STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN DAN
PENYAMPAIAN BAHAN AJAR
Ahmad nur santo
Abstract: In organizing learning
and delivering learning materials are important things that must be considered
by a teacher so that learning can be run properly and quickly. These include
the organization of pre-teaching stage, stage after stage of teaching and
teaching. Teaching material is any material used to help teachers / instructors
in implementing the teaching and learning activities. In essence, how the
delivery of learning materials is similar or the same could be said with the
teaching phase. In the delivery of learning materials, there are three phases
namely, the pre instructional, instructional and evaluation, which is the third
is a unity that can not be separated from one another.
Abstrak : Dalam mengorganisasikan
pembelajaran dan menyampaikan bahan pembelajaran terdapat hal-hal penting yang
harus diperhatikan oleh seorang guru agar pembelajaran dapat berjalan secara
tepat dan cepat. Pengorganisasian tersebut meliputi tahap sebelum mengajar,
tahap pengajaran dan tahap sesudah mengajar. Bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran ini hampir
sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Dalam penyampaian
bahan pembelajaran ini terdapat tiga tahapan yaitu, tahapan pra instruksional,
instruksional dan evaluasi, yang ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Kata kunci : pembelajaran, bahan
ajar, pengorganisasian pembelajaran dan bahan ajar
Berbagai perubahan dalam pelaksanaan sistem
pendidikan nasional, diantaranya, terjadi dengan dikenalkannya berbagai program
yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Perubahan
ini menuntut penyesuaian dan bahkan terobosan dan inovasi di bidang pendidikan
umumnya dan pengelolaan kelas khususnya. Pandangan ini didasari oleh tuntutan
peningkatan pengelolaan, khususnya yang menyangkut bidang manajemen kelas,
mengingat peran penting guru dan kelas tempat mana interaksi belajar megajar
berlangsung.
Diberlakukannya
berbagai pendekatan baru dan berubahnya manajemen pendidikan nasional dari
sentralistik menjadi desentralistik, yang ditandai dengan diberlakukannya
Manajemen Berbasis Sekolah, telah membawa suatu harapan baru bagi sekolah dan
kelas, khususnya, dalam proses pembelajaran yang berkualitas. Pengkajian
terhadap manajemen kelas akan meningkatkan pemahaman kita dalam memperoleh
pencerahan tentang kelas untuk melakukan perbaikan ke depan .
Pembahasan tentang manajemen kelas sebagai
suatu wacana merupakan hal yang tidak dapat disepelekan seperti pada masa-masa
lalu. Harapan itu didasarkan pada kenyataan selama ini bahwa kelas sebagai unit
terkecil dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional sering dilupakan dalam
pembahasan berbagai kebijakan penting tentang pendidikan umumnya dan
pembelajaran disekolah khususnya.
Kegiatan yang berlangsung di dalam kelas
merupakan kegiatan yang penting karena kegiatan tersebut sangat menentukan
hasil dari pembelajaran. Dalam kelas sebagaimana dijelaskan diatas terjadi
manajemen kelas atau pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sebagai manajer kelas. Pengorganisasian yang baik akan menjadikan kondisi kelas
menjadi kondusif. Kondisi yang demikian itu akan menjadikan kegiatan yang
dilakukan di dalam kelas menjadi menyenangkan, khususnya kegiatan belajar
mengajar. Maka dari itu guru harus dapat mengelola atau mengatur
pengorganisasian dengan baik.
Namun fakta menunjukkan bahwa sebagian
beasr dari guru belum professional untuk melakukan Pengorganisasian
pembelajaran atau pembelajaran. Sebagian besar guru hanya mengandalkan metode
yang biasa digunakannya yang dianggapnya efektif. Padahal kenyataannya metode
yang dipakai oleh guru tersebut kurang efektif. Guru yang tidak bisa
mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan ajar akan mengalami
kesulitan dalam melakukan kegiatan mengajar, demikian juga siswanya.
Pengorganisasian Pembelajaran dalah suatu
konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses
pembelajaran mandiri (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki
‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang
muncul. Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan bahwa organisasi
pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari
seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri”. • Menurut
Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan
bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan
pengetahuan serta aplikasinya”. • Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling
konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar itu
penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap pengalaman
adalah suatu kesempatan untuk belajar.
Guru memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh
sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya.
Pengorganisasian pembelajaran merupakan
aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru,
guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta
didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan
pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan
kajian dari Pengorganisasian pembelajaran. Sebab Pengorganisasian pembelajaran
merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan
belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran
bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala
latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode
dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber
belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil
pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu,
selayaknyalah kelas diPengorganisasian dengan secara baik, propfesional, terus
menerus dan berkelanjutan.Tulisan ini akan berusaha untuk menguraikan secara
lebih jelas mengenai strategi pengorganisasian pembelajaran dan penyampaian
bahan ajar yang kami ambil dari beberapa referensi yang ada dan dari
pengetahuan yang kami punya, agar membantu para guru dalam melakukan
pengorganisasian pembelajaran dan penyampaian bahan ajar.
STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN
Dalam
mengorganisasikan pembelajaran dan menyampaikan bahan pembelajaran terdapat
hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar pembelajaran
dapat berjalan secara tepat dan cepat. Pengorganisasian tersebut meliputi tahap
sebelum mengajar, tahap pengajaran dan tahap sesudah mengajar. Semua hal atau
tahap-tahap tersebut harus terencana dengan baik agar guru mudah dalam
melakukan pembelajaran.
Tahap Sebelum Pengajaran
Berkenaan dengan tahap sebelum pengajaran,
agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, guru harus menyusun terlebih
dahulu mengenai rencana mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar,
yaitu: (1) Rumusan kompetensi dalam persiapan pengajaran harus jelas. Semakin
konkret kompetensi semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi-kompetensi tersebut. (2) Persiapan
mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. (3) Kegiatan-kegiatan
yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan
sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. (4) Persiapan mengajar yang
ditetapkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya. (5) Harus ada
koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila
pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.
Selanjutnya guru atau pengajar harus
melakukan persiapan edukatif yang wajar meliputi: (1) Persiapan terhadap
situasi umum. Sebelum mengajar guru harus telah memiliki pengetahuan tentang
situasi umum yang akan dihadapi, misalnya saja mengenai tempat suasana dan
lain-lain. Dengan pengetahuan itu ia dapat membuat perhitungan-perhitungan
terhadap variabel-variabel yang berpengaruh. (2) Persiapan terhadap murid yang
akan diajar. Sebelum mengajar, adalah mutlak bahwa guru harus memiliki mengenai
gambaran murid yang akan diajarkan. (3) Persiapan dalam tujuan yang akan
dicapai. Sebelum mengajar, hharus telah
jelas dalam perencanaan guru, tujuan apakah yang harus dicapainya bersama-sama
dengan murid. (4) Persiapan dalam bahan yang akan diajarkan. Sebelum mengajar,
guru harus sudah mengetahui luas dan urutan bahan yang akan disajikan, dengan
memperhitungkan situasi umum, keadaan murid serta tujuan yang akan dicapai. (5)
Persiapan dalam metode mengajar. Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan
berbagai metode mengajar adalah pengetahuan pokok dalam ilmu keguruan, sebab
setiap kali sebelum mengajar guru harus dapat menetapkan metode yang akan
dipakainya dengan memperhitungkan berbagai faktor mengenai kewajaran metode
tersebut dalam situasi khusus yang dihadapi. (6) Persiapan alat-alat pembantu.
Tidak dalam setiap proses interaksi dbutuhkan alat pembantu dalam bentuk alat
peraga pengajaran. Akan tetapi hampir setiap proses interaksi dibutuhkan alat
pembantu proses pengajaran. (7) Persiapan dalam evaluasi. Dengan mengetahui
tujuan dan situasi umum, guru harus menetapkan pokok-pokok yang harus dinilai
sebagai petunjuk pencapaian tujuan. (9) Dalam tahap ini guru harus menyusun
program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau caturwulan
pelaksanaan kurikulum, program satuan pelajaran dan perencanaan program
mengajar. Perencanaaan tersebut seperti yang dijelaskan diatas.
Dalam merencanakan program pengajaran
tersebut perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan: (1) Bekal
bawaan yang ada pada siswa (pupil entering behaviour). (2) Perumusan tujuan pelajaran (3) Pemilihan
metode (4) Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar. (5) Pemilihan bahan
pengajaran, peralatan dan fasilitas belajar. (6) Mempertimbangkan karakteristik
siswa (7) Mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan dan menutup
pelajaran. (8) Mempertimbangkan peranan siswa dan pola pengelompokan (9) Mempertimbangkan
prinsip-prinsip belajar.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
Dalam persiapan mengajar guru harus menyusun RPP,
sementara itu dalam menyusun RPP guru harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai
berikut:
Memahami Tujuan Pendidikan
Dahulu para guru
berpendapat bahwa tugasnya ialah mengajarkan pengetahuan. Pandangan seperti ini
disebut subject matter oriented atau subject oriented saja. Tapi sekarang
pandangan ini telah ditinggalkan. Di Indonesia sejak tahun 1974 pandangan telah
berubah ke orientasi tujuan atau objective oriented. Pandangan ini mengajarkan
bahwa tugas guru mencapai tujuan atau merealisasi tujuan. Secara operasional
tanggung jawab guru ialah mencapai tujuan di bidang study di suatu sekolah.
Tujuan ini disebut juga kurikuler.
Didalam lesson
plan atau RPP, tujuan menduduki posisi yang paling penting karena RPP dibuat
sebagai program pencapaian tujuan itu. Tujuan itulah yang menentukan seluruh
isi RPP. Tujuan ini hendak dicapai pada pertemuan demi pertemuan disebut tujuan
instruksional.
Menguasai Bahan Pengajaran
Seseorang yang
akan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tidak cukup hanya dengan
kemampuan merumuskan tujuan. Tetapi ia harus menguasai bahan pengajaran atau
materi pelajaran. Bahkan rumusan tujuan sebenarnya diilhami dari bahan
pelajaran. Oleh karena itu seorang guru hendaknya menguasai bahan pelajaran.
Yang harus dikuasai
ialah minimal bahan pelajaran sekolah yang telah diajarnya. Tetapi lebih dari
itu seorang guru juga menguasai kurikulum sekolah tingkat lainnya, agar dapat
membedakan materinya.
Memahami Teori Pendidikan Selain Teori
Pengajaran.
Sebenarnya jika kita berbicara mengenai teori
pendidikan maka kita berbiacara mengenai bahasan yang sangat luas. Guru yang
akan membuat RPP hendaknya tidak dapat melepaskan diri dari pengauasaan
terhadap teori-teori tersebut. Yang perlu dikuasainya bukanlah seluruh teori yang
ada tetapi beberapa saja harus dimendalami.teori pendidikan yang maksud ialah
teori yang langsung diterapkan dalam pembuatan RPP, contohnya pembiasan, dll.
Memahami Prinsip-Prinsip Mengajar.
Dalam rangka menanamkan pengetahuan dan
kecakapan yang tepat dengan cara yang cepat maka membutuhkan penguasaan
terhadap teori. Dalam teori tersebut terdapat prinsip-prinsip antara lain: (1) Pengajaran
handaklah menarik minat. Dalam kegiatan pengajaran hendaknya pengajaran
tersebut dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pengajaran tersebut. Apabila
sudah begitu maka pengajaran dapat dioptimalkan. (2) Partisipasi murid dalam
kegiatan belajar mengajar. Minat yang tumbuh pada diri seseorang akan mendorong
orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Disini
apabila murid sudah mempunyai minat untuk mengikuti pengajaran tersebut maka
murid akan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dan selanjutnya murid akan
menjadi aktif dalam kegiatan tersebut. (3) Prinsip pengulangan. Prinsip ini
tidak sulit untuk diterapkan dalam RPP. Bila RPP sudah dibuat dengan matang dan
dengan perencanaan yang tepat pula, maka prinsip pengulangan dapat diterapkan
dengan baik. (4) Perbedaan individu. Ketika membuat RPP hendaknya prinsip ini
diterapkan. Tetapi prinsip ini tidak perlu diterapkan secara serius, karena
akan berakibat negatif. Prinsip ini cukup diterapkan garis besarnya saja. (5) Prinsip
guru mengajar murid belajar. Prinsip ini sangat penting untuk diterapkan.
Karena guru akan memahami kedudukannya, bukan guru ingin belajar sendiri. Dan dengan ini guru akan
menyadari bahwa dirinya adalah seorang fasiliator. Guru hanyalah penolong murid
dalam mencapai tujuan.
Memahami Teori-Teori Belajar.
Beberapa teori yang mendasari belajar pada era
modern ini. (1) Teori belajar Thorndike. Thorndike memandang belajar sebagai
usaha memecahkan problem. Ia memandang belajar adalah pemecahan problem yang
dihadapi oleh seseorang dalam hidupnya. (2) Teori belajar Skinner. Sesungguhnya
tidak ada perbedaan mendasar antara teori belajar skinner dengan Thorndike. Teori skinner ini lebiih dikenal dengan
nama teori operant conditioning.
Memahami Metode Mengajar
Metodologi pengajaran telah membicarakan berbagai
kemungkinan metode mengajar yang dapat digunakan dalam rangka menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar. Antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemberian tugas, resitasi dan lain-lain.
Memahami model-model pengajaran
Bentuk dan format rencana pelaksanaan pembelajaran
bukanlah suatu yang sangat penting dalam mengukur baik buruknya rencana
pembelajaran yang dibuat. Yang lebih penting dalam meningkatkan mutu rencana
pembelajaran ialah model pengajaran yang digunakan, yaitu langkah-langkah
pengajarannya. Model pengajaran ditentukan oleh langkah-langkah pengajaran
tersebut.
Memahami prinsip-prinsip evaluasi
Bagaimana guru mengetahui kesiapan murid sebelum
interaksi dimulai? Dengan cara bertanya atau pre test. Yang dimaksud evaluasi
disini adalah tindakan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khususnya dan
hasil pendidikan pada umumnya.
Memahami langkah-langkah membuat RPP
Langkah-langkah Menyusun RPP : (1) Mengisi
kolom identitas (2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan
yang telah ditetapkan. (3) Menentukan SK ,
KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah
disusun. (4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator
yang telah ditentukan. (5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi
pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian
dari materi pokok/pembelajaran. (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan. (7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan akhir. (8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan. (9) Menyusun kriteria
penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll
Jadi pada intinya guru dalam melakukan persiapan
mengajar harus menyusun RPP dengan memperhatikan aspek sebagaimana disebutkan
di atas.
Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual.
Rentangan interaksi ini berlangsung antara dua kutub yang eksterm, yakni suatu
kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam tahap pengajaran ini adalah:
Pengelolaan dan pengendalian kelas
Meliputi suasana mempersiapkan pembelajar. Mempersiapkan pembelajar dapat
dilakukan dengan cara: (1) Membuka diri untuk
dikenal. Apabila anda adalah guru baru, maka sejak pertama kali masuk di kelas
itu anda perlu memperkenalkan diri (atau diperkenalkan oleh guru lama) kepada
kelas. Berikan
senyum yang ramah dan suara yang cukup keras agar semua anak bisa mendengarnya.
Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya tentang diri anda. Jawablah
pertanyaan mereka dengan santai. Jika ada pertanyaan yang mungkin anda anggap
kurang sopan, janganlah ditanggapi dengan serius, tetapi alihkan dengan
membetulkan pertanyaannya, dan anggaplah sebagai ketidaksengajaan dan tetaplah
ramah.(2) Menghafal nama anak. Setelah anda tidak menjadi guru baru
lagi, usahakan anda untuk selalu menyapa anak-anak terlebih dahulu dengan
memanggil namanya. Untuk itu anda harus hafal nama anak-anak didik anda. Dan
carilah kesempatan untuk bisa berbicara secara pribadi kepada mereka dan
ingatlah baik-baik apa yang anda bicarakan dengan mereka (kalau perlu dicatat)
supaya anda ada bahan/topik pembicaraan apabila bertemu dengan mereka lagi.
Kesempatan berbicara dengan mereka harus diciptakan (tidak datang dengan
sendirinya), misalnya anda perlu datang lebih awal, dan pulang lebih lambat. (3)
Pelajarilah
kemampuan membuat humor (rasa humor). Guru yang paling diakrabi oleh anak
biasanya adalah guru-guru yang memiliki rasa humor yang tinggi. Dunia anak-anak
adalah dunia yang ceria dan penuh tawa. Oleh karena itu jika bergaul dengan
anda melenyapkan keceriaan mereka, maka mereka tidak akan bergaul dengan anda
lagi. (4) Jangan mahal memberi pujian yang tulus. Anak belum mempunyai banyak
pengalaman, dalam melakukan kegiatan apa saja anak membutuhkan konfirmasi dari
orang dewasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik. Untuk itu ia senang
mencari pujian untuk membangun kepercayaan dirinya. Oleh karena itu tidak heran
guru yang pelit dengan pujian tidak disukai anak. Guru perlu membuka mata dan telinga
lebar-lebar agar anda bisa menemukan pujian yang tulus untuk diberikan kepada
anak-anak didik anda.
Proses mempersiapkan pembelajar tersebut mengandung tujuan
sebagai berikut: (1) Mengajak pembelajar keluar dari mental yang pasif atau
resisten. (2) Menyingkirkan rintangan belajar (3)Merangsang minat dan rasa
ingin tahu pembelajar (4) Memberi pembelajar perasaan positif, mengenai dan
hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.(5) Menciptakan pembelajar aktif
yang tergugah untuk berpikir, belajar, mencipta dan tumbuh. (6) Mengajak orang
keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah
(1) Penyampaian informasi, ketrampilan-ketrampilan, konsep dan sebagainya. Hal
ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam penyampaian bahan ajar, pada sub bab
selanjutnya. (2) Penggunaan tingkah laku verbal, misalnya ketrampilan bertanya,
demonstrasi, penggunaan model. (3) Penggunaan tingkah laku non verba, seperti
pindah gerak guru dan sasmita guru. (4) Cara mendapatkan balikan. (5) Mempertimbangkan
prinsip-prinsip psikologi, antara lain: motivasi, pengulangan, pemberian
penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan dikembangkan, mata rantai
kognitif, tranfer, keterlibatan aktif siswa. (6) Mendiagnosa kesulitan belajar.
(7) Menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individual. (8) Mengevaluasi
kegiatan interaksi.
Hal tersebut harus
diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Tanpa
memperhatikan hal-hal yang disebutkan diatas, maka pembelajaran tidak akan
berjalan dengan baik. Dan lagi guru harus mengambil pendekatan yang tepat yang
sesuai dengan kondisi pembelajar saat itu.
Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau
perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan siswa. Beberapa perbuatan guru
yang nampak pada tahap sesudah mengajar antara lain: (1) Menilai pekerjaan
siswa (2) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya (3) Menilai kembali
proses belajar mengajar yang telah berlangsung.
Ketiga tahap tersebut harus mencerminkan
hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan psikomotor.
Disamping tahap-tahap pengajaran dalam
melaksanakan tugas mengajar ada dua faktor yang berpengaruh, yakni: (1) Faktor
lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tugas guru pada tahap sebelum
pengajaran dalam menyusun satuan pelajaran. Faktor ini harus mendapatkan
pertimbangan baik-baik, sebab sangat menentukan keberhasilan guru dalam tugas
mengajarnya. (2) Faktor perilaku guru. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Guru sebagai pemegang kunci (key
person ) sangat menentukan proses keberhasilan belajar siswa.
BAHAN PEMBELAJARAN
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. Bahan ajar merupakan
informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan
dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa
dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai kompetensi secara utuh
dan terpadu.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup
antara lain: (1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru) (2) Kompetensi
yang akan dicapai (3) Informasi pendukung (4)Petunjuk kerja dapat berupa lembar
kerja
CARA PENYAMPAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran
ini hampir sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Akan
tetapi agar lebih jelas dan detail, serta mempermudah pemahaman pembaca,
penulis akan memilah menjadi sub bab tersendiri.
Aspek Yang Perlu Diperhatikan
Aspek yang perlu diperhatikan katika guru
atau pengajar menyampaikan bahan pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan
aspek yang harus diperhatikan pada tahap pengajaran. Karena kegiatan pada tahap
pengajaran akan lebih dijelaskan secara rinci disub-bab ini.
Pra Intruksional
Tahap pra instruksional adalah tahapan
yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini: (1) Guru
mencatat kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir, tidak perlu
diabsensi satu per satu, cukup ditanyakan yang tidak hadir saja dengan
alasannya. (2) Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran
sebelumnya. (3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang
sudah diberikan sebelumnya. (4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah
dilaksanakan sebelumnya. (5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara
singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.
Pada intinya tahap ini mengingatkan siswa
atau peserta didik akan pelajaran yang sudah diajarkan dan tanggapan siswa
terhadap pelajaran tersebut yang menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran.
Disamping itu juga menumbuhkan kondisi siswa dalam merespon kegiatan belajar di
kelas.
Intruksional
Tahap kedua adalah tahap pembelajaran atau
tahap inti. Yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang disusun guru
sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut:
(1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. (2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas
pada hari itu. (3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Pembahasan
dimulai dari gambaran yang umum menuju gambaran yang khusus atau sebaliknya.
(4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh
konkret. (5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan
setiap pokok materi sangat diperlukan. Dalam hal ini guru dianjurkan
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan cocok. (6) Menyimpulkan hasil
pembelajaran dari semua pokok materi. Biasanya kesimpulan ini dibuat oleh guru.
Evaluasi
Tahapan ketiga atau yang terakhir dari
strategi belajar mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak
lanjut. Tujuan dari tahapan ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan dari
tahapan yang kedua. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: (1) Mengajukan
pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi
yang telah dibahas pada tahapan yang kedua. (2) Apabila pertanyaan yang
diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus
mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa. (3) Untuk memperkaya
pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau
pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah
dibahas. (4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok
materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Ketiga
tahap yang dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu yang
tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru harus
menguasai ketiga tahapan tersebut agar pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Dan hal ini membutuhkan
keprofesionalisasian seorang guru atau pendidik dalam mengorganisasikan
pembelajaran.
Hendaknya
institusi mengadakan atau
mengusahakan pendidikan yang profesional, baik profesional dari segi pendidik
maupun hal yang berkaitan dengan pendidikan. Demikian juga profesionalisme
dalam pengelolaan atau manajemen atau boleh dikatakan secara lebih detail lagi
yaitu pengorganisasian pembelajaran. Guru yang profesional selalu dapat
mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, tepat dan cepat atau dengan kata
lain efektif dan efisien. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus
selalu meningkatkan kualitas dan pengalaman kita agar dapat mengorganisasikan
pembelajaran dengan baik, karena suatu pengorganisasian mengilhami keberhasilan
peserta didik dalam menerima pelajaran.
PRINSIP
PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA DISIPLIN ILMU
Adapun prinsip pengorganisasian
pembelajaran yang berorientasi pada disiplin ilmu, adalah sebagai berikut : (1)
Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural,
yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin
ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi,
pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang
bersangkutan. Dalam pendekatan pengorganisasian materi ini sejarah diajarkan
terpisah dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan hukum.
Begitu juga manakala guru mengajarkan ekonomi akan terlepas dari bidang studi
lainnya. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang diajarkan siswa sepenuhnya
dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan secara mandiri. Bentuk
pendekatan pengorganisasian ini merupakan bentuk tertua dari bentuk-bentuk
pengorganisasian materi yang ada dan berkembang dewasa ini. Menurut Udin
Saripudin W. (1989: 87) model pendekatan ini memusatkan perhatian pada konsep
dan metode kerja suatu disiplin ilmu sosial tertentu, misalnya antropologi atau
sosiologi. Hal yang menjadi titik pangkal pendekatan ini adalah konsep atau
generalisasi atau teori yang menjadi kekayaan bidang studi yang bersangkutan.
(2) Pendekatan Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated
approach atau istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah 'correlation'
untuk pendekatan antarilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu.
Dalam pendekatan antarilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang
berdasarkan pada pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe
ideal konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah
terpadu sebagai satu kesatuan sehingga bahannya diintegrasikan menurut
kepentingan dan tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang
studi. IPS yang tadinya hanya terbatas pada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial
semata, meningkat kepada nilai, sikap, dan perilaku dan pada perkembangan
berikutnya telah melibatkan bagian-bagian di luar disiplin ilmu-ilmu sosial.
Masuknya humaniora, sains, matematika, dan agama menunjukkan bahwa IPS tidak
lagi bergerak dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial saja yang dikenal dengan
pendekatan multidisiplin (multy disciplinary approach), tetapi sudah memasuki
bidang disiplin lain atau yang dikenal dengan 'cross disciplines'. Hal itu
menunjukkan bahwa perkembangan IPTEK telah mempengaruhi perkembangan masyarakat
dan tidak terkecuali masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini. Banyak
penulis terkemuka yang mengkaji dan menjelaskan hubungan itu di antaranya
Daniel Bell, dan Naisbitt. Daniel Bell bahkan telah berbicara tentang 'post industrial
society' serta dampak dari kapitalisme, sedangkan Naisbit bertutur tentang
sepuluh kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi perubahan masyarakat. (3)
pendekatan pengembangan pengorganisasian cross disiplin diistilahkan dengan
Jaringan kegiatan lintas kurikulum. Kegiatan Jaringan lintas kurikulum ini
bermanfaat untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu sajian
belajar-mengajar yang utuh. Dengan adanya pendekatan ini maka tumpang tindih
antarpokok bahasan baik yang terjadi antarilmu-ilmu yang ada dalam
interdisiplin ilmu atau antardisiplin ilmu dapat dihindari sehingga dapat
menghemat waktu dan menghindari kebingungan serta kejenuhan siswa. Model ini
lebih tepat diterapkan di SD karena guru mengajarkan semua pelajaran/guru kelas.
Pendekatan ini pun dapat diterapkan pada tingkat lanjutan dengan cara melakukan
koordinasi antarguru bidang studi.
DAFTAR RUJUKAN
Hasibuan, J.J dkk. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
http://pepak.sabda.org/
Majid, Abdul.
2006 . Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru).
Bandung: Remaja Rosda Karya
Meier, Dave. 2002.
The Accelerated Learning Handbook, terj: Rahmani Astuti. Bandung:Kaifa.
Patoni, Achmad.
2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Bina Ilmu : jakarta.
Sabri, Ahmad. . 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Quantum Teaching
Surakhmad, Winarno.
1986. Pengantar Mengajar- Belajar.
Bandung: Tarsito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar