kita berbiacara mengenai bahasan yang sangat luas. Guru yang akan membuat RPP hendaknya tidak dapat melepaskan diri dari pengauasaan terhadap teori-teori tersebut. Yang perlu dikuasainya bukanlah seluruh teori yang ada tetapi beberapa saja harus dimendalami.teori pendidikan yang maksud ialah teori yang langsung diterapkan dalam pembuatan RPP, contohnya pembiasan, dll.

Memahami Prinsip-Prinsip Mengajar.
Dalam rangka menanamkan pengetahuan dan kecakapan yang tepat dengan cara yang cepat maka membutuhkan penguasaan terhadap teori. Dalam teori tersebut terdapat prinsip-prinsip antara lain: (1) Pengajaran handaklah menarik minat. Dalam kegiatan pengajaran hendaknya pengajaran tersebut dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pengajaran tersebut. Apabila sudah begitu maka pengajaran dapat dioptimalkan. (2) Partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar. Minat yang tumbuh pada diri seseorang akan mendorong orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Disini apabila murid sudah mempunyai minat untuk mengikuti pengajaran tersebut maka murid akan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dan selanjutnya murid akan menjadi aktif dalam kegiatan tersebut. (3) Prinsip pengulangan. Prinsip ini tidak sulit untuk diterapkan dalam RPP. Bila RPP sudah dibuat dengan matang dan dengan perencanaan yang tepat pula, maka prinsip pengulangan dapat diterapkan dengan baik. (4) Perbedaan individu. Ketika membuat RPP hendaknya prinsip ini diterapkan. Tetapi prinsip ini tidak perlu diterapkan secara serius, karena akan berakibat negatif. Prinsip ini cukup diterapkan garis besarnya saja. (5) Prinsip guru mengajar murid belajar. Prinsip ini sangat penting untuk diterapkan. Karena guru akan memahami kedudukannya, bukan guru ingin belajar sendiri.  Dan dengan ini guru akan menyadari bahwa dirinya adalah seorang fasiliator. Guru hanyalah penolong murid dalam mencapai tujuan.

Memahami Teori-Teori Belajar.
Beberapa teori yang mendasari belajar pada era modern ini. (1) Teori belajar Thorndike. Thorndike memandang belajar sebagai usaha memecahkan problem. Ia memandang belajar adalah pemecahan problem yang dihadapi oleh seseorang dalam hidupnya. (2) Teori belajar Skinner. Sesungguhnya tidak ada perbedaan mendasar antara teori belajar skinner dengan Thorndike. Teori skinner ini lebiih dikenal dengan nama teori operant conditioning.

Memahami Metode Mengajar
Metodologi pengajaran telah membicarakan berbagai kemungkinan metode mengajar yang dapat digunakan dalam rangka menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, resitasi dan lain-lain.

Memahami model-model pengajaran
Bentuk dan format rencana pelaksanaan pembelajaran bukanlah suatu yang sangat penting dalam mengukur baik buruknya rencana pembelajaran yang dibuat. Yang lebih penting dalam meningkatkan mutu rencana pembelajaran ialah model pengajaran yang digunakan, yaitu langkah-langkah pengajarannya. Model pengajaran ditentukan oleh langkah-langkah pengajaran tersebut.

Memahami prinsip-prinsip evaluasi
Bagaimana guru mengetahui kesiapan murid sebelum interaksi dimulai? Dengan cara bertanya atau pre test. Yang dimaksud evaluasi disini adalah tindakan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khususnya dan hasil pendidikan pada umumnya.

Memahami langkah-langkah membuat RPP
Langkah-langkah Menyusun RPP : (1) Mengisi kolom identitas (2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. (3) Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun. (4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. (5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran. (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. (7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. (8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan. (9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll
Jadi pada intinya guru dalam melakukan persiapan mengajar harus menyusun RPP dengan memperhatikan aspek sebagaimana disebutkan di atas.

Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Rentangan interaksi ini berlangsung antara dua kutub yang eksterm, yakni suatu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam tahap pengajaran ini adalah:
Pengelolaan dan pengendalian kelas
Meliputi suasana mempersiapkan pembelajar. Mempersiapkan pembelajar dapat dilakukan dengan cara: (1) Membuka diri untuk dikenal. Apabila anda adalah guru baru, maka sejak pertama kali masuk di kelas itu anda perlu memperkenalkan diri (atau diperkenalkan oleh guru lama) kepada kelas. Berikan senyum yang ramah dan suara yang cukup keras agar semua anak bisa mendengarnya. Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya tentang diri anda. Jawablah pertanyaan mereka dengan santai. Jika ada pertanyaan yang mungkin anda anggap kurang sopan, janganlah ditanggapi dengan serius, tetapi alihkan dengan membetulkan pertanyaannya, dan anggaplah sebagai ketidaksengajaan dan tetaplah ramah.(2) Menghafal nama anak. Setelah anda tidak menjadi guru baru lagi, usahakan anda untuk selalu menyapa anak-anak terlebih dahulu dengan memanggil namanya. Untuk itu anda harus hafal nama anak-anak didik anda. Dan carilah kesempatan untuk bisa berbicara secara pribadi kepada mereka dan ingatlah baik-baik apa yang anda bicarakan dengan mereka (kalau perlu dicatat) supaya anda ada bahan/topik pembicaraan apabila bertemu dengan mereka lagi. Kesempatan berbicara dengan mereka harus diciptakan (tidak datang dengan sendirinya), misalnya anda perlu datang lebih awal, dan pulang lebih lambat. (3) Pelajarilah kemampuan membuat humor (rasa humor). Guru yang paling diakrabi oleh anak biasanya adalah guru-guru yang memiliki rasa humor yang tinggi. Dunia anak-anak adalah dunia yang ceria dan penuh tawa. Oleh karena itu jika bergaul dengan anda melenyapkan keceriaan mereka, maka mereka tidak akan bergaul dengan anda lagi. (4) Jangan mahal memberi pujian yang tulus. Anak belum mempunyai banyak pengalaman, dalam melakukan kegiatan apa saja anak membutuhkan konfirmasi dari orang dewasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik. Untuk itu ia senang mencari pujian untuk membangun kepercayaan dirinya. Oleh karena itu tidak heran guru yang pelit dengan pujian tidak disukai anak. Guru perlu membuka mata dan telinga lebar-lebar agar anda bisa menemukan pujian yang tulus untuk diberikan kepada anak-anak didik anda.
      Proses mempersiapkan pembelajar tersebut mengandung tujuan sebagai berikut: (1) Mengajak pembelajar keluar dari mental yang pasif atau resisten. (2) Menyingkirkan rintangan belajar (3)Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar (4) Memberi pembelajar perasaan positif, mengenai dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.(5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, mencipta dan tumbuh. (6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah (1) Penyampaian informasi, ketrampilan-ketrampilan, konsep dan sebagainya. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam penyampaian bahan ajar, pada sub bab selanjutnya. (2) Penggunaan tingkah laku verbal, misalnya ketrampilan bertanya, demonstrasi, penggunaan model. (3) Penggunaan tingkah laku non verba, seperti pindah gerak guru dan sasmita guru. (4) Cara mendapatkan balikan. (5) Mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologi, antara lain: motivasi, pengulangan, pemberian penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan dikembangkan, mata rantai kognitif, tranfer, keterlibatan aktif siswa. (6) Mendiagnosa kesulitan belajar. (7) Menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individual. (8) Mengevaluasi kegiatan interaksi.
Hal tersebut harus diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Tanpa memperhatikan hal-hal yang disebutkan diatas, maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Dan lagi guru harus mengambil pendekatan yang tepat yang sesuai dengan kondisi pembelajar saat itu.
Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan siswa. Beberapa perbuatan guru yang nampak pada tahap sesudah mengajar antara lain: (1) Menilai pekerjaan siswa (2) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya (3) Menilai kembali proses belajar mengajar yang telah berlangsung.
Ketiga tahap tersebut harus mencerminkan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan psikomotor.
Disamping tahap-tahap pengajaran dalam melaksanakan tugas mengajar ada dua faktor yang berpengaruh, yakni: (1) Faktor lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tugas guru pada tahap sebelum pengajaran dalam menyusun satuan pelajaran. Faktor ini harus mendapatkan pertimbangan baik-baik, sebab sangat menentukan keberhasilan guru dalam tugas mengajarnya. (2) Faktor perilaku guru. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Guru sebagai pemegang kunci (key person ) sangat menentukan proses keberhasilan belajar siswa.

BAHAN PEMBELAJARAN
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai kompetensi secara utuh dan terpadu.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: (1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru) (2) Kompetensi yang akan dicapai (3) Informasi pendukung (4)Petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja

CARA PENYAMPAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran ini hampir sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Akan tetapi agar lebih jelas dan detail, serta mempermudah pemahaman pembaca, penulis akan memilah menjadi sub bab tersendiri.
Aspek Yang Perlu Diperhatikan
Aspek yang perlu diperhatikan katika guru atau pengajar menyampaikan bahan pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan aspek yang harus diperhatikan pada tahap pengajaran. Karena kegiatan pada tahap pengajaran akan lebih dijelaskan secara rinci disub-bab ini.
Pra Intruksional
Tahap pra instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini: (1) Guru mencatat kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir, tidak perlu diabsensi satu per satu, cukup ditanyakan yang tidak hadir saja dengan alasannya. (2) Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. (3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. (4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. (5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.
Pada intinya tahap ini mengingatkan siswa atau peserta didik akan pelajaran yang sudah diajarkan dan tanggapan siswa terhadap pelajaran tersebut yang menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran. Disamping itu juga menumbuhkan kondisi siswa dalam merespon kegiatan belajar di kelas.

Intruksional
Tahap kedua adalah tahap pembelajaran atau tahap inti. Yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. (2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas pada hari itu. (3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Pembahasan dimulai dari gambaran yang umum menuju gambaran yang khusus atau sebaliknya. (4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. (5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. Dalam hal ini guru dianjurkan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan cocok. (6) Menyimpulkan hasil pembelajaran dari semua pokok materi. Biasanya kesimpulan ini dibuat oleh guru.


Evaluasi
Tahapan ketiga atau yang terakhir dari strategi belajar mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut. Tujuan dari tahapan ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan yang kedua. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: (1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan yang kedua. (2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa. (3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas. (4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
         Ketiga tahap yang dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru harus menguasai ketiga tahapan tersebut agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dan hal ini membutuhkan  keprofesionalisasian seorang guru atau pendidik dalam mengorganisasikan pembelajaran.
Hendaknya institusi mengadakan atau mengusahakan pendidikan yang profesional, baik profesional dari segi pendidik maupun hal yang berkaitan dengan pendidikan. Demikian juga profesionalisme dalam pengelolaan atau manajemen atau boleh dikatakan secara lebih detail lagi yaitu pengorganisasian pembelajaran. Guru yang profesional selalu dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, tepat dan cepat atau dengan kata lain efektif dan efisien. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus selalu meningkatkan kualitas dan pengalaman kita agar dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, karena suatu pengorganisasian mengilhami keberhasilan peserta didik dalam menerima pelajaran.



PRINSIP PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA DISIPLIN ILMU
         Adapun prinsip pengorganisasian pembelajaran yang berorientasi pada disiplin ilmu, adalah sebagai berikut : (1) Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan. Dalam pendekatan pengorganisasian materi ini sejarah diajarkan terpisah dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan hukum. Begitu juga manakala guru mengajarkan ekonomi akan terlepas dari bidang studi lainnya. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang diajarkan siswa sepenuhnya dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan secara mandiri. Bentuk pendekatan pengorganisasian ini merupakan bentuk tertua dari bentuk-bentuk pengorganisasian materi yang ada dan berkembang dewasa ini. Menurut Udin Saripudin W. (1989: 87) model pendekatan ini memusatkan perhatian pada konsep dan metode kerja suatu disiplin ilmu sosial tertentu, misalnya antropologi atau sosiologi. Hal yang menjadi titik pangkal pendekatan ini adalah konsep atau generalisasi atau teori yang menjadi kekayaan bidang studi yang bersangkutan. (2) Pendekatan Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated approach atau istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah 'correlation' untuk pendekatan antarilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu. Dalam pendekatan antarilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang berdasarkan pada pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe ideal konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan sehingga bahannya diintegrasikan menurut kepentingan dan tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang studi. IPS yang tadinya hanya terbatas pada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial semata, meningkat kepada nilai, sikap, dan perilaku dan pada perkembangan berikutnya telah melibatkan bagian-bagian di luar disiplin ilmu-ilmu sosial. Masuknya humaniora, sains, matematika, dan agama menunjukkan bahwa IPS tidak lagi bergerak dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial saja yang dikenal dengan pendekatan multidisiplin (multy disciplinary approach), tetapi sudah memasuki bidang disiplin lain atau yang dikenal dengan 'cross disciplines'. Hal itu menunjukkan bahwa perkembangan IPTEK telah mempengaruhi perkembangan masyarakat dan tidak terkecuali masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini. Banyak penulis terkemuka yang mengkaji dan menjelaskan hubungan itu di antaranya Daniel Bell, dan Naisbitt. Daniel Bell bahkan telah berbicara tentang 'post industrial society' serta dampak dari kapitalisme, sedangkan Naisbit bertutur tentang sepuluh kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi perubahan masyarakat. (3) pendekatan pengembangan pengorganisasian cross disiplin diistilahkan dengan Jaringan kegiatan lintas kurikulum. Kegiatan Jaringan lintas kurikulum ini bermanfaat untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu sajian belajar-mengajar yang utuh. Dengan adanya pendekatan ini maka tumpang tindih antarpokok bahasan baik yang terjadi antarilmu-ilmu yang ada dalam interdisiplin ilmu atau antardisiplin ilmu dapat dihindari sehingga dapat menghemat waktu dan menghindari kebingungan serta kejenuhan siswa. Model ini lebih tepat diterapkan di SD karena guru mengajarkan semua pelajaran/guru kelas. Pendekatan ini pun dapat diterapkan pada tingkat lanjutan dengan cara melakukan koordinasi antarguru bidang studi.

DAFTAR RUJUKAN

Hasibuan, J.J dkk. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://pepak.sabda.org/
Majid,  Abdul. 2006 . Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosda Karya
Meier,  Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, terj: Rahmani Astuti. Bandung:Kaifa.
Patoni,   Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Bina Ilmu : jakarta.
Sabri, Ahmad. . 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Quantum Teaching
Surakhmad,  Winarno. 1986.  Pengantar Mengajar- Belajar. Bandung: Tarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar